Agt

243 36 6
                                    

Jefrin


Sehari? Dua hari? Atau tiga hari Ana mencoba menghindar dari gue kalau gue ajak ketemu? Alesannya selalu sama, sibuk sama skripsi ketika gue tau dia pasti malu banget untuk ketemu gue setelah apa yang Mia lakuin beberapa hari lalu. Bahkan Mia sendiri jadi sasaran dicuekin Ana.

Oke gue seneng ketika akhirnya tau perasaan Ana ke gue kayak apa, tapi gue enggak seneng kalau akhirnya dia malah ngehindar dari gue kayak gini. Setelah kejadian itu, Mia ngeledekin gue habis-habisan dan juga marah-marahin gue karena dia dicuekin Ana, lho? Gue enggak pernah nyuruh dia untuk ngelakuin itu.

Gue masih ingat betul, kejadiannya pukul 1 siang dan gue masih berada di studio tempat DAGSES latihan-band yang sekarang udah merekrut gue ke dalamnya sebagai gitaris sekaligus vokalis.

DAGSES, the name is pretty unique, I admit it. Terdiri dari 5 orang, termasuk gue. Sebelumnya, DAGSES cuman punya satu gitaris, yaitu Saka. Sang bassist, Brian. Pianist yaitu Wildan. Terakhir Dheo yang berperan sebagai tukang pukul drum.

Kita berlima lagi berdebat untuk menentukan menu makan siang ketika fokus gue teralihkan saat ponsel yang berada di saku jaket jeans gue berdering.

Mia is calling...

"Hallo?"

"To be honest, gue sama sekali enggak tau perasaan dia ke gue kayak gimana."

Hah? Suara Ana?

"Mia? Woy!"

"Anjing sumpah? Lo bego apa pura-pura bego?"

"Keduanya aww---! Sakit!" gue ikutan meringis ketika mendengar Ana teriak kesakitan.

"I can see it clearly that he likes you, no, he loves you."

Ini mereka ngomongin siapa sih?

"Eyyy! Isn't it too early to say that he loves me?"

Who the fuck is he..

"Early? Emang lo kenal dia baru seminggu dua minggu? It's freakin 2 years."

"Almost."

Sumpah, gue enggak tau mereka ngomongin siapa dan kenapa Mia nelfon gue untuk mendengarkan percakapan mereka yang entah tentang siapa, tapi yang pasti gue enggak ingin tau sama sekali. Gue hampir memutuskan sambungan telfon ketika ucapan Mia malah membuat gue diem.

"Whatever. Tapi Jef suka lo, Na."

"He does, as his little sister."

Enggak, Ana...

"Hahahahhaha elah masih aja Na? Enggak usah sok-sok gitu deh, you like him too kan?"

Mia bisa tutup mul----

"Iya, gue suka Jef."

Gue enggak tau kalau jantung gue bisa bunyi sekenceng ini, gue juga enggak tau kalau diamnya gue dengan tampang super bodoh udah narik perhatiam empat manusia di dalam studio yang ternyata dari tadi udah memperhatikan gue.

"Tuh, Jef. Denger kan? Ana likes you."

Pada titik ini gue udah enggak tau harus marah atau malah berterima kasih sama Mia.

That girl, seriously..

"Enggak lucu, Mi."

"Eh Na! Ana!"

Setelahnya sambungan telfon mati, membuat gue bego-sebegonya orang bego sampai Saka harus mencolek pundak gue untuk menyadarkan gue.

Setelah kejadian itu, Ana benar-benar susah dihubungin. Gue sempet ke rumahnya dan berujung cuman ketemu sama supir pribadi keluarganya.

Space For TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang