"Yakin nih mau nonton film horor?"
"Enggak!"
"Terus ngapain kita beli tiketnya?"
Kelima cewek itu melanjutkan perjalanannya menelusuri tiap sudut bioskop XXI yang hari ini tampak padat pengunjung seusia Rara dan kawan-kawan. Beberapa kali Rara harus berdesak-desakan dengan beberapa pengunjung yang berjalan tanpa memperhatikan jalan, membuat emosi Rara makin naik.
"Eh itu si gembul bukan?" Ucap gishle sambil menunjuk cewek gendut yang sedang berdiri menunggu seseorang.
"Ngapain dia di sini?" Tanya key
"Ngapain lagi kalo bukan nonton, dia kan lumayan berduit gara-gara komiknya laris manis" jawab Rara yang juga terfokus pada cewek yang mereka panggil gembul.
"Komik murahan" timpal gishle
"Mau kemana dia?"
"Ikutin!"
***
"Papa ngapain coba ngajak mama ke tempat beginian" oceh Rani sambil membenarkan kerudungnya.
Sedangkan Bambang tak menggubris ocehan Rani, dan masih fokus memperhatikan setiap langkahnya. Seraya menggenggam tangan istrinya, Bambang berjalan menyusuri bioskop XXI. Bioskop yang di penuhi anak-anak muda yang juga mengantri untuk menonton.
"Pa mama ketoilet dulu yah"
"Cepetan!"
Sampai di toilet Ranipun membenarkan posisi jilbabnya yang berantakan akibat berdesakan tadi. Selagi membenarkan jilbabnya, Rani mendengar suara yang tak asing baginya. Suara yang berasal dari dalam kamar madi. Rani kemudian mendekati kamar mandi yang agak berisik dan sepertinya di dalam ada beberapa orang. Mendengar percakapan di kamar madi dengan seksama.
"Mandiin aja!"
"Lo yakin? Kita ga pernah beraksi di luar sekolah loh!"
"Biarin"
Rani kembali mencerna percakapan gadis-gadis misterius itu. Dan juga mencoba mengingat suara yang menurutnya tak asing itu.
Setelah lama berfikir kebelet pun menyerang. Akhirnya Rani memutuskan untuk memakai kamar mandi sebelahnya.
Ketika Rani keluar, Rani melihat pemandangan tak meng enakkan. Seorang perempuan gendut dengan baju basah kuyup. Gadis itu tengah mengelap badannya dengan tisu, sambil sesegukan menangis.
Rasa iba nya menyeruak sebagai seorang ibu, tentu saja Rani akan sangat marah terhadap pelaku bullying. Kemudian Rani mendekatinya "kakak kenapa?" Tanya Rani dengan lembut.
"Ga apa-apa kok tante" sahut gadis itu.
"Kalo ada masalah cerita sama tante, siapa tau tante bisa bantu sedikit" Rani masih membujuk gadis itu.
Tiba-tiba, tangisnya tak terbendung lagi. Gadis itu langsung memeluk Rani, dan menangis sejadi-jadinya.
"Apa karna aku cuma anak miskin? Makanya aku di tindas!?"
"Apa karana aku gendut!?"
Rani tak habis fikir dengan anak muda zaman sekarang.
"Emang siapa yang ngebully kakak?" Tanya Rani lembut
***
"Pa! Pulang aja yuk" ajak Rani pada suaminya."Pulang?!"
Dan akhirnya setelah melewati sedikit cek cok Bambang memilih mengalah pada istrinya.
Namun setelah di perhatikan betul-betul memang ada yang salah terhadap istrinya, hari ini. Setelah pulang dari bioskop, entah apa yang terjadi.
"Mama kenapa?, gak lagi ke hipnotis kan?." Tanya Bambang heboh.
"Mama! Ini siapa?" tanya Bambang seraya menunjuk wajahnya sendiri.
Kemudian Rani membuang muka dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
Dan kesunyian menemani perjalanan pulang kedua pasangan ini.
Sesampainya di rumah, Rani keluar berjalan gontai.
"Beneran deh! Mama kenapa sih?" Tanya Bambang serius.
"Ga apa-apa kok pah" sahut Rani tak semangat.
"Udah pulang om?Kok bentar?" Awan yang barusan keluar menyapa pasangan itu.
"Tanya tuh?" Jawab Bambang
"Kamu mau kemana?" Tanya Bambang balik
"Kedepan om"
"Oh hati hati ya"
Awanpun melanjutkan perjalanannya. Sedangkan pasangan itu masuk ke dalam rumah.
Tak ada yang berubah suasananya masih sama seperti suasana di perjalanan tadi. Rani asih memilih untul bungkam, namun mimik wajahnya menunjukkan kesedihan dan kecewa. Entah apa yang sudah terjadi Bambangpun sulit menebaknya.
"Perempuan kalo sudah begini ya susah kali di bujuk" gumam Bambang
Lama mereka saling terdiam, Rani memilih menghabiskan waktu dengan kegiatan mencuci piring, menyapu dan pekerjaan rumah lainnya.
Sedangkan Bambang masih Setia mencari solusi bagaimana cara membuat istrinya kembali tersenyum, ia fikir kali ini istrinya benar-benar sedang sedih.
"Pa! Ma! Rara pulang!" Pekik rara dari arah pintu
"Bisakan ga pake teriak!" Tukas papanya
"Iya iya maap" sahut Rara
"Btw mamamu dari tadi murung aja, ga tau kenapa, coba kamu samperin gih! Siapa tahu sama kamu mama mau ngomong" perintah Bambang pada putrinya.
"Iya, btw mama dimana?" Tanyanya
"Di dapur kayaknya"
Kemudian rara langsung pergi menuju dapur tempat mamanya sekarang.
"Mama!" Sapa Rara penuh semangat
Namun Rani tak menggubris panggilan anaknya.
"Mama kenapa?" Tanya Rara
Namun Rani masih enggan mengeluarkan suaranya, bahkan tak sekalipun Rani menatap anak semata wayangnya.
Melihat sikap mamanya Rara ikut kesal, sikap mamanya tak seperti biasanya. Biasanya jika mamanya marah, mamanya akan mengomelinya, tapi sekarang diamnya lebih menyiksa bagi Rara. Rara hanya bisa diam dan mengamati gerak-gerik mamanya. Entah apa yang terjadi.
"Mama ngomong dong" bujuk Rara sambil menggoyang goyangkan lengan mamanya.
Namun diluar dugaan Rani malah menepis tangan Rara kasar, masih dengan diamnya. Kemudian Rani memilih memasuki kamarnya dan berdiam diri di balik selimut.
"Tante Rani kenapa ya Ra?" Tanya awan yang entah dari kapan berada di belakang Rara dan tiba-tiba melemparkan pertanyaan yang bahkan Rarapun masih bingung.
"I don't know" sahut Rara
Mereka terdiam sejenak sambil memperhatikan pintu kamar Rani yang tertutup rapat.
Jangan lupa vote, comment and follow @whiteTulip31 ya gais!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Zahra
EspiritualIni cerita tentang gadis bernama zahra yang memilih untuk berhijab...