Tenth

2.8K 382 41
                                    

Pagi jam enam Jaehyun sudah bangun dari tidurnya, ia berdiri di balkon kamarnya yang luas sambil memandang langit pagi yang tampak mendung dan gelap, suara guruh sesekali terdengar dari langit abu-abu.

Angin dingin yang menusuk sama sekali tidak menganggu acara melamun Jaehyun. Laki-laki itu sedang memikirkan siapa sebenarnya Lee Taeyong itu dan kenapa ia sampai bisa dibully oleh Johnny.

Jaehyun beberapa hari yang lalu melihat sendiri bagaimana rumah Taeyong yang super mewah itu dan koleksi mobil keluarganya, kalau dilihat mungkin kekayaan keluarga Taeyong hampir sama dengan keluarga Jung, tapi masalahnya, jika Taeyong memang benar sekaya itu kenapa dia tidak melawan Johnny? Kenapa dia tidak menggunakan kekuasaannya? Jaehyun yakin akan banyak anak di sekolah yang langsung mau jadi teman dan membelanya jika mereka tahu siapa sebenarnya Taeyong.

Apa Taeyong itu bukan anak kandung keluarga Lee?

Jaehyun cepat-cepat menepis pemikiran itu. Tidak mungikin seperti itu, walaupun memungkinkan tapi sangat kecil presentasenya.

Lalu kenapa? Berbagai pemikiran seperti itu hampir memecah kepala Jaehyun saking pusingnya mencari jawaban. Apa ia harus bertanya pada ayahnya? Ya ayahnya mungkin saja tahu tentang keluarga Lee yang kaya itu. Tapi ada hak apa Jaehyun menanyakan tentangnya? Di sini kan dia seolah tak ada, yang ada hanyalah Johnny Jung.

Pikirannya teralihkan saat Jaehyun melihat ayahnya keluar dari rumah dengan tergesa di lantai bawah, yang tampak dari tempat berdiri Jaehyun.

Kemana ayahnya pergi pagi-pagi seperti ini?

Belum sempat Jaehyun memikirkan kemungkinan jawaban pertanyaannya, ayahnya tiba-tiba mendongak ke atas, seolah memang sengaja melihat ke arah kamar Jaehyun.

"Jaehyun! Cepat bersiap dan susul aku ke rumah sakit Johnny! Kau akan menyesal kalau sampai tiga puluh menit lagi tidak datang!" teriak Tuan Jung dari bawah.

Jantung Jaehyun terlonjak kaget, ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan Johnny?

Tanpa menunggu apa-apa lagi Jaehyun langsung berbalik masuk ke kamarnya, mandi singkat, dan berganti baju secepat mungkin. Meraih ponselnya lalu berlari keluar rumah.

Ayahnya sudah tidak ada di bawah, mobilnya juga. Jaehyun dengan tergesa mengambil mobilnya di garasi dan mengemudikannya cukup cepat, menyalip-nyalip di jalanan yang cukup padat karena jam berangkat kantor.

Setelah lima belas menit perjalanan, Jaehyun langsung berlari melewati lorong rumah sakit.

Pemuda Jung itu mengatur napasnya yang tersengal saat sampai di depan kamar rawat Johnny, ayahnya tampaknya baru keluar dari kamar.

"Masuklah. Kuberi kau waktu lima belas menit, ini kesempatan terakhirmu" perintah ayahnya dingin. Jaehyun bingung, apa yang terjadi? Tapi ia hanya menganggukkan kepala patuh dan masuk ke dalam ruang rawat saudaranya itu.

Jaehyun menutup pintu di belakangnya. Ia menundukkan kepalanya menatap lantai berusaha berpikir apa maksud ayahnya menyuruhnya kemari? Dan apa maksudnya kesempatan terakhirnya? Apa Johnny akan pindah di rawat di luar negeri atau apa?

"Jaehyun?"

Sebuah suara lemah menyapa pendengaran Jaehyun. Laki-laki bersurai cokelat itu segera mendongakkan kepalanya dengan terkejut. Kekagetannya bertambah saat melihat Johnny, tidak berbaring seperti beberapa waktu lalu ia mengunjunginya, tapi duduk dengan bersandar ke kepala ranjang. Mata cokelatnya menatap Jaehyun dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Johnny?" gumam Jaehyun tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Ternyata benar itu kau Jaehyun... Kemarilah" Johnny tersenyum lebar sambil mengode Jaehyun dengan tangannya.

What If... ◽JaeYong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang