Mimpi itu datang lagi. Yoorim terbangun dari tidurnya. Ia hampir saja loncat.
Seperti paranormal activity di film-film horror.
Jihoon langsung bangun. Melihat Yoorim yang ketakutan, Jihoon memeluknya erat.
"Kau tak apa?" tanya Jihoon lembut. Ia tahu istrinya pasti sangat kacau sekarang.
"Aku tidak apa-apa, Jihoon-ah." Yoorim mencoba mengatur nafasnya yang berderu seperti dikejar anjing.
"Kau bermimpi buruk? Katakan padaku." tanya Jihoon, masih tak melepas pelukannya.
"Ya.. Aku bermimpi buruk." ujar Yoorim gemetar.
"Soal apa?"
"Sudahlah. Itu tidak baik untuk dibahas." Yoorim memegang dadanya yang masih berdebar.
Jihoon memperlembut pelukannya, sampai nafas Yoorim kembali teratur. Dan Yoorim tenang.
"Kau boleh mengatakannya padaku. Aku bisa membantumu." bujuk Jihoon. Ia ingin istrinya lebih terbuka padanya.
"Itu sangatlah buruk, Jihoon." Yoorim menggeleng, menolak menceritakan mimpi buruknya pada Jihoon.
"Baiklah. Sekarang masih jam 2 pagi. Ayo tidur." ajak Jihoon. Yoorim mengangguk lalu tidur dipelukan Jihoon.
Jihoon masih terjaga. Sampai akhirnya Yoorim bangun pukul 6 pagi dan Jihoon masih bangun.
"Kau tidak tidur?" tanya Yoorim sambil merapikan poni Jihoon.
"Aku terjaga. Untuk menjagamu." Jihoon tersenyum lembut.
"Tapi kau bisa sakit, Jihoon." ujar Yoorim khawatir.
"Tak apa. Asalkan kau tidak apa-apa." Jihoon tersenyum, mencoba membuat istrinya tidak khawatir.
married by incident.
Yoorim memasak sarapan. Sedangkan Jihoon baru keluar dari kamar mandi.
Setelah memakai bajunya lengkap, ia duduk disofa lalu menyetel program acara favoritnya."Jihoon-ah. Bantu aku." Yoorim menatap Jihoon, memohon.
Jihoon beranjak dari tempat duduknya untuk membantu Yoorim didapur.
"Ada apa?" tanya Jihoon sembari menghampiri Yoorim dan memeluknya dari belakang.
"Bantu aku menaruh piring dimeja." Jihoon melakukan perintah Yoorim.
Ia mengambil piringnya tanpa melepas Yoorim, lalu ke meja makan dengan ikut menarik istrinya yang sedang ia peluk itu.
"Jihoon-ah, aku belum selesai menaruh makanan dipiring." Yoorim merengek.
"Aku tidak bisa melepaskan pelukannya." Jihoon mengunci lengannya didepan perut Yoorim, nempererat pelukannya.
"Dasar." Yoorim menggeleng-geleng.
Setelah selesai merapikan piring-piring makanan dimeja, mereka duduk berhadapan. Menikmati makanan yang sudah dimasak Yoorim.
Tapi Jihoon merasa ada sesuatu yang janggal.
Dia bukan Cha Yoorim yang seperti biasanya.
Jihoon menghentikan makannya dan menatap Yoorim intens, "Yoorim-ah."
"Ya?" tanya Yoorim sambil mendongak ke Jihoon.
"Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Jihoon, ia tahu Yoorim sedang banyak pikiran saat ini.
Jihoon memandang wajah Yoorim yang lesu. Lelah. Seperti ada sesuatu yang terjadi.
Yoorim hanya mengangguk singkat dan tersenyum tipis, "Iya. Memangnya aku kenapa?"