Part 12

16.5K 709 6
                                    

Setelah beberapa saat aku berjuang melawan sakit yang sangat menyiksa, alhamdulillah Allah memberikanku ke kuatan untuk melawan rasa sakit dan bangun dari tempat tidur.

Rasanya tenggorokan ini sangat kering, sepertinya saat ini aku terkena dehidrasi yang sangat hebat, ku raih gelas di samping tempat tidurku, dan segera ku teguk habis segelas air hingga tak tersisa dalam sekejap.

Baru kali ini aku merasakan dehidrasi yang hebat bahkan hingga membuat bibirku pecah-pecah dan menimbulkan bercak putih seperti sariawan. Aneh pikirku, dehidrasi hanya beberapa jam saja bisa membuat bibir ini menjadi sangat kering dan sariawan.

Ku ambil lipbalm dikotak makeUp di atas meja rias, dan mengoleskannya di bibir. Dan setelah itu merebahkan tubuh ku kembali yang masih terasa sedikit lemas.

Suara dering telepon memecah suasana heningan di dalam kamar, terpampang sebuah nama dari kontak telepon di handphoneku.

"Hallo, Assalamu'alaikum," ucapku.
"Wa'alaikumsalam De, Kamu masih mau es cendol ga? Kakak sudah di pasar, cuma tukang es cendolnya ga jualan hari ini. Karena hujan dari pagi," katanya.

"Es cendol? Ga usah ka, aku udah ga kepengen. Kakak lagi di pasar?"

"Iya de, kenapa? Ada yang mau kamu beli?"

"Iya ka, aku mau nitip, tolong beliin aku buah ya, buah yang banyak airnya ya ka, rasanya tenggorokanku seperti terbakar,"

"loh, kamu kenapa? Kamu sakit?"
"Engga ko ka, cuma dehidrasi aja, tolong ya ka,"
"Iya sayang, aku cari dulu ya buahnya, udah dulu ya, Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam," ku letakkan kembali handphone di atas meja,

Sakit di bagian ulu hati mulai datang lagi, aku segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi, ku keluarkan semua isi perutku hingga tak ada yang tersisa.

Setelah hampir setengah jam aku bulak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi dalam perutku, terdengar suara motor berhenti di depan rumah.

Dengan sempoyongan aku berjalan ke arah pintu, ka Ilham datang dengan membawa dua buah kantong plastik, ku cium tangan kanannya dengan takdzim.

"Kamu kenapa de? Ko pucet gitu?" tanyanya heran melihat wajahku yang seperti tak memiliki aliran darah.

"Engga tau ka, dari tadi badanku lemas banget, sampai untuk bangun dari tempat tidur aja ga kuat, alhamdulillah sekarang udah agak baikkan,"

Entah mengapa saat ku mencoba langkahkan kaki, badanku menjadi sangat lemas, ka Ilham dengan sigap menangkap tubuhku dari belakang.
"Astagfirullah kamu kenapa de?"

Ia menggendongku ke dalam kamar dan merebahkanku diatas kasur.

"Tunggu sebentar ya, aku ambilin minum dulu," ia berlari ke arah dapur dan kembali sembari membawa segelas air putih untukku.

"Minun dulu sayang," ia menyodorkan gelas itu ke depan bibirku, ku teguh air yang ia beri sedikit demi sedikit.

"Kita ke dokter ya, aku takut kamu kenapa-kenapa," ucapnya khawatir.
"Ga usah ka, sebentar lagi juga enakan, mungkin cuma ke capean aja, makanya jadi lemes begini."

"Ya udah kalau begitu kamu makan dulu ya, biar ada sedikit tenaga,"

Setelah mengambil sepiring nasi kemudian ia menyuapi aku dengan perlahan. Hanya beberapa suap nasi saja yang bisa masuk ke dalam perutku,
"Udah ka cukup, ga enak," tolakku ketika ia akan menyuapi nasi untuk yang ke tujuh kali.

"Sedikit banget makannya, dua suap lagi ya," paksanya
"Ga ka, udah cukup,"
"Ya udah minum dulu," setelah minum ia memberiku sebutir buah jeruk.

Mutiara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang