lo kenapa baik sama gue?!

7 0 0
                                    

Selesai mengisi perut di sebuah restoran kecil yang berada di sekitar peternakan kuda, akhirnya mereka memilih untuk kembali dengan menunggang kuda.

"Enggak!" Pekik Rara

"Kenapa Ra?, gue cukup kuat kok bonceng kamu" ucap Hanin meyakinkan rara bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika ia menaiki kuda bersama hanin

"Ya udah nin kalo Raranya mau jalan kaki ga apa-apa" ujar Awan pada Hanin

"Tapi kasian Raranya kak" jawab Hanin agak bingung

"Gimana Ra? Lo ga apa-apa jalan kaki sendirian?" Tanya hanin

"Ck! Ya udah kalo lo maksa gitu, gua ikut!" Jawab rara dengan ekspresi sok jual mahalnya

Kemudian Rara menaiki kuda milik hanin, namun nampaknya Rara agak kesulitan menaiki kuda itu, maklumlah gadis itu belum terbiasa menunggangi kuda, bahkan ini kali pertamanya menaiki kuda.

"Sini Ra, biar gue bantu naik"

Akhirnya Rara berhasil menaiki kuda berkat bantuan Hanin.

Kuda putih milik Hanin sudah mulai berjalan dan Awan mengekor di belakangnya, sedangkan rara masih dengan ekspresi takutnya, sambil menutup mata. Jatung Rara berdegup kencang, seluruh isi perutnya bergejolak. Hatinya mengumpat Hanin dan Awan beserta kuda milik mereka.

"Jangan kenceng-kenceng larinya!" Pekik Rara, namun Hanin hanya menganggapinya dengan tawa renyah.

Setelah sampai di kandang kuda, Rara pun turun dengan badan gemetar

"Ra, kamu ga apa-apa kan?" Tanya hanin penuh khawatir, seraya menyentuh pundak Rara yang pada saat itu bisa Hanin rasakan pundaknya yang bergetar

Tiba-tiba Rara menepis tangan Hanin dengan kasar. egoisnya memberi perintah dengan spontan untuk tidak dekat-dekat dengan anak yang berstatus "anak cupu" dan menjadi objek pembullyan teman-temannya. Termasuk dirinya yang kerap membully anak-anak seperti Hanin. Anak cupu seperti Hanin akan selalu berada di bawah kakinya.

Namun perasaan itu kembali merayapi hati dan otak Rara, perasaan yang selalu muncul ketika dirinya dan teman-temannya melakukan aksi pembullyan. Perasaan yang seperti perang pikiran, antara hati nurani dan egoisnya. Hati nuraninya berkata, "Hanin juga manusia, lagi pula dia anak yang baik" kemudian egoisnya berkata sebaliknya "anak cupu seperti Hanin, tidak pantas untuk di perlakukan baik".

Selalu saja Rara kalah dengan pertarungan pikirannya sendiri dan buruknya ia selalu memilih mengikuti egoisnya.

"Sorry" spontan rara meminta maaf pada Hanin. kali ini agak berbeda, Rara tak pernah sedekat ini dengan Hanin, bahkan biasanya Hanin tak sampai berani membuka suara pada Rara. Sehingga rasa bersalah membuat Rara sang princess meminta maaf pada seorang upik abu .

Hanin sendiri masih tercengan, seorang Putri rara yang jahat meminta maaf kepada seorang yang ia anggap upik abu yang begitu hina. Pelan-pelan tangan Hanin kembali merambah pundak rara yang saat ini tengah sibuk dengan pikirannya.

Dan ekspresi itu kembali Hanin lihat, sangat terlihat jika rara memiliki beban pikiran dimana hanya Rara sendiri yang tau.

"Ra kamu ga apa-apa?" Tanya hanin seraya mengelus pundak rara. namun rara tidak menggubris pertanyaan Hanin. Hatinya berdenyut, untuk pertama kalinya ia merasakan hal berbeda dari Hanin. Untuk pertama kalinya ia mendapat perhatian dari orang yang selalu ia jahati. Ada sebersit rasa bersalah di hati Rara.

Kemudian Rara bangkit dari lamunannya dan menatap Hanin dengan ekspresi serius, cukup lama rara menatap gadis lugu itu, hingga Hanin sendiri merasa tak nyaman dengat tatapan Rara yang tak jauh beda degan tatapan psikopat yang siap memutilasi korbannya.

"Lo kenapa baik sama gue!?" Sejurus pertanyaan itu meluncur dari bibir Rara, masih dengan tatapan membunuh ala Rara.

Hanin tersentak seketika dengan kalimat yang baru saja rara lontarkan. Bukan pertanyaannya yang membuat hanin tersentak namun maksud dari pertanyaan Raralah yang membuat hanin terkejut. Hatinya agak terluka mendengar kalimat Rara. Dengan kata lain Rara meragukan kebaikannya. Tapi bukankah seorang Rara memang seperti itu, yang akan berteman pada orang yang menguntungkan dirinya, yang berfikir harus ada imbalan untuk setiap perbuatan.

Segala perbuatannya itu murni dari hatinya, tidak ada tujuan lain maupun maksud terselubung. Meskipun di jahati seburuk apapun, Hanin hanyalah gadis lugu nan polos yang beranggapan bahwa jahat tak bisa di balas dengan kejahatan. Memang ada rasa marah, dendam dan kecewa di hati Hanin, namun ia hanyalah gadis lemah, tak ada gunanya melawan, toh ia akan tetap kalah dengan para princess-princess dan kekuasaan milik mereka. Dirinya hanya seekor semut kecil apabila di bandingkan dengan Rara dan kawanannya. Hanya gadis miskin dengan kehidupan serba apa adanya.

Agak lama hanin terdiam, Rara kembali mengagetkan hanin. Rara menepuk pundak hanin yang tengah berfikir keras.

"Woy!!"

"Kalo orang nanya, jawab!"

"Maaf!" Hanya sepatah kata itu yang mampu Hanin ucapkan, kemudian Hanin pergi begitu saja tanpa berucap apapun. Sedangkan Rara masih tercengang. Seorang upik abu berani mengabaikan sang princess. Pikiran-pikiran Rara kembali berspekulasi mengenai Hanin. Di satu sisi, hati Rara tak tega, apabila menyakiti seseorang yang jelas-jelas lemah. Menghina kekurangan yang Hanin miliki, tentu saja hal itu merupakan hal yang tidak terpuji, setidaknya itu yang Rara pelajari dari mamanya dan pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Namun di sisi lain karna teman-temannyalah yang membuat Rara mau tak mau harus mengikuti jejak mereka agar Rara bisa menyamai derajat mereka.

Sementara jarak Hanin sudah semakin jauh, Rara yang hendak memanggilnya membatalkan niatnya. Melihat Hanin yang sudah sangat jauh ingatan Rara berputar ke masa 2 tahun yang lalu. Masa dimana itu adalah pertama kalinya ia bertemu Hanin. Dari pertama masuk Sma, Hanin memang sudah tak punya teman, karna sekolahnya itu merupakan sekolah elite yang di huni anak-anak konglomerat, pejabat, artis, bahkan anak-anak dari luar Indonesia jadi siapa yang mau bertenang dengan Anak kelas bawah. Hanin sendiri hanyalah seorang biasa dengan segala kesederhanaan, bahkan untuk bisa masuk ke Sma itu Hanin mendapat beasiswa, entah beasiswa apa, yang pasti bukan beasiswa prestasi akademik. Karna setau Rara, Hanin adalah siswa dengan IQ yang biasa saja.

Hari itu adalah masa pengenalan lingkungan sekolah, Rara kala itu tengah berjalan di antara rak-rak buku perpustakaan megah milik sekolahnya. Cukup lama Rara mencari buku yang di sukainya namun tak mendapatkan hasil. Hampir saja menyerah, namun pandangannya beralih ke sebuah buku tebal berwarna ungu dan putih, buku sains untuk kelas 12. Mata Rara berbinar melihat buku sain dimana ia merasa akan menemukan hal-hal baru di buku itu, tentu saja bukankah buku itu berisi materi-materi yang di peruntukan bagi siswa kelas 12. Belum Rara sempat meraih buku tersebut, siswa lain mengambil buku tersebut lebih dulu, kemudian meninggalkan rak tersebut tanpa basa-basi dengan Rara. Rara marah atas itu, gadis itu sudah berani merebut buku yang hendak Rara baca, dan langsung pergi begitu saja tanpa kata maaf, permisi atau apa saja. Pertemuan pertama yang kurang menyenangkan, dan berlanjut hingga pembullyan karena status sosialnya yang di bawah rata-rata kemudian jilbabnya yang dianggap kuno. Memang di sekolah itu hanya segelintir siswi yang memakai jilbab, meskipun mayoritas siswi di sekolah itu muslim, namun jilbab menjadi sesuatu yang masih minoritas di sana.

Setelah puas bernostalgia akhirnya Rara memilih melangkahkan kakinya sembarangan menyusuri lapangan hijau nan luas. entah sampai mana ia bisa berjalan menyusuri setiap jengkal hamparan rumput yang di injaknya. Tak menemukan apapun, namun Rara masih Setia pada fantasi-fantasinya mengenai Hanin. Apakah nantinya Hanin akan melakukan hal nekat karena tidak kuat mental, seperti bunuh diri misalnya. Atau Hanin akan membalas dendam padanya dan teman-teman segengnya. kala itu ia bertanya-tanya apakah perbuatannya selama ini sangat jahat. Tapi jika difikir lagi perbuatannya itu memang sudah terlewat batas, mulai dari memfitnah Hanin ini itu hingga beberapa kali Hanin harus bolak-balik ruang BK, menyembunyikan baju olahraganya hingga han.

Dan di weekend ini, Rara banyak menghabiskan waktunya dengan melamun.

Jangan lupa vote, follow and comment ya gaes...

I'm ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang