Malam ini, Pak Cakra berubah menjadi sesosok monster yang menyeramkan. Aku benar-benar takut. By, aku mohon selamatkan aku. Selamatkan aku dari pria biadab semacam dia. Aku benar-benar takut...
Pak Cakra membawaku ke kamar. Ia membanting begitu saja tubuhku ke lantai. Sakit. Aku menangis, terisak keras. Sebelumnya tak pernah kutemui sosok Pak Cakra yang demikian. Biasanya ia dingin. Tak kasar. Menghormati wanita.
Ia menundukkan badannya agar sampai tepat di depan wajahku. Kemudian ia menjulurkan tangannya. Lalu
"Argh, lepaskan Pak! Sakit!" ia menarik rambutku kuat-kuat.
"Apa sakit? Sakit kau bilang? Sakit!? Lebih sakit mana dengan aku yang kau campakkan? Lebih sakit mana dengan aku yang selalu melihatmu dengan Abyan? Apa kau tak pernah berpikir, bagaimana sakitnya menjadi aku!?"
"Ma... maaf Pak."
"Maaf? Aku tak butuh kata maaf darimu."
Plakkkk
Ia menamparku lagi, kurasakan perih di sudut bibirku. Lidah ku merasakan sedikit asin. Ah, rupanya aku berdarah.
"Dasar laki-laki b*jingan! Kenapa kau perlakukan wanita seperti ini?!"
"Huh! Bukankah kau juga memperlakukan perasaan ku dengan tak layak?"
"Pak, saya tak pernah menyakiti perasaan Bapak. Saya tidak pernah merasa memperlakukan bapak dengan tidak adil. Hikss" aku menangis sesengukan
"Kau merasa seperti itu? Dasar! Tak tahu diri! Tak tahu malu! Jal*ng sialan! Mati saja kau!"
Ia mengayunkan tangannya untuk menampar ku lagi. Aku memejamkan mata dan menggenggam ujung baju ku erat-erat. Tapi aku tak juga merasakan tamparannya itu. Aku beranikan untuk membuka mata, kulihat tangannya berhenti mengayun di udara. Lalu di detik itu juga aku melihat sesosok pria yang akhir-akhir ini memenuhi pikiranku. By? Kau datang? Kau datang untuk menyelamatkanku? Kemudian, aku mulai kehilangan kesadaranku dan tak sadarkan diri.
****
" Nad... Nad... Bangun, Nad!"
Samar-samar aku mendengar suara By. Perlahan aku membuka mataku. Kulihat By duduk di kursi samping tempat tidurku dengan wajah berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya lebam, bahkan di sudut bibirnya nampak darah kering. Lalu kuperhatikan sekeliling, ini di rumah sakit kah?
"By?" aku berusaha untuk bangun.
"Sudah, kamu tiduran saja. Gausah bangun." Ia tersenyum. Oh Tuhan, kenapa selama ini aku mengabaikan malaikat yang ada di depanku ini? Kenapa aku terus saja mengingat pria bermata biru laut itu, sedangkan di sini ada pria lain yang memang harus aku prioritaskan?
"Nad, kamu kenapa? Kamu kok menangis?"
"Tidak, By... Saya tidak apa-apa." Aku berusaha tersenyum. Kemudian aku bangkit, dan memeluknya. Lalu aku rasakan pelukannya yang erat itu. Cukup lama kami berpelukan hingga seseorang masuk ke dalam kamar rawat ku.
"Nadin!"
"Tante Hana?" aku melepaskan pelukan dari By.
"Kamu nggak apa-apa? Apa yang sakit, nak?"
"Ah, Nadin tidak apa-apa kok."
"Ini Tante bawakan buah, dimakan ya..."
Aku mengangguk.
"Tante nggak bisa lama-lama nih, soalnya tante masih harus mengurus persoalan Cakra. Kalian berdua saja nggak masalah kan? Sepertinya kalian juga butuh waktu untuk berdua saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Masa Lalu
RomanceKenangan-kenangan buruk itu perlahan mulai gugur saat aku bisa menerima cintamu, Tuan... -Nadin, 2025.