tamu istimewa?

26 5 0
                                    

Kala itu rara hanya berbaring manja di kasur berukuran king size miliknya seraya memainkan iPhone yang tahun lalu di belinya.

Kemudian seperti anak-anak hitz lainnya, rara juga sangat aktif di sosial media. Segala moment selalu ia sempatkan untuk di publish dan sebagai seorang yang populer tentu saja rara selalu banjir like dan pujian.

"Hm.. captionnya apa yah?" Gumam rara Sambil menggeser-geser jarinya di layar iphone yang di genggamnya.

"Ganti aja apa ya?!" Ujar rara pada dirinya sendiri, sedangkan matanya memandang fotonya dengan tatapan tak menyenangkan.

Setelah beberapa saat berfikir...
"Ganti deh, fotonya jelek juga!"

Setelah puas bermalas-malasan di kamarnya, kini perutnya sudah mulai keroncongan bahkan beberapa kali sempat berbunyi keras.

Tak tahan lagi dengan rasa laparnya, akhirnya ia melangkahkan kakinya berat, ke arah dapur, walaupun ia masih malas setangah mati.

Sampainya ia di dapur, rara bertemu dengan bi' aan, yang sedang memasak makan malam.

"Hai bi" sapa rara, namun sapaan itu tak di gubris oleh bi' aan, mungkin karena terlalu fokus dengan pekerjaannya sekarang.

"Bi' aan!!" Merasa di kacangin, rara tak menyerah kali ini ia meninggikan suaranya.

"Eh ada non rara, makanan masih belum mateng non" ujar bi' aan tanpa rasa bersalah, dan langsung kembali fokus ke pekerjaan semulanya.

Kemudian rara hanya duduk-duduk santai di dapur, ia hanya memakan roti seadanya, karena masakan belum siap.

Sembari mengunyah potong demi potong roti, rara memperhatikan gerak-gerik bi' aan yang sedang memasak.

Dan yang membuat heran rara, tidak biasanya bi' aan masak masakan seperti itu. masakan bi' aan kali ini tampak berbeda dan porsi yang cukup banyak.

"Ganti menu ya bi'?" Tanya rara yang pandangannya masih fokus ke arah masakan bi' aan

"Masa non lupa sih?, kan kita ada tamu, istimewa lagi!" jawab bi' aan dengan sangat antusias.

"Tamu istimewa?" Tanya rara belum menyerah sebelum informasi yang ia dapatkan benar-benar komplit.

"Aduh si non!" Pekik bi' aan, namun rara menanggapinya dengan ekspresi datar.  

"Cowok aneh itu ya bi'?" Tebak rara seraya memicingkan matanya dan mengeluarkan ekspresi detektifnya.

"Tau juga non!" Jawab bi' aan datar, kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

"Ya uwah bi', wawa kewua uwu (ya udah bi' rara keluar dulu)" ucap rara seraya mengunyah potongan roti terakhirnya yang lumayan besar.

Kemudian rara berjalan ke arah ruang keluarga meninggalkan bi' aan yang tengah fokus memasak.

Dan pemandangan yang menurut rara cukup tidak menyenangkan datang dari arah sofa, dimana ada papa dan mamanya tengah berbincang ria dengan cowok yang aneh itu, kemudian di samping cowok aneh itu ada seorang pria setengah baya mungkin seusia ayahnya.

"Hai pa, ma" sapa rara, dan kemudian duduk di sebelah Rani.

"Eh rara, Salim dulu nak ke om wijaya!" Pinta sang mama

Tanpa pikir panjang, rara menuruti permintaan mamanya dan kemudian meraih tangan pria paruh baya yang bernama wijaya itu dan mencium tangannya.

"Wah, rara sudah besar yah! Terakhir kali om kesini kamu masih suka ngompol" ujar wijaya, dan perkataannya barusan sukses mengundang tawa dari Bambang dan Rani.

"Benar juga kamu, sudah 13 tahun lebih kamu tidak mengunjungi kami lagi" ujar Bambang, namun seketika keheningan tercipta di antara kedua pria dewasa ini, dan tentu saja hanya  rara yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Tak lama kemudian Rani memecah keheningan, dan suasana mencair kembali, mereka pun berbincang-bincang seputar sekolah anak-anak mereka dan tentu saja tak luput dari pembahasan seputar perkerjaan.

"Tuan makanan sudah siap!" Tiba-tiba bi' aan menyela percakapan, dan perhatian pun terarah kepada bi' aan.

"Oh bagus, ya sudah ayo kita makan malam" ajak Bambang penuh antusias kepada temannya itu.

Tiba-tiba Rani menarik pergelangan tangan suaminya dan membisikkannya sesuatu.

"Oh iya yah! Kok papa bisa lupa ya?" Ujar Bambang seraya menepuk jidatnya sendiri.

Dan percakapan sepasang suami istri itu tak luput dari perhatian sang anak.

"Masalah kursi ya pa?" Tebak rara seolah sudah tahu dengan percakapan yang sedang di bahas orang tuanya.

"Iya, padahal kan kursinya cuma empat" jawab  Rani agak panik.

"Ya udah biar aku sama bi' aan  makan di tempat lain" ujar rara dengan ekspresi datar.

"Tumben kamu mau ngalah?" Tanya Bambang curiga, tentu saja ia akan curiga dengan putrinya, pasalnya putrinya ini tipikal orang yang paling tidak suka mengalah bahkan kepada orang tuanya sendiri.

"sama anak sendiri curigaan mulu deh papa" ketus rara dan akhirnya membuang muka.

"Papa ini! Sudah Bagus dia mau ngalah" tukas Rani sembari menyenggol lengan suaminya.

"Ya sudah, maaf deh kalo papa curigaan mulu" ucap Bambang tulus seraya mengusap puncak kepala putrinya itu.

"Iya" jawab rara sekenanya.

Jangan lupa vote, comment dan follow gaes...

I'm ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang