Hari minggu. Hari yang akhirnya harus dilewati Jihoon dan Jinyoung dengan makan malam keluarga.
Jinyoung pada akhirnya membatalkan semua jadwal, dan Jihoon menunda beberapa rapat penting demi makan malam kali ini.
"Hoi Jinyoung! Ayo cepat! Kau mau kutinggal? Seberapa lama pun kau berkaca tetap tidak akan berubah. Kepala kecilmu itu, tidak akan tiba-tiba berubah menjadi sebesar kelapa. Sudah! Tidak perlu berkaca!." teriak Jihoon, yang kini sedang asyik memakan cemilan di ruang tamu.
Jihoon sudah rapi dari beberapa menit yang lalu. Sebenarnya, Jihoon dan Jinyoung sempat bertengkar untuk menentukan siapa yang harus mandi duluan. Biasa. Penyakit yang susah dihilangkan ketika hari minggu atau libur datang; apalagi kalau bukan mandi. Jadi karna kalah main batu, gunting, kertas, jadilah Jihoon terpaksa mandi duluan, meskipun dengan perasaan malas masih menggelayutinya.
Tidak lama berselang dari 'panggilan' Jihoon tadi, Jinyoung akhirnya keluar dari kamar. Karna makan malam dilakukan dirumah saja, Jinyoung memilih pakaian yang tidak terlalu formal.
"Ck, kalau kau makan terus seperti itu, lama-lama badan mu bisa sebesar gajah." ejek Jinyoung, yang kini berdiri bersedekap dada didepan Jihoon.
Jihoon meletakan cemilannya tadi di meja dan segera berdiri. Ia melewati Jinyoung begitu saja, tanpa membalas ejekan yang baru saja dilontarkan Jinyoung.
Jinyoung menatap heran pada Jihoon yang baru saja berlalu keluar dari apartement. "Tumben, tidak seperti biasanya, hmm."
Jinyoung menggelengkan kepalanya pelan. Merasa bingung pada sikap Jihoon yang tidak seperti biasanya.
Tanpa banyak kita, akhirnya Jinyoung keluar dari apartement. Menyusul Jihoon yang mungkin sudah menunggunya di basement.
*****
Suasana canggung pun, masih terasa saat Jinyoung dan Jihoon sudah berada didalam mobil. Mereka saat ini sudah dalam perjalanan menuju rumah orang tua Jinyoung.
Jinyoung sedari tadi melirik Jihoon yang hanya diam memandangi jalan sembari kepalanya disandarkan pada jendela mobil.
Jinyoung menghela nafas, dan menolehkan kepalanya kesamping. Untuk kesekian kalinya.
Jinyoung mengulurkan tangan kiri nya kearah Jihoon. Saat ini lampu jalan menunjukan warna merah, jadi Jinyoung tidak perlu merasa khawatir mereka terlibat kecelakaan."Tidak usah merajuk seperti itu. Tidak cocok sama sekali untukmu." ujar Jinyoung, sembari tangannya mencubit kecil pipi chubby Jihoon.
"Apasih, Bae Jinyoung! Lepaskan tanganmu dari pipiku!." jawab Jihoon, yang kemudian menyentak jauh tangan Jinyoung dari pipinya.
Jinyoung hanya tertawa. Dia sering merasa kalau Jihoon tidaklah cocok menjadi seorang CEO. Disatu waktu, Jihoon bisa menjadi sangat kekanakan. Dilain waktu lagi, dia bisa menjadi manja. Sungguh, Jinyoung bertanya-tanya, bagaimana image seorang Park Jihoon saat dikantor? Apakah berwibawa? Ah sepertinya tidak mungkin. Tidak mungkin Jihoon bisa memiliki image akan seseorang yang serius dan berwibawa, karna apa yang dilihat Jinyoung saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married {B. Jinyoung x P. Jihoon}
FanfictionDi jodohin? Nikah? Kata yang sangat horor untuk Bae Jinyoung -Seorang penyanyi sekaligus model papan atas Korea Selatan- yang masih ingin menikmati masa muda nya dengan bebas. Kata yang sangat membosankan untuk Park Jihoon -seorang CEO dari perusah...