Fifteenth

3K 371 61
                                    


-----------------------------------
Taeyong dan Johnny berlutut di depan batu nisan berwarna putih bersih. Nisannya tampak terawat dan terhindar dari rumput-rumput liar di sekelilingnya.
Nisan yang mereka kunjungi ini berada di tengah kawasan pemakaman luas di pinggir kota Seoul, membutuhkan waktu setengah jam dari kediaman keluarga Jung untuk sampai di makam ini.

Johnny menyentuh kepala nisan itu dengan tangan bergetar, air matanya jatuh begitu saja saat bayangan orang yang terbaring di dalamnya melintas. Johnny rindu.

Taeyong menunduk dalam sambil menyatukan kedua tangannya, hatinya juga terasa sakit tapi ia menahan agar emosinya tidak tumpah.

"Mari kita berdoa" saran Johnny sambil mengusap air matanya. Taeyong mengangguk kaku dengan ekspresi sendu. Kedua orang itu lalu  menunduk sambil berdoa dalam hati mereka masing-masing.

Sepuluh menit terlewat, Johnny membantu Taeyong untuk berdiri tegak kembali "kami sudah selesai, aku akan kembali ke mobil" kata Johnny pada seorang yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Hm kembalilah ke mobil" jawab Tuan Jung. Ya, dialah yang berdiri di belakang Johnny sejak awal, matanya tak bisa lepas dari nisan putih itu. Rasa bersalah terus menderanya sejak awal sampai.

Tuan Jung berlutut di depan nisan itu seperti Johnny tadi "maafkan aku. Maafkan keegoisanku" ucap Tuan Jung dengan nada bergetar, ia mengusap kepala nisan dengan lembut.
Beberapa saat kemudian beliau menunduk untuk berdoa.

Setelah selesai Tuan Jung bangkit berdiri perlahan, ia berbalik, memandang ke arah pohon kecil yang terletak di dekat ia berdiri, seorang laki-laki tinggi berdiri di sana sambil bersandar, kepalanya menunduk dalam.








"Aku sudah selesai... Aku akan menunggu di mobil, berdoalah untuk ibumu— Jaehyun" perintah Tuan Jung lembut.

———————————————————————








Keadaan rumah menjadi kacau saat Yuta selesai menyampaikan ulang berita yang dibacakan oleh pembawa berita di tv yang baru ditontonnya.

Ten terus menerun menangis, sedangkan Yuta meneteskan air matanya tanpa suara, ia berusaha menenangkan Ten sebisanya di tengah kegelisahannya sendiri.

Tuan Jung berdiri terpaku seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut Yuta.

Johnny juga meneteskan air matanya seperti Yuta, hatinya hancur, Jaehyun itu saudara satu-satunya, orang yang paling mengerti dirinya dan orang yang paling berarti di hidup Johnny, ia baru bertemu dengan saudaranya itu belum ada seminggu, tetapi apa sekarang dia sudah akan berpisah selamanya?

Taeyong yang paling tampak terpukul di ruangan itu, bahkan kakinya sudah tak sanggup menahan berat tubuhnya, Taeyong jatuh berlutut ke lantai dengan air mata bercucuran, baru saja ia menyadari siapa sebenarnya orang yang dicintainya, dan dia akan kehilangan orang itu secepat ini?

Johnny yang menyadari keadaan Taeyong langsung bergegas kearahnya dan ikut berlutut, ia memeluknya sambil menggumamkan kata maaf berulang kali, ia merasa sangat bersalah di depan Taeyong.

Beberapa saat setelahnya yang terdengar hanyalah suara Tuan Jung yang menelepon beberapa anak buahnya, tidak ada yang mendengarkan isi pembicaraan Tuan Jung, semuanya fokus pada kesedihan masing-masing.

Setelah Tuan Jung selesai menelepon, beliau menunggu sesuatu dengan cemas sambil terus menatap ponselnya, hingga ada sebuah pemberitahuan pesan masuk. Tuan Jung tampak membaca pesan itu dengan teliti.

Kemudian Tuan Jung mengangkat kepalanya dari ponsel, matanya bertemu dengan mata Johnny yang sedang berusaha menenangkan Taeyong.

"Nama Jaehyun terdaftar dalam penumpang yang naik pesawat itu"
Kata Tuan Jung dengan susah payah, seolah ada yang menyangkut di tenggorokannya.

What If... ◽JaeYong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang