upik! ngapai lo disini?!

24 3 0
                                    

"What!!" Hanya satu kata itu yang saat ini mampu keluar dari mulut rara, gadis cantik itu hanya bisa berdiri kaku serta mata melotot yang tak kunjung berkedip melihat pemandangan di depannya dengan tatapan kaget.

"Apa sih! Wat wet wat wet, ga suka?"
Rani malah balik bertanya dengan nada ketus serta tatapan garangnya.

"Ma, ngapain juga mama ngajak aku ketempat kayak gini, ini tuh tempatnya anak kecil ma, rara udah dewasa kali ma" cerocos rara sambil menunjuk kuda-kuda yang tengah menyantap rumput di hadapannya.

"Kalo ga suka, ya udah! Udah terlanjur nyampe juga kan" balas mamanya acuh tak acuh sambil bersorak melihat kumpulan kuda dari saking antusiasnya.

"Lagian ya, berkuda itu adalah olahraga yang di sunnahkan oleh rasulullah, pahala tau" tutur Rani kemudian Rani melanjutkan aktivitasnya

Rara tak bisa berkata apa-apa lagi, kemudian ia memutar bola matanya malas melihat mamanya bertingkah seperti anak-anak dari saking kagumnya melihat kuda

Namun di sisi lain ada senyum kecil namun samar di bibir rara, setidaknya mamanya bisa tersenyum walaupun ia sendiri tengah badmood.

Di tengah kesibukan rara berfikir bagaimana caranya agar bisa lari dari mamanya yang sedang menyandranya, tiba-tiba Rani menarik tangan rara dan membawanya berlari melewati beberapa kuda yang tengah menyantap makanannya dengan lahap.

"Mama mau bawa rara kemana?!" Pekik rara

"Ikut aja!"

Rani menarik pergelangan tangan putrinya, membawanya ke arah dimana para kuda beristirahat, melewati lapangan luas dan hijau tempat para kuda biasa merumput.

"Ya ga usah lari-lari juga kan ma" tegur rara pada mamanya namun tampaknya Rani tidak menggubris ucapan putrinya, pasalnya Rani sendiri tengah sibuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"Aduh, mama... mama capek" ucap Rani dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan dan tidak beraturan.

"Kan rara juga bilang apa" gumam rara

"Ya udah ayok!, jalan pelan aja!"

Kemudian pasangan ibu dan anak itu melanjutkan perjalanannya yang sebenarnya jarak perjalanan itu sudah cukup dekat, tak ada sesuatu yang menghiasi perjalanan singkat itu.

"Mah! Dari pada cuma ngomelin rara, mending bantuin papa deh! Biar lebih ada faedahnya"

Rani kemudian menghampiri suaminya dengan perasaan setengah hati, entah kenapa kali ini ia merasa sangat tersinggung dengan ucapan suaminya.

"Mama kenapa sih?, sakit?, atau lagi M?, perasaan dari tadi sensian mulu sama rara, kasian lho ma, dari tadi itu anak adem ayem malah di omelin, kita kan kesini niatnya mau liburan, happening" terang Bambang

Rani tak membalas omelan Bambang, itulah faktanya, ia menyadari jika seharian ini ia merasa agak kasar dan terlalu over terhadap rara, Rani sendiri masih di buat bingung oleh prilakunya hari ini.

"Mama ga kasian apa!" Bisik Bambang penuh penekanan disetiap perkatanya, menandakan bahwa Bambang sedang tidak baik-baik saja.

Rani hanya menanggapi ucapan Bambang dengan ekspresi datar dan wajah malas, melihat istrinya yang sudah merajuk Bambang hanya bisa diam dan memutar otak bagaimana caranya agar sang istri tak merajuk lagi.

"Ma" panggil Bambang seraya mencolek lengan Rani dengan tatapan menggoda

"Ih! Papa apa-apaan sih!, ga ada kerjaan banget deh!" Ketus Rani di sertai tatapan tidak suka dengan perlakuan Bambang barusan.

Bukannya berhenti, bambang malah semakin menjadi, sekarang tak hanya lengan Rani, namun wajah serta bajunya juga terkena busa yang di coleki suaminya.

"Ih papa, kan kotor baju mama!" Omel Rani sambil mengosok bagian baju yang terkena noda.

"Kapan lagi kayak gini ma, hehehe" balas Bambang dan malah membuat Rani semakin geram dengan tingkan suaminya.

Rani tidak menanggapi candaan Bambang, ia malah fokus je kegiatan menggosok punggung kuda di depannya.

Sementara rara, kini ia berada di luar kandang kuda, di depannya terdapat pemandangan yang menurutnya cukup menarik untuk di tonton.

Siapa lagi kalau bukan pria aneh yang bernama awan itu.

Yah, rara sedang fokus memperhatikan awan yang tengah berkuda, betapa gagahnya awan saat itu di mata rara, dengan mudahnya ia memacu kudanya berlari, seolah-olah awan adalah pangeran di dongeng-dongeng.

"Rara!" Panggil cowo aneh itu
Namun tak ada respon dari rara, mungkin karna jarak mereka terlalu jauh.

"Ra! Kok bengong di situ?" Tiba-tiba saja awan berada di depannya seraya membawa kudanya, mungkin karna rara terlalu terbawa khayalan manisnya tadi.

"Ra gua dapet temen baru" ujar cowo itu penuh antusias

"Elah si wawan, kayak ga punya temen aja" ucap rara sambil membenarkan sepatunya.

"Awan ra!" Balas awan membenarkan ucapan rara.

"Awan wawan sama aja kali!" balas rara tak mau kalah

"Beda ra" ucap awan lembut

"Ia serah lu deh!" Lelah berdebat rarapun mengalah

Kemudian rara berdiri dan memperhatikan teman baru yang di maksud awan, akan tetapi ia malah menangkap pemandangan tak menyenangkan.

"Upik?!, ngapain lo di sini?!" Tiba-tiba saja rara membentak gadis yang berada di samping awan bersama kuda putihnya.

"Rara..." gadis itu hanya menjawab pertanyaan rara dengan takut-takut seraya menundukkan kepalanya dan kelihatannya gadis ini tak berani menatap wajah rara.

Sementara awan hanya bisa memperhatikan mereka berdua tanpa berkata apapun, sepertinya hanya awan disini yang tidak mengetahui apapun.

"jadi kalian sudah saling kenal?" Namun tak dari keduanya merespon pertanyaan awan.

"Jadi lo ngapain di sini upik abu!?" Kali ini rara mengucapkan kalimatnya dengan kasar bahkan menekan kata "upik abu"

"Cuma berkuda aja ra" jawab si upik abu itu lembut.

"Ra, kamu itu udah kelewatan, anak orang di hina-hina gitu, ada hati ga sih?!" Omel awan pada rara

"Heh wawan, ga usah ngikut urusan orang deh!" Rara tak terima dengan ucapan awan barusan

"Nin, kamu kenapa sih? Jangan takut sama rara kalo kamu ga ada salah" ujar awan pada gadis itu, yang kini tengah ketakutan dengan omelan rara.

"Untung gue lagi ga pengen cari ribut, jadi lo selamat hari ini, ya udah wan, cari makan yuk!" Ajak rara pada awan yang sedang cengo melihat rara yang tadi marah-marah tiba-tiba
jadi sok baik.

Tak ingin sibuk dengan prasangka buruknya pada rara, awan hanya mengekori langkah kaki rara.

Namun tiba-tiba rara berhenti dan berbalik

"Upik! Mau matung di situ sampe kapan?!" Pekik rara pada hanin yang berdiri di tempat dan bahkan tak berkutik sama sekali.

"Sini! Gua traktir, kapan lagi gua baik sama lo!" ajakan rarapun di sambut hangat oleh hanin.

Jangan lupa vote, comment dan follow gaes...

I'm ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang