Setelah melihat mobil milik Adam keluar parkiran, Arkilla pun langsung menatap tajam ke arah kertas yang di pegangnya, "Kali ini gue pastiin gak ada lagi perasaan aneh itu"
💧💧💧
"Arkilla, bangun sayang! Ini udah jam sembilan. Anak gadis gak boleh bangun siang. Pamali!"
Rissa kini menepuk-nepuk pipi anak bungsunya itu yang masih enggan membuka matanya.
"Ishhhh entar dulu, ma. Ini tanggal merah, aku gak sekolah." rengek Arkilla sambil menarik kembali selimbutnya hingga menutupi bagian atas lehernya.
"Ada Bintang di bawah, cepet mandi!!" kali ini Rissa menarik paksa selimut yang menutupi tubuh anaknya.
"Ma, jangan ngigo. Bintang adanya di langit, bukan di bawah. Lagian ini udah siang, bukan malem!!" ketus Arkilla, frustasi.
"KAMU YANG NGIGO!!! Maksud mama itu Bintang temen kamu, bukan bintang yang ada di langit. Udah tau ini siang, masih aja tidur!!" Jelas Rissa, tak kalah jengah melihat tingkah anaknya.
Arkilla mencoba mencerna ucapan ibunya barusan tanpa membuka kedua matanya.
Bintang? Kesini? Temen? Siang?
"Astagaaaaa!!! Iya, ma aku lupa ada janji sama dia" Arkilla berteriak histeris sambil menyibakkan selimut yang masih melilit tubuhnya. Rissa yang mendengar teriakan anaknya hanya menutup telinga dengan kedua tangannya sendiri.
Belum sempat Arkilla melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, ia menolehkan kembali kepalanya kearah ibunya dengan tatapan menyelidik.
"Ma...! Mama tau dari mana namanya Bintang?"
"Tadi...... Tadi dia ngenalin diri sama mama." jawab Rissa dengan jelas.
Arkilla hanya bergumam tak jelas sebelum memasuki kamar mandinya. Rissa yang merasa lega pun langsung mengelus dadanya lalu pergi meninggalkan kamar Arkilla yang nantinya akan di bersihkan oleh pekerja rumah tangga.
💧💧💧
"Jadi kamu gak mau nyerah buat balikin ingatan anak om lagi?" ucap Reza, seraya meneguk kopi kesukaannya.
Hari ini adalah tanggal merah, Reza sebenarnya bisa saja pergi ke kantornya untuk mengurus semua data akhir tahun ini. Namun, kali ini Reza memilih untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya di rumah. Dan sekarang ia tengah duduk di ruang tamu dengan segelas kopi hangat ditangannya.
Di depannya nampak pria muda bernama Bintang yang terlihat serius menatap ayah dari kekasihnya.
"Iya om, sebelumnya saya minta maaf karna saya yang buat anak om kecelakaan." ucap Bintang, dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya.
Reza terkekeh mendengar ucapan Bintang.
" Ini permintaan maaf kamu yang kesekian kalinya. Om gak nyalahin kamu untuk semua yang udah terjadi. Arkilla kecelakaan bukan salah kamu ataupun siapa teman kamu?""Feni, om" jawab Bintang.
"Nah iya, Ini bukan salah kamu ataupun Feni. Takdir yang nentuin, gimana pun kita ngehindar dari musibah, kita gak bisa ngelak akan takdir yang udah Tuhan tentuin" jelas Reza, sebelum mengangkat handphonenya yang berbunyi.
"Om keluar dulu sebentar." pamit Reza, lalu menempelkan kembali handphonenya ke telinga kanannya.
Bintang mengangguk menanggapinya. Ia bersyukur karena keluarga Arkilla tidak pernah menyalahkannya atas apa yang telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titipan Bintang [on Going]
Teen Fiction[⚠Follow sebelum membaca] Dia Bintang, cowok galak yang berubah menjadi jinak ketika sedang bersama dengan gadisnya, Arkilla. Sudah satu bulan lebih cowok itu menunggu sebuah memori. Memori tentangnya yang hilang dari ingatan Arkilla. Akankah Bintan...