Part 4. Kupikir tulus

237 151 556
                                    

Bukan aku. Dia berhasil memecahkan kasus ini. Pak Alen. Tapi tetap tak ada guna. Mereka dibayar untuk diam. Mereka menerimanya, kecuali ibuku. Walau aku tahu sebenarnya dia ingin menerima uang sogokan itu.

Semua murid kecuali aku dan pelaku sebenarnya, tidak tahu siapa yang sebenarnya pelaku dalam kasus ini. Beberapa diantara mereka ada yang merasa senang, sebab bukan aku pelakunya. Namun disisi lain banyak murid yang makin merendahkanku. Menganggap bahwa keluargaku yang menyogok pihak sekolah.

'Sekarang siapa sebenarnya yang munafik?'

.....

"Silahkan masuk!!" kata Alen menyuruhku masuk ke ruangannya.

"Bagaimana? Apa perasaanmu sudah lebih baik?" tanya Alen. "Saya juga sudah pernah bilangkan? Kalau kamu bukan pelaku sebenarnya." sambungnya sambil memberi senyuman kecil.

"Bapak dapat video cctv itu dari mana?" tanyaku langsung.

"Ohh video itu. Saya sudah lama mencarinya. Dan saat saya menemukan satu rekaman cctv yang hilang, kecurigaan saya bertambah. Saya cek semua rekaman yang ada di sekolah, dan berkat bantuan polisi yang lain, akhirnya video ini ada di tangan saya." perjelas Alen dengan mengeluarkan flashdisk yang ada di saku seragam dinasnya.

"Kan yang terpenting masalah ini sudah terselesaikan!" tambahnya.

"Bagi bapak!! Bukan bagi saya! Saya yang membuat rekaman itu hilang, dan salinan aslinya ada pada saya." ujarku tegas dan dingin.

"Maksud kamu?"

"Bapak tidak akan pernah mengerti apa yang saya rasakan!! Bahkan yang bapak lakukan memperburuk semuanya, semua makin merendahkan saya. Semua yang bapak lakukan, malah membuat mereka menganggap saya sebagai penyogok!! Bukankah perbuatan bapak terlalu kejam??" ujarku dingin.

"Kalian semua sama saja. Bahkan bapak yang berpropesi sebagai polisipun sudi menerima suapan!! Munafik!!" sambungku, lalu beranjak meninggalkan ruangan pak Alen dengan rasa yang berapi-api.

Pak Alen hanya bisa terdiam. Aku tak tau apa yang ada di benaknya sekarang! Yang jelas, kejadian kali ini makin membuatku tak percaya pada siapapun. Baik dia aparat negara.

.....

Besok hari pembagian raport. Dan seperti biasanya semua murid harus membersihkan kelasnya masing-masing, karena orang tua yang akan mengambilnya langsung ke sekolah. Biasanya aku ikut andil dalam membersihkan kelas, tapi kali ini aku sangat malas. Muak melihat mereka. Mereka yang selalu memandangku dengan sebelah mata. Apalagi si penyogok itu. Ya, pelaku sebenarnya sekelas denganku.

Aku sedang duduk dibawah cemara, menghirup angin, berusaha menenangkan diri. Aku juga mengambil earphone dari saku celanaku. Menikmati lagu kesukaanku.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku.

"Frans?? Sendirian aja?" tanya Fero padaku.

"..." aku membalas dengan gerakan mencopot earphone yang ada ditelingaku.

"Yaahhh diam melulu. Gue temenin ya!"

"Kelas kita siapa yang ngawasi kalau ketua kelasnya disini!" kataku.

"Kelas kita udah aman, tapi ada satu anggota yang hilang. Nggak taunya ada disini!" balas Fero. "Lo kenapa lagi Frans?" sambungnya.

Aku tak mau membalasnya.

"Kalo lo ada masalah, cerita sama gue!" tawar Fero.

"Emang lo siapa??" balasku cepat sambil memutar mata kearah Fero.

"Wkwkwk pertanyaan lo buat gue merinding. Ya kali gue jawab kalo gue pacar lo. Kan nggak mungkin!" kata Fero.
"Nggak jelas!!" ucapku sambil memasang kembali earphone ke telinga.

Via Vitae MeaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang