Malam harinya di meja makan, Rara, Bambang, awan dan bi' aan sama terdiam dan hanya menatap kosong hidangan di depannya.
Kemudian Bambang menatap tiga orang yang juga bernasib sama sepertinya bergantian, seolah tatapannya menyiratkan sebuah pertanyaan "siapa yang berani manggil istri saya?"
"Saya ga berani tuan!" Ujar bi aan menolak permintaan Bambang
"Jangan Rara pa!" Celetuk Rara, dan Bambang pun semakin putus asa.
"Biar saya om!" Seru awan seraya tersenyum manis
"Gud nak, kamu memang gentlemen!"
Kemudian awan beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar Rani. Sedangkan Rara,bi aan dan Bambang menatap kepergian awan penuh harap.
Tok tok tok
Awan mengetuk pintu kamar Rani namun nihil. Tak ada jawaban dari Rani.
"Tante ayo makan!" Seru awan, yang kedua kalinya akhirnya Rani membukakan pintu dan tersenyum, namun tampak sekali itu bukan senyum ikhlas.
"Tante kenapa?" Tanya awan lembut.
"Ga apa-apa, awan ga makan?"
"Yang lain nunggu tante"
"Tante ga napsu, kalian makan aja dulu" ujar Rani
"Tante! Please tante kenapa? Ga baik nyimpen masalah sendiri" ujar awan sambil menahan pintu yang baru saja hendak Rani tutup.
Rani terdiam beberapa lama. Dan menangis, meluncur lah kata demi kata dari bibir Rani. Awan menyimaknya serius. Dan setelahnya Awan menghembuskan nafasnya berat.
"Ya udah tante istirahat dulu" ujar awan kemudian meninggalkan Rani dan melangkah menuju dapur.
Sesampainya Awan di sambut antusias oleh ketiga orang Malang yang tengah kelaparan.
"Gimana?" Serbu Bambang
"Katanya tante ga enak badan, jadi kita makan tanpa tante" tutur Awan kemudian duduk dan menyendok nasi ke piringnya.
Acara makan malampun berlangsung agak sunyi, makan malam yang terlihat tenang namun tidak benar-benar tenang.
Selesai makan, satu persatu orang kembali ke kegiatan semula.
Awan menghampiri Rara yang kala itu sedang asyik menonton drama korea dilaptopnya.
Tok tok tok...
Kemudian dengan berat hati Rara beranjak dai posisi pw nya dan membukakan pintu.
"Apa?" Ucap Rara, setelah tahu bahwa yang mengetuk pintunya adalah Awan.
"Aku mau bicara, penting!"
Kemudian Awan langsung berbalik arah dan berjalan menuju taman belakang rumah, kemudian duduk di kursi, di ikuti oleh Rara yang juga duduk berlawanan arah dengan Awan.
"Ada apa?" Tanya Rara malas
"Tante Rani sampe sekarang ngambek, dan kamu malah enak-enakan nonton?" Tanya Awan datar
Satu kalimat yang mempu menjadi pedang yang sangat tajam untuk Rara dan mampu menebas Rara dalam sekali tebasan. Rara terdiam sedangkan Awan masih menatap Rara tajam. Tatapan membunuh yang pertama kalinya Rara lihat. Membuat tubuhnya bergidik ngeri, bahkan ia tak berani hanya mengangkat wajahnya dan bertatapan langsung pada mata milik Awan. Mata elang itu seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang Awan masih menjadi sosok misterius bagi Rara.
Dan Rara masih terdiam menciptakan atmosfer horor dan canggung sekaligus.
"Pernah ga? Terbersit di pikiran kamu, kalo kamu yang membuat tante Rani seperti itu?" Masih dengan pertanyaan monohok, yang siap menghantam Rara.
Rara tampak berfikir keras mencari jawaban dari pertanyaan Awan.
"Tapi gue ga ngerasa melakukan hal yang bikin mama kek gitu" bela Rara, dengan ucapan yang agak ragu dan gemetar."Kamu yakin ga berulah?"
Badan Rara gemetar. Rara berfikir dan mengingat kembali kejadian malam kemarin. Aksinya membully salah seorang teman kelasnya. Yah yang kemarin memang terlihat agak kejam. Rara dan kawan-kawannya sampai menyiram air kotor ke badan yeyen, dan menurutnya itu hal yang tidak pantas dan tidak terpuji. Namun tanpa sungkan dan enggan Rara malah melakukannya, dengan perasaan tanpa bersalah. Seolah aksinya itu menjadi candunya.
Apa mungkin karna itu? Batin Rara
"Ra, aku tau kalau kamu sayang sama tante Rani, tapi kamu sadar ga sih?, kamu malah menyakiti tante Rani. Gimana tingkah laku kamu di sekolah?. Kamu fikir tante Rani ga tau?. Sadar, kamu itu bukan berandalan yang bisanya ngebully orang sesuka kamu. Rara yang dulu ga kayak gini" setelahnya keadaan menjadi hening kembali, hanya suara serangga yang bergemuruh membuat suasana malam itu menjadi tidak nyaman bagi rara
"Udah?. Gue ngantuk mau tidur" ucap Rara kemudian beranjak dan masuk ke dalam rumah.
"Buktiin kalau kamu sayang ke tante Rani!" Seru awan.
Rara Berhenti sejenak, kemudian melanjutkan langkah kakinya sambil ngedumel tak jelas.
Sampainya di depan pintu kamar Rara berhenti sejenak. Tanpa di sangka air matanya mengucur deras. Rara menangis namun sama sekali ia tak mengeluarkan suara, mungkin Rara tak ingin ada yang melihatnya dengan keadaan sedang sesegukan. Kemudian Rara masuk dan mengunci pintu.
"Gue kok bego banget sih!" gumam Rara seraya mengusap air mata di pipinya
Kemudian rara beranjak dari kasurnya mengambil hp-nya yang sedang di charger. Kemudian Rara mencari nama Tasya dan menelpon nomor tersebut.
"Maaf nomor yang anda tujui tidak dapat dihubungi. Mohon periksa kembali nomor tujuan anda"
"Masa dia ganti nomor ga bilang-bilang" dumel Rara
Malamnya kini ia lewati dengan seribu penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Zahra
SpiritualIni cerita tentang gadis bernama zahra yang memilih untuk berhijab...