Fourth

3.9K 520 18
                                    

"Hentikan!" perintah Jaehyun tajam sambil menahan tangan Yugyeom yang sudah berada di atas kepala Taeyong.
Suasana mendadak hening, Yugyeom memandang Jaehyun tak mengerti, Mingyu, Bambam dan Jungkook juga sama.

"Ada apa sih John?" tanya Yugyeom heran, tapi ia tetap menurunkan tangannya. Jaehyun cukup bersyukur karena rupanya Johnny itu pimpinan di geng ini jadi teman-temannya menurutinya. Belum lagi aura mengerikan yang terpancar jelas darinya saat ini.

"Mm aku ingin bermain dengannya sendiri, kalian jangan ikut-ikut" jelas Jaehyun setelah memikirkan berbagai macam alasan.

"Oww kau sekarang bermain sendiri seperti itu heh?" Yugyeom mengerling nakal pada Jaehyun. Mingyu dan yang lainnya bersiul menyoraki Jaehyun.

"Baiklah, baiklah sana bawa si Lee ini, dan nikmati pestanya" suruh Mingyu dengan enteng.

Huftt Jaehyun akhirnya bisa membuang napas saat mengetahui alasannya tadi berhasil. Ia langsung menarik tangan Taeyong meninggalkan kerumunan teman-temannya itu. Tangan Taeyong terasa sangat dingin.

Jaehyun membawanya ke tempat Yuta dan Ten, agak menyingkir dari keramaian pesta.

"Eh bukannya dia Lee Taeyong? Yang selalu di bully oleh--"

Kata-kata Yuta langsung terhenti saat Jaehyun memandangnya tajam.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jaehyun. Taeyong mengangkat kepalanya, mata mereka bertemu. Kesedihan di mata Taeyong tampak sangat nyata, bahkan Jaehyun rasa kesedihan yang dialami dirinya karena diasingkan oleh keluarganya tidak seberapa dengan kesedihan yang disembunyikan oleh laki-laki ini.

Taeyong hanya diam, matanya memandangnya kosong, tapi dalam. Seharusnya jika ia sedih, bukankah harusnya matanya berkaca-kaca? Tapi tidak sama sekali. Apa dia tidak bisa mengungkapkan ekspresinya? Atau terlalu pintar menyembunyikannya? Batin Jaehyun.

"Hey, kau baik-baik saja?" Tanya Ten sambil meraih lengan Taeyong lembut.

Taeyong beralih menatap Ten "k..kau..kau yang kemarin kan?" Tanyanya gugup.

Wajah Ten langsung berseri-seri "iya! Kau mengingatku?! Wahhh aku sangat senang!" Jeritnya riang.

Jaehyun memandang Yuta meminta penjelasan, tapi pemuda Jepang itu hanya mengangkat bahu tak mengerti.

"Kemarin aku bertemu Taeyong dihari pertamaku sekolah di sini, dia duduk sendirian di atap sekolah dan-- mm kau menangiskan waktu itu?" Ten sedikit tak enak. Jaehyun merutuki mulut Ten yang tidak bisa mengatur ucapannya. Kasian Taeyong yang tiba-tiba menjadi gelisah seolah tak senang Ten membicarakan hal itu.

"Ten!" Cegah Jaehyun. Ten memandangnya lalu menutup mulutnya sendiri merasa bersalah.

"Ups maafkan aku, kau tidak apa-apa kan Taeyong?" Tanya Ten khawatir.

Taeyong mengangguk "tidak apa-apa" lirihnya.

Yuta memandang Jaehyun tajam, seolah meminta penjelasan. Ten yang mengerti arti tatapan kedua temannya itu segera bertindak.

"Taeyong, mau berkeliling melihat-lihat bersamaku?" Tawar Ten, Taeyong tampak ragu, ia memandang Jaehyun seolah meminta persetujuan, membuat pemuda Jung itu merasa tidak enak, ia tak suka saat Taeyong itu merasa seolah Jaehyun yang mengatur segala hal tentang dirinya.

"Pergilah dengan Ten dulu, dan terus bersamanya" ujar Jaehyun pada Taeyong. Yuta tambah menajamkan pandangan matanya pada Jaehyun, ia tahu ada yang tak beres di sini.

Taeyong akhirnya menyanggupi ajakan Ten. Sebelum mereka berdua pergi, Jaehyun meraih lengan Ten dan mendekatkan bibirnya ke telinga pemuda kelahiran Thailand itu.

What If... ◽JaeYong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang