Part 2

22.3K 873 22
                                    

Selama di meja makan aku tak banyak bicara hanya diam, sesekali menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh keluarga ka Ilham dengan seadanya dan sesingkat-singkatnya.

Otakku dipenuhi berbagai pikiran jelek tentang istri ke dua, istri ke dua itu perusak kebahagiaan orang lain, pasti orang-orang mencemooh karena masih tabu di masyarakat kita, apa lagi sekarang lagi musim PELAKOR, apa aku ini seorang pelakor jika menerima lamaran ka Annisa untuk menjadi adik madunya? Pikiran itu terus menerus memutari otakku.

Tak terasa waktupun cepat berlalu, mereka semua berpamitan kepada abi dan ummi, ketika ka Annisa bersalaman denganku dia membisikkan kata-kata yang semakin membuatku bingung.
"Mutia, aku tunggu jawabanmu secepatnya ya, aku yakin kau bisa menjadi istri yang sholehah untuk suamiku," ucapnya ditelingaku saat kami sedang cipika cipiki.

Tak ada kata yang keluar dari mulutku, tak sanggup bibir ini mengucapkan apa-apa kepadanya. Ya Allah ya Robbi, berat sekali cobaanMu untukku.

Mobil mereka mulai berjalan menjauh meninggalkan rumah kami. Ummi dan abi menyuruhku untuk duduk sebentar di ruang keluarga untuk membahas perihal lamaran tadi.

Tubuhku menuruti apa yang orangtuaku katakan tapi hati dan pikiranku entah berada dimana? Ia terus saja melayang layang  memikirkan sebuah kata yang sangat sulit untuk ku lakukan, yaitu menjadi madu ka Annisa.

"Mutia, semua keputusan abi serahkan ke kamu, ini masalah masa depanmu, abi yakin kamu sudah dapat memilih mana yang menurutmu baik," ucap abi menyadarkan lamunanku.

"Tapi bi ... apa harus jadi istri kedua? Apa aku harus menikah dengan laki-laki yang telah punya istri. Hanya karena istrinya tak bisa memberikannya anak? " tanyaku.
"Nak tak ada salahnya menjadi istri dari suami orang lain, menjadi istri kedua itu bukan suatu hal yang hina. Poligami memang di bolehkan, dengan catatan sang suami harus adil terhadap istri-istrinya," lanjut abi
"Tapi bii ... apa bedanya aku dengan pelakor-pelakor di luar sana jika aku menerima lamaran itu? Aku dan pelakor itu sama-sama merebut kebahagiaan orang lain"

"Jelas beda nak, Pelakor itu merebut suami orang dengan cara yang tidak benar, dengan cara memacari suami orang lain dan berusaha merebut laki-laki tersebut dari istrinya. Tapi kalau istri kedua yang di lamar oleh istri pertama itu lebih mulia, karena istri pertama ingin membagi kebahagiaan ia bersama suaminya dengan madunya," ucap abi.
"Dan juga pernikahan kalian itu sudah di ridhoi oleh istri pertama, jadi sangat di perbolehkan dalam agama," lanjut abi.

Aku masih saja terus terdiam tak bisa berkata banyak kepada abi,

"Nak, Poligami itu di bolehkan dalam Islam, poligami yang baik itu yang mendapatkan keikhlasan dari sesama istrinya. Hukum asal poligami dalam Islam berkisar antara ibaahah (mubah/boleh dilakukan dan boleh tidak) atau istihbaab (dianjurkan). Dalam Al Qur'an Allah telah menjelaskan
{وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ}

*Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat* (QS an-Nisaa’:3).
Dan di ayat selanjutnya Allah memberi solusi jika belum merasa adil maka nikahilah satu wanita saja QS an-Nisaa’:3, semua keputusan ada ditanganmu. Abi tak bisa berbuat banyak terhadap keputusanmu. Karena Abi yakin Nak Ilham sudah sanggup berbuat adil, sehingga Abi tak ragu melepasmu dengannya," ujar abi melemah,
"Istikhoroh lah nak," lanjut abi.
"Iya bi," jawabku singkat.

Aku berjalan gontai menuju kamar. Didalam kamar pikiran itu terus saja membayangi otakku. Batinku terus bergejolak, Siapa yang tak mau dengan ka Ilham? Wajahnya sangat rupawan, dengan dihiasi jenggot yang lumayan tebal di dagunya, kulitnya bersih, akhlaknya baik, penghafal Al Qur'an, title di dunia seperti kereta. Masya Allah lengkap sudah paket yang di titipkanNya pada ka Ilham. Tapi tetap saja beliau suami dari Murrobiahku dan juga Dosenku. Ahh aku pusing memikirkannya. Tak lama akupun tertidur diatas ranjangku yang nyaman.

Mutiara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang