05

1K 93 10
                                    

"Kau tidak berniat membantuku?" tanya Yoorim.

Jihoon melihat kearahnya. "Syaratnya, kau harus memohon padaku."

Yoorim memutar bola matanya malas. "Jihoon-ah. Tolong aku." Yoorim menunjukkan aegyo yang menurutnya itu memalukan.

Tapi Jihoon tertawa. Dan Yoorim membenci itu.

Jihoon akhirnya membawakan koper Yoorim dan menaruhnya didepan lemari.

'YAH. APPANYA JIHOON PASTI BERCANDA. MANA MUNGKIN DIA MENEMPATKAN KAMI DI ISTANA SEBESAR INI DENGAN 5 PEMBANTU?' batin Yoorim.

Jihoon duduk dikursi yang ada dipinggir kaca.

Semua kaca bening menjadi dinding. Tapi tak semuanya. Kacanya hanya digunakkan di sisi yang memperlihatkan jalanan kota Seoul.

Gorden berwarna milo yang sangat panjang dibuka oleh Jihoon. Masih pagi dan cahaya banyak masuk ke dalam.

Itu membuat Yoorim senang karena ia menyukai suasana seperti ini. Tapi karena ia akan sekamar bersama Jihoon, ia kembali mengurungkan niatnya untuk bilang ia menyukainya.

Tapi hal yang dikerjakan duluan oleh Yoorim adalah menyusun baju.

"Mana kopermu?" tanya Yoorim. Jihoon menunjuk lemari kayu yang sangat besar.

Yoorim membuka lemari yang terletak di dekat pintu itu.

"YAH. APPAMU BERCANDA? UNTUK APA KITA BAWA BAJU KALAU SUDAH TERSEDIA?" Yoorim benar-benar kesal.

Jihoon terkekeh. Astaga. Ayah dan anak itu penuh kejutan, batin Yoorim kesal.

Yoorim melihat foto dibingkai yang ada di atas meja kerja Jihoon.

Setelah melihat foto itu, dia cukup malu setelah Jihoon menciumnya diatas altar kemarin.

Tapi akhirnya Yoorim mencoba melupakannya dan kembali menyusun bajunya.

Setelah selesai, dia lebih memilih keluar dan melihat-lihat.

Diam-diam, Jihoon mengikutinya dari belakang. Dia terdiam di tepi kolam renang yang membuatnya takut.

Dia trauma karena saat kecil, dia dan Eunwoo pernah tenggelam di kolam renang hotel yang dulu pernah mereka kunjungi.

Yoorim menutup kedua kupingnya. Mencoba menghentikan bunyi yang terus-terusan membuat kupingnya tergiang.

Akhirnya Yoorim berjalan. Tapi dia tidak lihat jika didepannya ada air yang membuat lantai menjadi licin.

Yoorim terpeleset dan jatuh ke dalam kolam renang.

Dia berharap ada orang yang menolongnya. Namun nihil. Jihoon dikamar.

Dia terus menggoyang-goyangkan tangannya. Tapi tak ada yang menolongnya.

Kakinya kram dan ia jatuh sampai dasar. Dan karena pasrah, akhirnya dia menutup matanya dan berharap ada yang menolongnya.

Jihoon yang melihatnya langsung berenang masuk kedalam dan menarik Yoorim.

Dia menidurkan Yoorim ditepi Kolam renang dan menekan dada Yoorim sampai akhirnya Yoorim bangun dan batuk-batuk.

Dia melihat Jihoon dengan wajah khawatirnya itu.

Terima kasih, Tuhan.

Jihoon memanggil pembantunya dan meminta diambilkan air.

Semilir angin berhembus selagi pembantunya masih mengambilkan air.

Hal ini cukup membuat Yoorim menggigil.

Setelah pembantu itu memberikan Yoorim minum, Yoorim dan Jihoon kembali kekamar mereka untuk mandi.

[1] incident ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang