PART 16

6.3K 345 15
                                    

Zara hadir lagi!!!

Plis zara ingatkan jangan jadi silent reader! Makasih...

Hari kedua Ujian Nasional pun tiba, kali ini Bintang tidak hanya ditemani oleh komputer dan perangkatnya. Ya, kertas coret-coret sebanyak 2 lembar sudah ada di atas meja. Tulisan Bintang sudah memenuhi satu lembar penuh, tapi dia baru menjawab setengah soal saja. Untung pengawas ujian kali ini memberi dua lembar. Jika satu, mungkin Bintang harus meminta lagi. Di sela-sela mengerjakan tugas, tiba-tiba komputer Bintang tidak ada sinyal sehingga dia tidak bisa melanjutkannya lagi. Hati Bintang berdetak kencang, bukan karena cinta Matematika tapi karena ia takut harus mengerjakan dari awal. Bintang menoleh ke arah Adel yang berada di sampingnya, "Adel!" seru Bintang lirih.

"Apaan sih Bin?" Adel masih sibuk mengurek urek kertas itu.

"Ini gimana? Adel!" Tanya Bintang panik.

Adel membulatkan matanya ketika mengetahui komputer Bintang tidak ada sinyal, "Kamu jalan ke ruangan pengurus nya abis tu minta tolong buat komputer mu. Buruan! Keburu waktunya habis!"

Bintang panik bukan main langsung lari kecil menuju ruang pengurus komputer yang berada di paling belakang lab. Dia sempat melihat Zahra bingung melihat Bintang panik seperti itu.

"Palingan nggak ada sinyal," Gumam Zahra dalam hati.

Bintang membuka pintu pengurus itu tanpa mengetuk, efek terlalu panik.

"Pak itu komputer saya--" Bintang memberhentikan bicaranya. Mengatur nafasnya dan memastikan semuanya ini bukan mimpi.

Terlihat Hannan sedang memakai headset, "hm?" tanya Hannan sambil membuka headset nya.

"Em.. A-anu," Bintang gugup sambil terus panik tak karuan.

Hannan menaikkan satu alisnya, sungguh ini pemandangan yang luar biasa bagi Bintang, "Sini duduklah dulu,"

"Tapi komputer saya tidak ada sinyal ustadz. Sedangkan saya harus mengerjakannya karena saya baru setengah menjawabnya!" jelas Bintang kesal, dengan kondisi Bintang yang sedang panik begini malah disuruh duduk di sampingnya.

"Oh gitu?" tanya Hannan dengan kalemnya.

"Ih! Yaudah lah!" Bintang kesal lalu keluar dari ruangan itu.

Dia tidak sadar bahwa Hannan mengikutinya. Zahra, Adel, dan Sheria menatapnya sambil tersenyum gentir.

"Adel! Ini gimana dong?!" Bintang kesal, menahan air matanya supaya tidak menetes.

"Lah?" Adel bingung, padahal sudah jelas Hannan mengikutinya tapi dia malah bertanya pada Adel.

Di tengah-tengah kepanikan Bintang, tiba-tiba ada tangan kuning langsat menggerakkan mouse nya. Posisi orang itu benar-benar dekat dengan Bintang tetapi tidak sampai menyentuh. Endusan nafasnya sampai terasa hangat di wajahnya.

Deg!

Bintang tak kuasa menahan jantung ini supaya tidak terlalu cepat berdetaknya. Bintang melirik ke orang itu, Hannan.

Mata Bintang bulat sempurna, baru pertama kali Bintang sedekat ini dengan Hannan. Bau tubuh Hannan berasa lekat di hidungnya, bau itu.. Bau yang baru pertama ia cium. Bau nya seperti campuran antara vanila dengan roti.

"Kenapa kamu lihatin saya seperti itu?" Hannan balik menatap Bintang yang meliriknya. Sempat bertatapan beberapa detik, Bintang langsung membuang mukanya.

Hannan tertawa kecil, "Saya senang kamu bisa melihat wajah saya walau hanya melirik."

Bintang hanya diam, tidak menjawab. Dia masih kesal mengapa Hannan meninggalkannya begitu lama.

HALAL? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang