Semenjak kejadian pagi tadi, Putri menjadi sedikit canggung jika berbicara dengan Rovie. Sementara Rovie hanya bersikap biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi. Padahal jelas sekali kalau ia hampir membuat Putri jantungan karena sikapnya yang Out Off Character-nya. Putri yang baru pertama kali melihat Rovie tertawa, jadi sering melamun.
Melamun tentang Rovie yang tertawa, sungguh wajahnya benar benar manis. Andai ia mempunyai kekuatan mengulang waktu, sudah pasti ia akan mengulang kejadian tadi pagi. Rovie yang perhatian, Rovie yang tertawa, dan Rovie yang tersenyun sambal cekikikan membuatnya ingin melihatnya lagi.
Saat ini Cita dan Putri sedang istirahat, dan makan di kantin. Cita yang menyadari ada hal yang aneh pada Putri menjadi penasaran. Ada apa gerangan dengan gadis di depannya ini, sejak tadi ia senyam senyum sendiri. Seperti orang gila yang kehilangan akal.
"Putri, kamu kenapa. Ngapain kamu senyum senyum kayak orang gila gitu, ngeri tahu" ucap Cita tiba-tiba. Putri yang mendengar Cita menyebutnya gila tersedak dengan nasi yang baru masuk ke dalam mulutnya. "Uhukk...Uhukk...", Cita berinisiatif dengan mengelus-elus punggung Putri agar berhenti batuk. "kamu apaan, sih Ta. Di bilang sedih, salah. Di bilang senang, salah. Serba salah, deh jadinya" balas Putri dengan mengerucutkan bibirnya, ngambek ceritanya.
"Tapi serius, kamu kenapa senyum kayak gitu. Aku rada ngeri ngelihatnya" bela Cita cepat. Dengan semangat Putri mulai bercerita kepada Cita soal Rovie yang tiba-tiba melembut dan perhatian padanya. Bonus, Putri juga melihat Rovie tertawa karena dirinya yang kelewat idiot, mungkin. Cita diam dan berpikir sejenak, berpikir karena bisa jadi sikap Rovie itu ada maksudnya. Padahal nyatanya enggak ada maksud tertentu.
"Jadi menurut kamu gimana, kenapa Rovie sikapnya bisa kayak gitu ke aku. Padahal aku tahu secara betul kalau Rovie enggak mungkin mau senyum kalau sama aku" Oceh Putri panjang lebar. Cita juga Cuma bisa geleng geleng kepala pertanda kalau ia juga tidak tahu.
"Oh, ya. Aku dengar nanti kita punya klien yang datang dari luar negeri. Kalau tidak salah dari Vancouver, Canada" Alih Cita mengubah topik pembicaraan. Rupanya Putri teralihkan juga, 'Betapa bodohnya engkau wahai Putri sahabatku', batin Cita.
Jam istirahat makan siang telah selesai, Putri segera beranjak dari kursinya lalu bergegas menuju ruangan Rovie di lantai 25 itu. Kalau ia terlambat seperti kemarin, ia jamin hidupnya tidak akan pernah tenang lagi. Oh, ya!, Putri lupa memberitahu Cita kalau hari ini ia akan pindah ke apartemennya Rovie. 'lebih baik nanti saja' pikirnya.
Dari kejauhan, Putri melihat kerumunan karyawan yang bergerombol. Karena penasaran, akhirnya Putri mendekat dan menyelinap ke dalam gerombolan para karyawan. Putri berhasil maju ke depan dan ia melihat seorang wanita berpakaian seksi sekali, memakai kacamata bak artis yang ada di TV-TV. Tunggu dulu, Putri merasa tidak asing dengan wajah itu. Setelah berpikir keras, Putri baru tahu kalau yang berjalan di depannya sekarang itu Nayla. Kekasih sahnya Rovie, kenapa sesak sekali rasanya.
"Beri jalan untuk Miss Nayla" perintah seorang Bodyguard yang berjaga di depan wanita itu. Putri tak habis pikir, jadi klien yang dari Canada itu dia, Nayla. What the Fuck. Kenapa semuanya menjadi ruwet seperti ini.
Oke, ini kesalahan terfatal yang pernah di buatnya. Pertama, bertemu dengan Rovie, di ancam dengan sebuah Foto, sekretaris pribadi, dan sekarang Nayla ada di depan matanya. Sungguh, hidup ini tak pernah bisa berkompromi dengannya.
Putri hanya terdiam membeku melihat Nayla yang masuk ke dalam lift yang biasa di naikinya untuk ke ruangan Rovie. What!, itu artinya gadis itu akan pergi ke ruangan Rovie. Sungguh hal yang tak terduga. Rovie yang menunggu di lantai atas mulai kesal karena Putri belum datang juga. Beberapa kali ia sedikit bergumam 'dia telat', 'gadis bodoh', atau apalah itu.
YOU ARE READING
Melodi Cinta
RomanceMau sekeras apapun aku mencoba tuk melupakanmu, aku tetap tak bisa. disaat hati ini lelah tuk kau sakiti, saat itulah aku menyadari kebodohanku dipermainkan olehmu. tapi aku tak bisa tuk membencimu, karena jauh dilubuk hatiku... Aku mencintaimu...