Part 10

101 22 2
                                    


"Makan siang bareng, yuk. Aku jemput sekarang ya?"

"Yah, saya makan bareng sama Pak Bosqoe dan cliennya. Maaf banget By."

"Oh gitu yaudah gapapa."

"Lain ka-"

Tut tut tut

Sial! Apa dia marah? Kenapa dimatikan begitu saja?

Aku mencoba menghubunginya kembali, tapi tak diangkat. Lalu kuputuskan untuk mengiriminya pesan.

To : Abyan

By, jangan marah. Saya kan cuma makan siang sama Pak Bosqoe dan cliennya. Lain kali kita bisa makan siang bareng kok... :))

Dia membalas, aduh benar kan dia marah. Di telepon nggak diangkat, di sms langsung dijawab.

From : Abyan

G.

Dia bilang tidak marah, tapi membalas singkat seperti itu? Yakin deh, sifatnya seperti cewe abg labil.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan itu membuat aku tak jadi membalas pesan dari By. Sosok pria tampan yang tak kalah jauh kecenya dari By muncul setelah pintu terkuak. Rupanya Pak Bosqoe. Aku memahami untuk apa dia kemari, makan siang. Hal sepele yang membuat By marah.

"Kamu sudah siap, Nadin?"

"Kita berangkat sekarang, Pak?"

"Ya kalau tidak sekarang kapan lagi?"

"Oh iya, Pak."

Setelah itu aku dan Pak Bosqoe menuju mobil untuk bertemu dengan clien di sebuah cafe. Tak sampai 30 menit, kami sudah duduk menikmati makanan kami masing-masing. Bukan menikmati, hanya melirik makanan saja. Aduhh, aku sudah lapar begini. Ternyata clien yang dimaksud oleh Pak Bosqoe adalah Pak Dreyan, dia yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan Pak Bosqoe. Boleh dikata, Pak Dreyan ini adalah musuh tersebar dari perusahaan Tuan Ahmad. Tapi itu hanya pendapat media, jika aku lihat mereka tak pernah menunjukkan untuk saling menjatuhkan. Aku pernah melihat berita di koran, bahwa keluarga Pak Drey dan Pak Ahmad makan malam bersama di sebuah restoran berkelas.

"Tujuan saya bekerja sama dengan perusahaan Anda adalah karena kita punya tujuan yang sama, Pak Cakra. Jadi, saya pikir kita akan mudah meraih tujuan bila kita bekerja sama."ucap Pak Drey

Aku masih belum tahu apa yang diucapkan Pak Drey. Tujuan mereka itu apa?

"Lebih baik kita tidak membicarakan tujuan kita di sini, Pak Dreyan."jawab Pak Bosqoe

"Ahh, saya tahu apa yang anda maksud. Baiklah mari kita nikmati makanan kita dulu, silakan dimakan makanannya."kata Pak Drey sambil menatap ku dengan senyum miring. Tatapannya aneh, apalagi senyumnya. Aku tak nyaman berada di dekat Pak Drey.

Ketika kita asik menyantap makanan, tak ada yang membuka pembicaraan. Diam. Aku sih tak peduli, yang penting saat ini adalah perutku terisi. Hehe.

Tapi, bagaimana dengan By? Apa dia sudah makan? Apa dia masih marah? Sekarang dia ada di mana ya?Kok dia tidak mengirim pesan lagi?

"Ehem..." Pak Drey berdehem.

"Pak Cakra, sepertinya saya harus pergi dahulu. Ada hal penting yang harus saya kerjakan. Nanti malam kita bicarakan lagi, saya akan atur jadwal kita meeting. Kalau begitu, saya permisi dulu."

Pak Bosqoe dan Pak Drey saling bersalaman. Setelah itu tangan Pak Drey terulur ke arahku, aku pun ikut menyalaminya. Lagi-lagi ia menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Senyum yang menyeramkan.

Serpihan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang