Part 4

141 31 3
                                    

Mobil Byan sampai di sebuah taman dengan air mancur kecil di tengahnya. Ini taman bermain. Banyak sekali permainan anak-anak di sini. Tapi berhubung masih pagi, taman ini senyap. Sepi. Kami terus saja berjalan berkeliling taman dengan saling diam. Tak kuat dengan kecanggungan yang melanda, aku putuskan untuk membuka pembicaraan. 

"By..." aku memanggilnya. Ia memberhentian langkah kakinya dan melepaskan gandengan tangannya dari tanganku. Memang, semenjak turun dari mobil ia terus saja menggandeng tanganku. Tangan suci ku telah ternodai :(

"Maaf kan aku Nad." ucapnya lirih sambil meletakkan pantatnya ke kursi taman. Aku mengikuti tingkahnya. Maksudku mengikuti untuk duduk. 

"Untuk?"

"Untuk kejadian semalam dan hari ini. Aku terlalu mabuk sampai-sampai tak mengenali orang. Aku salah memeluk orang rupanya."

"Nadin kekasihmu?" 

Dia menganggukkan kepala pelan, matanya memandang entah kemana. Terlihat kosong. 

"Dimana dia?"

"Dia... di surga." ia tersenyum getir. Aku melihat kepahitan diantara senyumnya. 

Aku terlonjak kaget saat dia mengatakan 'surga'. Apa Nadin sudah meninggal. Ah, maksudku Nadin kekasihnya bukan diriku.

"Iya, kecelakaan pesawat dari London kemarin. Rencanaku adalah untuk memperkenalkan Nadin ke orang tua ku agar mereka tidak salah paham dengan diriku. Mereka kira aku belum memiliki pasangan, sehingga mereka berniat menjodohkan ku dengan Lolita. Yang jelas-jelas aku tak suka dengan Lolita, menyebut nama gadis itu saja sudah membuat ku jijik. Bukan, bukan gadis. Bahkan dia sudah tidak gadis lagi."

Aku melotot mendengarnya. Sudah tidak gadis? Apa dia sudah pernah melakukan... Pikiran apa ini, mesum sekali diriku. 

"Jadi, kamu merasa depresi dan mabuk?"

"Yap, siapa sangka aku malah bertemu dengan gadis yang memiliki nama sama dengan kekasihku. Dan siapa sangka lagi, aku malah memeluk gadis itu. Kau masih gadis kan?"

"Hei, pertanyaan macam apa itu. Ya jelaslah sa... saya masih gadis. Cih menyebalkan sekali kau ini. Dan tentang kejadian tadi malam, tak apa. Aku paham perasaanmu. Kehilangan orang yang kita sayang memang menyakitkan. Tidak usah permasalahkan kejadian semalam."

"Jadi, apa aku boleh memelukmu lagi?"katanya lirih sambil memandang ke arahku.

Aku kaget(lagi). Oh Tuhan, orang ini suka melihat aku kaget rupanya -_- Aku ingin menolaknya, tapi tatapan mata itu sungguh memilukan. Aku tak tega melihatnya. Aku pun mengangguk ragu. Ia tersenyum tipis lalu memelukku dalam. Omaigat ini kali pertama setelah 7 tahun yang lalu. Dulu By yang sering memelukku dan sekarang... Sekarang By juga memelukmu. Tapi bedanya, mereka bukan orang yang sama.  Dulu By yang memiliki nama lengkap Adelardo Abyan Nandana yang memelukku. Pria bermata biru laut indah itu yang sedari dulu mengisi hatiku. Tubuhnya yang tinggi dan resik itu, ah aku mulai mengingat nya lagi. Dihadapanku saat ini. Tunggu, bukan dihadapanku. Dipelukanku tepatnya. Entahlah ini aku yang dipeluk atau dia yang kupeluk. Yang kutahu kita saling peluk. Apa? Saling peluk?Ya Tuhan... 

"Aww... ck kenapa kau mendorongku?"hardiknya kesal

"Eh, maaf By. Saya refleks." ungkapku sambil nyengir menampilkan deretan gigi-gigi putihku. 

"Reflek refleks, tadi kan sudah kau izinkan. Tapi sekarang main dorong seenaknya."dia berkata dengan nada seolah ia korban dan aku sang pelaku tindak kejahatan. 

Ya, memang aku refleks mendorongnya hingga terjatuh dari kursi taman ini. Lagian, dia sudah mengingatkanku pada By. Jahat sekali dia. 

"Maafkan saya, saya tidak bermaksud mendorongmu." kataku penuh sesal.

Serpihan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang