[DOL] Chapter 25

9.5K 455 28
                                    


.

.

.

OoO

Happy Reading

OoO

.

.

.

Hari demi hari telah Sakura lewati dengan dukungan Sasuke dan teman-temannya. Hari ini ia di izinkan oleh dokter untuk pulang karena memang keadaan Sakura yang sudah membaik dengan cepat. Senyuman manis terus terukir di bibir gadis manis tersebut di sepanjang perjalanan pulang.

"Kau masih belum boleh sekolah nak," ucap Mebuki memperingati putrinya yang sedari tadi terus tersenyum manis.

Sakura yang mendengar perkataan Mebuki langsung saja menatap sang Ibu dan memasang wajah cemberutnya. "Tapi, Dokter bilang kaki ku-"

"Mengertilah Sakura," potong Kizashi yang langsung mendapatkan deatglare dari putri cantiknya, membuat kedua orangtua tersebut terkekeh kecil mendapatkan reaksi putri kesayangan mereka.

Sakura segera mengalihkan pandangannya ke arah jalanan dan memasang wajah cemberut.
Sesampainya di rumah keluarga Haruno, Sakura segera membuka pintu mobil dan turun dengan sangat perlahan.

"Sayang, hati-hati," ucap Mebuki tiba-tiba karena masih terlalu khawatir dengan putrinya yang memang keras kepala.

Sakura mengabaikan ucapan Ibunya dan berjalan dengan sangat pelan tanpa bantuan alat apapun. Mebuki dan Kizashi pun menghela nafas pasrah melihat putrinya.

.

.

.

"Ekhem," suara deheman seorang gadis berambut pirang mengagetkan seorang gadis yang tampak asyik dengan ponsel di tangannya.

"Mau apa kau?"

"Tidak," wajah Ino berubah datar saat irish lavender lawan bicaranya menatapnya.
"Aku hanya heran, kenapa orang sepertimu masih berkeliaran disini," lanjut Ino seraya berjalan dan berhenti di samping Hinata yang memang sudah kembali pada posisinya semula.

"Apa maksudmu?" tanya Hinata heran. Namun ia hanya melirik sejenak gadis di sampingnya sebelum kembali mengabaikannya dengan bermain ponsel.

"Kau pikir aku tidak tau siapa yang menyebabkan Sakura masuk ke rumah sakit?" tanya Ino seraya menatap Hinata yang mendadak kaku karena pernyataannya.

"Jika saja tidak sedang berada di sekolah, maka aku sudah membalasnya daritadi," sambung Ino dengan senyuman sinis.

Hening beberapa saat. Sesekali Ino melirik gadis disampingnya dengan senyuman sinis kala melihat Hinata yang menatap ponselnya dengan tatapan kosong.

"Hei egois, apa kau pernah berpikir kenapa Saara lebih memilih pergi?" pertanyaan Ino yang tiba-tiba berhasil membuat Hinata menatapnya datar.
"Karena kau lebih mementingkan dirimu sendiri daripada sahabatmu," lanjutnya tajam.

"Jangan sok tau," ucap Hinata pelan namun dingin.

Kini Ino sudah sepenuhnya menghadap ke arah Hinata yang balas menatapnya dingin.
Ino tersenyum melihat ekspresi gadis di depannya, "Sekarang kau pikir, apa kau pernah membantu Saara saat dia susah? Saat dia ada masalah? Tidak kan? Kau pasti selalu mengatakan 'urus urusanmu sendiri' pada Saara. Tapi saat kau membutuhkan bantuannya, kau selalu datang padanya dan Saara pasti akan membantumu. Apa itu yang namanya sahabat?"

Destiny Of Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang