Sudah 30 menit Natasha hanya mematung menunggu Dirga kembali, tentu saja ia melihat semua yang terjadi. Mulai dari Dirga memulai pembicaraan dengan seorang gadis di antrian pembelian tadi hingga mereka bertukar nomor ponsel? Natasha tidak begitu yakin dengan bagian yang terakhir.
"Hei, maaf lama" sahut Dirga memulai pembicaraan
"Oh, tidak apa apa" sahut Natasha acuh
"Ini minummu" ujar Dirga sambil ikut duduk di sebelah Natasha
"Emm, terima kasih" sahut Natasha sambil menerima pemberian Dirga
-Hening-
Rasa canggung menyelimuti mereka berdua. Mereka hanya fokus pada minuman masing-masing dan tidak ada yang memulai pembicaraan.
"Apa kau tidak penasaran kenapa aku begitu lama tadi?" tanya Dirga memecah keheningan
"Aku penasaran pun juga apa hakku untuk tau urusanmu?" tanya Natasha
Dirga hanya terkekeh geli mendengarnya. Tiba-tiba Dirga mencondongkan tubuhnya ke Natasha, matanya juga menatap Natasha lurus-lurus.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Natasha dengan gugup
"Apa seorang teman tidak boleh menanyakan peristiwa yang terjadi kepada temannya? Apa harus ada sebuah 'hubungan spesial' diantara keduanya untuk mengetahui hal-hal kecil?" tanya Dirga
"Ti-tidak juga" jawab Natasha masih dengan perasaan gugup
"Bagus" sahut Dirga mabil menyunggingkan sebelah senyumnya
Dirga mengulurkan tangannya ke kepala Natasha untuk mengambil headphone yang masih dengan rapi dipakai oleh Natasha
"Kupikir lagunya sudah selesai dari tadi, kenapa kau tidak melepasnya?" tanya Dirga
"O-Oh itu,, emm karena aku,, itu" sahut Natasha bingung karena mencari alasan yang tepat untuk mengelak, padahal sebenarnya ia lupa jika masih memakainya
"Apa kau nyaman memakainya?"
Natasha hanya diam membeku, yang membuat Dirga tertawa pelan.
"Tidak, kata siapa aku nyaman memakainya? Aku hanya lupa melepasnya tadi" bela Natasha
"Baiklah" sahut Dirga masih tambil terkekeh geli
Di sisi lain, Alice dan Alvin masih sibuk mengamasti lingkungan sekitar lapangan Gwanghamun.
"Hey, kau tidak lapar?" tanya Alvin
"Hmm? Hanya sedikit?" jawab Alice
"Perlukah kita membeli cemilan di sekitar sini?" tanya Alvin kembali
"Aku pikir itu tidak terlalu buruk"
Mereka memutuskan untuk istirahat sejenak sambil membeli makanan yang ada di sekitar lapangan Gwanghamun. Namun, baru beberapa langkah mereka pergi, ada seseorang yang memanggi salah satu dari mereka
"ALICE" seru orang tersebut lumayan keras
Mendengar namanya dipanggil, Alice reflek menoleh dan diikuti dengan Alvin yang juga ikut menoleh. Alice membulatkan matanya setelah mengetahui siapa yang memanggilnya
'Kevin' batin Alice
"Hey" sahut Kevin kembali sambil memperpendek jarak diantara mereka
"Lama tidak bertemu" ujar Kevin sambil menyunggingkan seulas senyum di bibirnya
'Bisa-bisanya dia tersenyum begitu setelah apa yang dia lakukan kepadaku. Tidak tau kah ia jika aku masih belum melupakannya' batin Alice, tak terasa matanya mulai terasa panas
"Iya, lama tidak bertemu" sahut Alice sambil mati-matian menahan air mata yang mendesak keluar
HENING
Alvin menyadari bahwa hawa di sekelilingnya sudah mulai berubah memanas, mungkin lebih tepatnya hanya di sisi gadis di sebelahnya ini yang memanas
"Kau siapa?" tanya Alvin memecah keheningan
"Perkenalkan, aku Kevin, teman Alice" jawab Kevin sambil menyunggingkan senyumnya
'Teman..' batin Alice
"Dan kalau aku boleh tau siapa dirimu?" tanya Kevin kepada Alvin
"Oh aku teman sekelasnya" jawab Alvin
"Oh okay, jadi apa yang kau lakukan disini?" tanya Kevin kepada Alice
"A-ah aku, itu--" sahut Alice terputus
"Kami sedang mengikuti lomba di Seoul dan sekarang kami sedang ditugaskan untuk mencari informasi seputar Lapangan Gwanghamun" potong Alvin
"Oh benarkah? Mungkin aku bisa membantu, aku sudah cukup lama tinggal di sekitar Lapangan Gwanghamun" ujar Kevin
"Itu ide yang ba-"
"TIDAK" sahut Alice memotong ucapan Alvin
"Kami sudah mendapatkan cukup informasi disini, kau tidak perlu membantu, lagi pula itu akan merepotkanmu" lanjut Alice
"Apa yang kau maksud 'cukup informasi' itu adalah kertas berukuran A4 yang terlipat di tanganmu dan hanya terisi seperempat halaman itu?" bisik Alvin
Mendengar hal itu Alice segera mengintip kertas yang dibawanya lalu dengan cepat melipatnya kembali
"Pokoknya kita sudah mendapatkan informasi yang cukup jadi kau tidak perlu membantu kami. Kalau begitu kami permisi" sahut Alice sambil menarik Alvin pergi menjauhi Kevin
'Keras kepala' sahut Kevin pelan sambil menyunggingkan senyum tipisnya
Alice membawa Alvin masuk ke sebuah cafe yang tidak terlalu ramai. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya dan melihat ke sekeliling untuk mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman
"Sampai kapan kau akan menggenggam tanganku?" ujar Alvin memecah keheningan
Alice secara reflek langsung menghentakan tangan Alvin dan berjalan menuju sebuah meja di dekat jendela. Alvin segera mengikui langkah Alice dan duduk di sebrangnya
"Apa maksudnya tadi? Tidak membutuhkan bantuan? Kau sadar bahwa informasi yang kita butuhkan baru sedikit kan? Dan kau baru saja menolak secara terang-terangan seseorang yang akan membantu kita! Sungguh tidak bisa kupercaya" ujar Alvin panjang lebar
Sedangkan yang diajak bicara hanya sibuk menatap pemandangan di luar jendela dan bertindak seakan akan tidak mendengar ucapan Alvin
"Hei, kau tidak mendengarkanku?" sahut Alvin sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Alice
Sedangkan Alice tetap diam. Pandangannya seakan menerawang jauh terhadap apa yang terjadi hari ini
"Jika kau tidak membutuhkan bantuan, seharusnya kita tidak berada disini dan hanya diam seperti inikita hanya akan menghabiskan wa-" ucap Avin terpotong
"Aku..." sahut Alice menggantung
Alvin masih menunggu Alice meneruskan kalimatnya
"Aku minta maaf tentang yang tadi, aku tidak bermaksud untuk menolak bantuannya, tapi aku memang belum siap jika harus berhubungan dengannya kembali" ucap Alice dengan wajah menunduk
"Apa maksudmu?" sahut Alvin tidak mengerti
"Dia.... mantan tunanganku"
To be Continued
New part!
Selamat membaca :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything About Us
Teen FictionIni tentang kami yang mencoba melawan keegoisan kami, ini tentang masa-masa SMA kami yang penuh dengan lika-liku, dan ini juga tentang kami yang ingin didengar oleh orang dewasa dan tidak ingin dianggap remeh. Segala hal pasti memiliki kelebihan dan...