PART 14

5.9K 273 27
                                    

Selama perjalanan Bintang membiarkan kesadarannya runtuh begitu saja. Ya, dia sedang berlabuh di dunia imajinasinya. Singkatnya, Bintang sedang bengong.

"Dek!"

"Dek!"

"Oy!! Bintang!!"

Suara itu membuyarkan semua imajinasi Bintang selama perjalanannya menuju pondok pesantren.

"Apa apaan sih bang?!" Bintang memanyunkan bibirnya.

"Dari tadi bengong mulu. Mikiran siapa sih?" Bintang salah tingkah mendengar pertanyaan Hanif "Nggak mikirin siapa-siapa kok."

Hanif menatap Bintang curiga, "Mikirin Ustad Hannan ya?"

Bintang membuang mukanya ke jendela mobil. Ia teringat lagi dengan Hannan, "Sebenarnya dimana kamu?"

Pemandangan diluar sudah tidak asing bagi Bintang, jalan Mangkubumi.

"Yuk turun!" ajak Ratna. Bintang mengangguk lalu membuka pintu mobil dan meninggalkan Hanif tanpa jawaban.

"Pertanyaan abang belum dijawab!" Hanif menyusul keluar lalu menghampiri Bintang.

Kedua kalinya, Bintang hanya membuang muka dan memilih untuk menjawab pertanyaan itu.

"Assalamu'alaikum!" Syaiful mengetuk pintu rumah ummu Hira.

"Waalaikumsalam! Sebentar!" jawaban itu terdengar dari dalam.

Tidak lama menunggu, pintu yang diketuk Syaiful terbuka. Wajah Hira terpampang jelas disana lalu ia mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Ada apa ini?" Hira bingung dengan kedatangan keluarga Bintang yang mendadak.

"Ini, Bintang sudah bisa masuk mondok lagi," Syaiful menatap Bintang. Bintang hanya tersenyum ke Hira lalu mencari ke sudut ruangan orang yang tak kunjung datang.

"Dimana ustadz?" gumam Bintang

Hira hanya tersenyum melihat sikap Bintang yang tengah mencari Hannan, "Hannan sedang kerja di kantor."

Bintang yang tengah mencari-cari terkejut saat Hira ternyata melihat nya sedang mencari Hannan. Pipinya mulai memanas, ia tahu pasti pipinya sudah merah merona. Bintang menunduk untuk menyembunyikannya.

"Sudah dapat kerjaan?" tanya Syaiful. Hira mengangguk sambil tersenyum "Untuk biaya pernikahan dengan putri kamu."

"Bintang mau bertemu dengan teman-teman," Bintang berdiri lalu berbicara dengan lantangnya, walaupun ia sebenarnya sedang gugup.

"Biar Ummu antar, sayang." Bintang mengangguk lalu duduk kembali.

Syaiful yang mengetahui Bintang ingin segera menemui teman-temannya segera berpamitan pulang, "yasudah um, kami pamit dulu."

Bintang berdiri lalu mencium tangan kedua orang tuanya tidak lupa Hanif.

"Jaga dirimu baik-baik ya nak!" Pesan Syaiful, Bintang mengangguk paham.

"Jangan kangen sama abangmu yang paling ganteng ini!" Bintang membelalakkan matanya saat mendengar pesan dari Hanif lalu menyubit perut abangnya itu. Hanif meringis kesakitan lalu kabur sambil menjulurkan lidahnya menyusul Syaiful dan Ratna yang sudah di luar bersama Hira.

"Kami pamit dulu. Assalamu'alaikum!"

Punggung mereka kian mengecil. Hira masuk ke rumahnya lagi menemui Bintang yang masih duduk manis di sofa.

"Ayuk kita ke kamar mu," Ajak Hira disusul senyum girang Bintang.

***

"Bintang!!!" Teriak histeris Adel saat mengetahui tamu kamar nya adalah Bintang. Kedua teman lainnya menoleh lalu menyusul Adel yang memeluk Bintang.

"Apaan sih kalian lebay banget! Baru aja ditinggal bentar!" mereka pun melepas pelukannya "Bentar apanya! Lama buangettttt!" Jawab Adel lebay.

"Hahaha.. Yasudah Ummu pamit dulu. Assalamu'alaikum!" Hira pergi meninggalkan mereka "waalaikumsalam."

"Udah udah.. Biar Bintang istirahat dulu!" Sheria mencairkan suasana.

"Heem.. Ayo masuk!" Zahra mengambil koper Bintang. Bintang memasuki ruangan yang sudah lama tidak ia masuki.

"Loh? Mana ranjangku? Kalian mencurinya?" Bintang kaget saat ranjangnya hilang entah kemana.

"Ranjang apa? Perasaan nggak ada ranjang selama kita disini," Zahra bingung.

"Wah.. Ternyata mimpi ya," Bintang ingat saat ia mimpi panjang saat dia mengalami koma. Tapi, dengan sekejap ia menyingkirkan kejadian tragis itu karena Adel tiba-tiba menepuk pundak nya keras.

"Eh?!"

"Ini! Jadwal kita UN.." Adel menyondorkan selembar kertas. Bintang mengerutkan dahinya sambil mengambil kertas itu. Kertas jadwal Ujian Nasional.

"Tapi aku tertinggal pelajaran sangat jauh," Bintang menunduk lemas di kasur nya.

"Tenang, kita akan mengajari kamu!" jawab ketiga sahabatnya itu serempak. Bintang menatap mereka dengan mata yang sudah bergenang air mata.

"Makasih banyak!" mereka pun berpelukan bersama-sama.

"Jadi.. Kita mulai dari pelajaran Matematika dulu ya!" Ajak Zahra dengan gaya menyerupai guru Matematika, Bu Diah.

"Setelah itu.. Kita belajar bahasa dengan Adel yang paling cantik se-pondok ini!" Susul Adel dengan gaya centilnya.

"Lalu.. Kita belajar pelajaran IPA dengan masternya!" Sheria tak mau kalah tampil dengan gaya profesornya.

Bintang hanya mengangkat bahunya pasrah. Yang terpenting besok adalah hari dimana pelajaran selama ini diuji dan Bintang harus berusaha mendapat nilai baik. Walau pun hanya 30 menit, Bintang bisa mengikuti pembelajaran dari teman-temannya dengan cepat. Walau ada sedikit materi yang belum masuk di otaknya.

"Aku tidak percaya! 30 menit kita bisa belajar empat mata pelajaran sekaligus!" Gerutu Adel.

Bintang tepar di kasurnya, ia sudah disiksa teman nya dengan ribuan rumus dan materi di otaknya. Walaupun itu menyiksa, setidaknya dengan itu Bintang sudah tidak galau memikirkan Hannan yang entau dimana dan bagaimana kabarnya.

Walaupun Ujian Nasional ini sangat mendadak, Bintang harus menerima semuanya. Lagian NEM SMA tidak dipakai untuk masuk ke universitas kan? Hehe

Hai! Zara kembali lagi! Alhamdulillah zara sudah keterima di SMK negeri kota Jogja hehe.. Jadi zara sudah bisa melanjutkan crita zara yang amburadul ini hehe. Makasih udh nunggu lama bgt. Zara minta maaf ya karena zara gk bisa istiqomah menulis hehehe.. Maaf sekali lagi... Luf u💙

Salam ketjup zara,

HALAL? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang