Tak Terduga

665 29 0
                                    

      
       Sesampainya dirumah, aku menemui Bu Merry dan Pak Hanan yang sedang berkunjung dirumah kami. Aku mencium tangan beliau layaknya orang tua, setelah itu umi menyuruhku masuk kedalam. Aku menuruti perintah beliau. Namun, sebelum masuk ke dalam kamar, aku tak sengaja mendengar percakapan mereka.

   "Saya kesini mau mengambil anak saya yang sudah 15 tahun tinggal disini." aku terbelalak saat mendengar ucapan Bu Merry. Namun, aku masih tak mengerti apa yang dimaksud olehnya.

   "Biarkan Zahra tinggal disini ya bu, saya belum cerita apa-apa ke Zahra, kalau Zahra sebetulnya anak Ibu." jelas umi dengan suara paraunya.

DEG....

      Aku terkejut dengan ucapan umi. Kucoba untuk menenangkan diri dengan bacaan istighfar. Yang kurasakan saat ini antara percaya dan tidak percaya. Bagaimana bisa Umi yang selama ini merawatku ternyata bukan Ibu kandung ku. Tak terasa air mataku mengalir dengan sendirinya.  

  "Kak?" suara Ahsan yang berhasil membuyarkan lamunanku.

  "Eh, kenapa San?" tanyaku seraya mengusap air mata

  "Kenapa kak? Kok nangis?" tanya Ahsan dengan rasa penasaran. Aku berlari kecil menuju kamar tanpa menjawab pertanyaan dari Ahsan. Ahsan pun bingung dengan tingkah laku ku saat ini. Aku menangis sejadi-jadinya didalam kamar. Rasa kesal, bingung, shock, semua campur menjadi satu.

  "Kenapa umi nggak bilang sama aku dari awal?" suara parauku keluar beriringan dengan air mata yang begitu deras. Aku gatau lagi harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Semua sudah cukup hidup dalam sebuah drama.


                           * * * * *

    Suara ayam berkokok begitu keras dan jelas, kulihat jam dinding yang terpampang didalam kamar menunjuk kan pukul 04 lebih 30 menit. Aku pun segara bangkit dari kasur, lalu segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Aku memohon ampun kepada Allah, kuserahkan semua masalah kepadaNya, karena aku yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya. Aku mendengar suara ketukan pintu kamar, kucoba mendekat kearah pintu dan membuka nya.

  "Zahra, kamu udah tau yang terjadi sebenarnya?" tanya Umi ragu-ragu. Aku mengangguk, lalu kupeluk Umi dengan erat. Pengorbanan beliau begitu banyak, aku sangat berterima kasih kepada beliau. Meskipun aku bukan anak kandungnya namun beliau tidak pernah membeda-beda kan antara aku dan Ahsan.

       Untungnya sekarang hari Minggu. jadi, aku bisa seharian menemani Umi dirumah dan membantu melayani pelanggan umi. Sejak abi meninggal dunia, umi sekarang menjadi tulang punggung keluarga. Beliau dengan semangat membuka toko kecil-kecilan dirumah. Meskipun hasilnya tak seberapa, namun Alhamdulillah masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari kami.
























Kira-kira Zahra tetep tinggal bersama umi atau sama Bu Merry ya??
























                  JENG JENG JENG











































IKUTI TERUS KELANJUTANNYA

PARA READERS YANG BERBAIK HATI, SILAHKAN VOTE, KOMEN, DAN SHARE❤❤❤

AbiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang