"Saat pertama kali spawn di game ini kau diberi tiga nyawa. Lalu ketika kau level up maka akan otomatis mendapatkan satu nyawa tambahan. Saat ini kau level empat, berarti kau punya tujuh nyawa. Jangan sampai lupa nyawamu berapa ya." Angelevi menjelaskan panjang lebar.
"Oke." Jawab Rainfrost singkat.
"Mungkin aku bisa membantumu sampai level enam atau tujuh. Apakah semua perlengkapan sudah siap?"
"Siap." Jawab Rainfrost dengan memasang backpack ke pundaknya.
Tatapan Rainfrost beralih sejenak menatap ke arah kanannya. Di sana terlihat seorang gadis kecil yang sedari tadi beridi menatapi mereka berdua. Sebenarnya Rainfrost sudah sadar sejak awal bahwa mereka diawasi terus oleh gadis kecil itu. Namun, arahan dari Angelevi tak dapat ia hiraukan. Dan karena Angelevi sudah selesai berbicara, maka ini adalah kesempatan untuknya.
Rainfrost pun melemparkan senyuman kepadanya sembari melambai kecil. Raut wajahnya pun seketika berubah seperti terkejut, dan tak lama kemudian gadis kecil itu berlari kecil menghampiri Rainfrost dan Angelevi.
"Oh, Innoe kah. Ada apa?" Tanya Angelevi kepada gadis kecil itu.
"Mm... Eee... Itu... Semangat, semoga beruntung." Ucap Innoe dengan malu-malu.
"Woah Innoe manis, kamu memang adik pintar." Angelevi mengusap-usap kepalanya dan seketika wajahnya menjadi merah tersipu malu.
"Sekarang, ayo kita berangkat, Rain!"
"Oke!" Sahutnya dengan semangat.
Lalu ketika mereka berdua sudah jalan cukup jauh di luar pintu guild, terdengar suara kecil meneriaki mereka. "Selamat jalan." Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah suara Innoe. Teriakan yang mengantarkan mereka berdua menuju medan petualangan penuh bahaya yang menanti.
***
"Ngomong-ngomong kenapa cuma sampai tengah hari saja? Padahal kalau sampai petang mungkin kau bisa sampai ke level 8 atau 9." Tanya Angelevi.
"Aku ada suatu urusan." Jawab Rainfrost.
"Heh? Pemula yang bahkan tidak tahu apa-apa sepertimu punya urusan apakah gerangan?" Angelevi penasaran.
"Sebenarnya aku−" Nada bicara Rainfrost berubah menjadi serius. Dan setelah itu, ia menceritakan tentang tujuan sebenarnya dirinya bermain game ini.
"Hehhh? Kau mencari keluargamu yang meninggal delapan tahun yang lalu?" Angelevi terkejut setelah mendengar cerita tersebut. "Kau tidak bohong kan?"
"Untuk apa aku berbohong?"
"Kalau begitu, izinkan aku menyampaikan rasa prihatinku padamu."
"Tidak perlu, aku ini adalah sampah yang tak perlu dikasihani."
"Errr... Lebih baik hentikan sikap rendah dirimu itu Rain. Oiya sebaiknya kita pikirkan cara untuk menemukan mereka. Kau tahu IGN mereka? Mungkin kita bisa tanyakan di HQ."
"Aku tidak tahu."
"Ehm. Kalau begitu kita harus mencarinya. Tapi−" Angelevi menjadi tampak murung.
"Aku sudah tahu itu sejak awal. Mustahil bukan? Untuk mencari mereka tanpa petunjuk sama sekali."
"..." Mendengar perkataan putus asa itu, Angelevi hanya dapat terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
{G.O.A.L} Game Of Another Life
FantasíaTahun 2058, dunia mengalami ledakan populasi. Di Bumi yang terasa semakin sempit ini, 11 milyar manusia mencoba bertahan hidup dengan sumber daya yang semakin menyusut. Segala cara dilakukan oleh para penguasa untuk mengurangi populasi umat manusia...