Pahitnya Kebenaran

38 3 0
                                    

Beberapa hari setelahnya...

Jooheon menatap seorang namja yang terbaring lemah di sebuah kamar rumah sakit dari luar, namja itu adalah dongsaenya sendiri.

Changkyun koma setelah dirinya diselamatkan oleh yeoja yang selalu ada untuknya. Namun tragisnya, dia harus meninggal saat melindungi Changkyun. Saat Jooheon dan Seojung menemukan Changkyun, namja itu sudah tak sadarkan diri di samping tubuh yeoja yang berlumuran darah.

Keesokan harinya, Jooheon serta keluarganya menghadiri upacara pemakaman yeoja pemberani itu. Sedangkan Changkyun masih belum sadar dari pingsannya dan telah dibawa ke rumah sakit. Tak terbayang seperti apa kesedihannya jika harus menghadiri upacara pemakaman chingu-nya sendiri.

Dan hingga sekarang, Changkyun masih belum sadar dan semua orang mulai khawatir dengan kondisinya. Ada kemungkinan bahwa dia tak akan sadar lagi.

"Jooheon-ah!"

Seseorang menepuk pundaknya, membuatnya sedikit terkejut. Seojung datang dengan membawa 2 kaleng minuman ringan.

"Kau datang lagi?" Tanyanya, dan Jooheon mengangguk,

Jooheon tak pernah absen untuk menjenguk Changkyun, dia ingin memperbaiki kesalahannya yang selalu meninggalkan dongsaenya saat dia sangat membutuhkan perhatian.

"Dia belum sadar juga.." Jooheon terdengar putus asa,

"Aku tau..." Seojung menyerahkan sekaleng minuman ringan padanya, "Dia  pasti sudah menyerah. Kau tau sendiri, dia melihat semua kejadian itu dengan matanya sendiri. Tak bisa terbayang seperti apa reaksinya saat itu."

"Aku hyung yang buruk..."

"Ani! Kau masih mau berjuang demi dongsaemu. Kalo kau gak mau melakukan semua itu, baru aku akan mengatakan 'kau hyung yang buruk'!"

"Tapi tetap saja, aku tak bisa menjaganya dengan baik.."

"Ini semua bukan salahmu. Jangan terlalu menyalahkan dirimu." Seojung kembali menepuk pundak Jooheon,  mata sipitnya berusaha menahan air mata keluar.

"Lagipula, kau sudah berusaha... kalo Tuhan ingin jalannya seperti ini, kita tak bisa mencegah."

Jooheon membuang nafasnya kasar, memang ada benarnya perkataan yeoja yang dulunya berkacamata itu. 

"Untuk Talgi..." Jooheon kembali menjeda kalimatnya, "Dia pergi terlalu cepat... padahal dia orang yang baik..."

"Dia juga sudah berjuang keras demi Changkyun, sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri..."

"Kenapa dia harus pergi di saat Changkyun sangat membutuhkannya?"

Beberapa saat kemudian, Nyonya Lim datang bersama Sekretaris Park dengan gayanya yang selalu anggun.

"Dia belum bangun, Agen 610?" Tanya Nyonya Lim dingin,

"Belum..." jawab Seojung sambil memberi hormat,

"Aku masuk dulu. Dan titip salam untuk appa-mu, Jooheon-shi."

Setelah itu, Nyonya Lim menutup pintu kamar inap Changkyun.

"Jadi... apa yang ingin kau bicarakan, Sekretaris Park??"

Seojung mengalihkan pandangannya pada 'tangan kanan' Nyonya Lim itu. Keduanya sudah membuat janji untuk membicarakan sesuatu. Menariknya, Sekretaris Park ingin membagi sedikit rahasia yang disembunyikan Nyonya Lim.

"Apa Jooheon bisa ikut dengan kita?" Tanya Seojung lagi, Jooheon mengerutkan dahinya karena tak tau apa-apa dan meminta penjelasan,

"Mungkin dia juga harus tau, kenapa appa-nya tak pernah mau bersimpati dengan wanita itu."

[Changkyun/IM] She Can Be My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang