Chapter 7

18 17 0
                                    


"Pa, aku janji gak akan balapan liar lagi. Jadi please balikin motor aku, Pa. Come on dad, i'm promise" rengek seorang pria tampan kepada pria separuh baya yang tak lain adalah Ayahnya.

"Gak, Papa udah bosen makan janji-janji kamu yang pait itu. Liat kakak kamu, dia gak pernah bikin masalah yang nyeret nama baik keluarga kita" jawab ayahnya, lalu menyimpan pistol yang tadi sempat ia ambil dari tangan anak bungsunya itu ke dalam laci.

"ITU KARENA ANDRA PERNAH NGERASAIN KASIH SAYANG SEORANG IBU!!" bentak pria muda itu,sambil mengepalkan kedua tangannya.

"BINTANG!!!"

"Kenapa? Emang benerkan lo ga kekurangan kasih sayang nyokap?" sinis pria yang di panggil Bintang itu setelah mendengar teriakan seorang pria yang berada di depan pintu ruang kerja papanya.

"Bintang!! Udah, jangan buat emosi kakak kamu. Pergi ke kamar sekarang!" tegas papa nya.

"PAAA!!" teriak Bintang ,tak terima jika papanya terus memojokan dirinya di hadapan kakanya sendiri.

Andra berdecak sebal melihat adiknya yang keras kepala,"Lo gak denger papa bilang apa? Sekarang pergi ke kamar. Jangan bikin gue nyeret lo dengan tangan gue sendiri!" jelas Andra, sambil mendekati adiknya itu.

Disisi lain, Martin hanya memejamkan matanya, pusing melihat perdebatan kedua anaknya kembali.

"Jangan sentuh gue!!" Bintang menepis kasar tangan kakaknya ketika Andra mencengkram pergelangan tangan Bintang.

"Gue gak mau jadi anjing penurut lo, Andra. Gue bakalan cari sendiri apa yang gue mau!!" ucap Bintang, menatap tajam ke arah kakaknya lalu pergi meninggalkan ruang kerja papanya itu dengan emosi yang menggebu.

"Jangan bertindak bodoh, Bintang!!" geram Andra

💧💧💧

Bintang berjalan cepat dengan langkah lebarnya. Kedua tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras. Ia kesal karena orangtua dan kakaknya selalu mengusik hobinya itu.

Langkah kakinya terhenti saat matanya menangkap seorang gadis yang berdiri di depan mini market dengan sebelah tangan yang memegang kresek belanjaan. Dengan cepat, Bintang berlari menghampiri gadis itu.

"Bintang? Ngapain kamu disini? Kok jalan kaki?" tanya gadis berambut curly itu seraya menatap heran pria yang kini berada di depannya.

Bintang berdecak, "Harusnya aku yang nanya kamu, Arkilla sayang. Ngapain disini malem-malem? Gak bilang lagi." ketusnya.

Gadis bernama Arkilla itu mendengus, "Aku udah bilang lewat chat tau. Kamunya aja yang gak read chat aku."

Bintang mengerutkan keningnya, "O ya? Handphone aku low-bat. Terus lupa bawa." ucapnya seraya nyegir kuda.

"Kebiasaan. Btw, kamu mau kemana? Kok jalan kaki?"

Bintang terdiam, ia tak mungkin mengatakan bahwa dirinya pergi dari rumah karna ayah dan kakaknya melarangnya untuk balapan lagi. Bahkan motornya pun entah di simpan dimana.

Arkilla melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan sebelah tangan yang masih menjinjing belanjaan berisi cemilannya, "Jujur atau gak kita marahan?"

Perkataan Arkilla berhasil menyeret lamunan Bintang, "A... Aku pergi dari rumah. Niatnya mau naek taxi, tapi mana ada taxi lewat perumahan kalo gak ada pelanggan yang pesen. Handphone juga ketinggalan. Jadi, aku jalan kaki aja buat nyari tukang ojeg. Aku mau nginep di rumah si Reno." papar Bintang.

Titipan Bintang [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang