Bagaimana pun, kamu harus ikhlas menerima.
Sepahit-pahitnya keadaan, kamu harus bisa menyikapinya.
Terima saja apa yang sudah Tuhan gariskan untuk kau dan BaraLanjutan...
Setelah mereka menikmati puncak, mereka langsung turun untuk menuju ke tenda lalu bergegas pulang. Disela-sela ia menuruni bukit, Bara memikirkan apa yang Anna katakan. Banyak pertanyaan yang sedikit mengganggu pikiran dan perasaannya itu. Menurutnya, Annalies sangat berani sekali untuk mengungkapkan. Apakah perasaan itu sudah lama ia pendam? Karena ia berpikir, tidak mudah rasanya untuk seorang wanita mengungkapkan perasaannya kepada laki-laki. Ia saja belum pernah mengungkapkan perasaannya itu kepada Neira.
"Ada yang salah emang kalau Anna mengutarakan perasaannya?"
"Bukan gitu, Yo.. Tapi apa dia benar-benar serius?"
"Ya kalau serius, apa kamu mau nerima dia? Nggak kan? Nyatanya, perasaan kau saja masih bergelut dengan Neira. Sudahlah, lupakan saja dia. Di umur kau yang semakin tua, seharusnya kau bisa memilih dengan siapa kau akan melanjutkan hidup. Toh setengah cita-cita kau sudah kau raih. Lagipula, dia yang menemanimu sekarang ini".
Seketika itu Bara langsung menghentikan pembicaraannya, lalu bergegas untuk packing karena akan segera turun untuk melanjutkan perjalanan pulang. Mungkin melanjutkan pembicaraannya itu membutuhkan waktu.
Sementara, Anna masih menikmati suasana di Sabana 2. Gayo pun langsung menghampirinya dan menanyakan apa Anna sudah packing atau tidak. Tapi, Anna menjawabnya dengan mengalihkan pembicaraan lain.
"Mungkin ini resiko kalau wanita mengungkapkannya lebih dulu".
"Bukan.. Kamu sudah benar, Ann.. Baranya saja yang terlampau bodoh. Kamu tidak usah merisaukan perasaannya. Yang penting, kamu sudah mengungkapkan. Bara pasti punya perasaan yang sama".
Bara pun langsung menghampiri mereka untuk sarapan agar tetap fit sampai basecamp pakde Nardi. Kemudian mereka langsung membuat sarapan, dan melanjutkan untuk makan. Setelah mereka selesai makan, Bara meminta Gayo memimpin perjalanan pulang.
Di perjalanan turun menuju pos Sabana 1, Bara sedikit kelelahan dan memaksanya untuk beristirahat. Tapi, Gayo memilih istirahat ditempat lain, jaraknya agak sedikit jauh dari Bara.
"Kalau kamu mau, aku juga mau Ann".
"Maksudnya?" Sentak Anna heran.
"Sudah, jangan pura-pura tidak tahu. Aku juga sama sepertimu. Mungkin aku kemarin masih berkutat dengan kebodohanku ini. Tapi, aku ingin menjalaninya".
Seketika itu seraya berhenti sejenak. Tidak bisa berkata-kata, Annalies pun langsung memalingkan mukanya tersipu malu. Entah, apakah semesta mendukungnya atau tidak, Ia tidak peduli. Yang jelas, pusat semestanya selama itu telah bersamanya.
"Gayo!!! Kamu benar!!!" teriak Annalies dari atas bukit.
"Aku sudah tau, Ann. Tidak usah kau teriak-teriak". Sahut Gayo dengan suara lantangnya.
Hari itu mereka resmi menjadi sepasang kekasih yang disaksikan oleh mesranya suasana Gunung Merapi. Percintaan yang sangat sederhana, tanpa kode-kode yang diberikan. Hujan pun turun dengan mesranya pula. Tanpa basa-basi, Bara pun langsung melanjutkan untuk turun melanjutkan perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Dua Mata : Destinasi Rasa
Teen FictionCerita Bersambung novel "Destinasi Rasa" ini adalah roman percintaan dengan observasi kehidupan, sudut pandang, dan puisi lamunan seorang laki-laki kumal yang bernama Bara Aksara mengenai keluarga, sahabat, cinta, dan cita-cita mendirikan sekolah al...