Chapter IX : Kebenaran

5 0 0
                                    


'Aku sudah mengetahui tempat persembunyiannya'

"Katakan, di mana tempatnya?"

'Di jln. Merpati, no. 56. Rumah bercat biru muda, yang agak kekecilan di sana'

"Terima kasih, aku akan membayarmu nanti"

Rovie baru saja menerima telepon dari agen mata mata andalannya. Lokasi tempat persembunyian Nayla akhirnya terlacak, setelah beberapa hari ini mereka mencarinya tapi tak menemukannya. Rovie baru percaya saat Putri menjelaskan perihal pemalsuan dokumen keuangan saat itu. Di tambah dengan Cita yang membawa bukti yang kuat, sehingga mau tidak mau Rovie dan juga Danial harus percaya.

Danial yang merasa bersalah pada Cita, kemudian terduduk dengan tak gentlenya untuk meminta maaf. Cita tersenyum lalu berkata, "Tak perlu kau katakan pun, aku sudah memaafkanmu" ucapnya yang tentunya membuat Danial senang dan melompat kegirangan. Bersorak seperti orang gila, sisanya hanya perlu menangkap Nayla dan juga Firman yang sudah berani memalsukan data data perusahaan.

"Jadi, bagaimana?. Apakah ada informasi tambahan?" tanya Cita. Rovie mengangguk. "Kita harus bersiap, karena hari ini akan menjadi hari terpanjang di hidup kalian" balas Rovie yang tersenyum penuh kemenangan, di angguki Danial dan juga Cita yang 100% yakin akan berhasil. Sedangkan Putri, sedari tadi ia tidak bisa berhenti khawatir.

"Tolong jaga keselamatan mereka, Ya Allah. Jangan biarkan mereka terluka" suara Doa yang di lantunkan Putri di sela ibadahnya kepada yang kuasa. Seusai sembahyang, barulah Putri mengganti pakaiannya dengan yang baru. Rencananya, mereka akan berpencar. Cita dan Danial kea rah barat menuju tempat Firman berada. Rovie dan Putri kea rah timur menuju tempat Nayla berada.

"Ingat, jika terjadi sesuatu. Tetap sambungkan dengan earphone kalian, aku sudah memanggil beberapa polisi yang akan membantu kita menyelesaikan kasus ini" jelas Rovie panjang lebar, yang di angguki dengan mantap oleh Putri, Cita, dan juga Danial.

"Baiklah, kita mulai. Kalian masih belum lupa dengan rencananya, kan?" tanya Rovie kemudian. Cita dan Danial segera masuk ke dalam mobil, melaju ke tempatnya Firman. Sementara Rovie dan Putri bergegas pergi ke arah timur untuk menangkap Nayla. Tentunya mereka juga di temani oleh beberapa mobil polisi yang siap membantu mereka.

*__________________________________________________________________*

"Saat tiba di dalam, tetaplah di belakangku. Jangan melakukan apa pun, yang kamu anggap tidak penting" pesan Rovie kepada Putri sebelum mereka masuk ke dalam rumah kosong bercat biru tersebut. Bangunan tersebut sepertinya sudah lama sekali tidak di pakai lagi. Terbukti dengan banyaknya sarang laba laba, debu, lumut di sekitar temboknya, dan tentunya juga berdebu sekali. Para polisi yang tiba tanpa menyalakan sirinenya, mengepung rumah tersebut.

Nayla yang berada di dalam rumah biasa saja. Malahan ia sudah tahu kalau Rovie dan juga Putri akan datang untuknya, memikirkannya saja sudah membuat Nayla inging tertawa sekeras kerasnya. Dengan mengendap endap, Rovie dan Putri menyelinap masuk. Sesekali Putri kesal sendiri, ketika berhadapan dengan sarang laba laba yang membuatnya ingin menghancurkan rumah itu sekarang juga. Tapi itu tidak mungkin, karena tenaganya terlalu kecil untuk merobohkan rumah sekeras ini.

Cita dan Danial yang sudah sampai di tujuan mereka, turun dari mobil. Firman yang tidak tahu menahu tentang kedatangan Cita dan Danial kewalahan karena tidak punya persiapan untuk melawan. Dengan cepat, para polisi yang bertugas segera memborgol kedua tangannya Firman dan di bawa menuju kantor polisi untuk di tindak lanjuti.

*_________________________________________________________________*

Para polisi yang berjalan mengikuti dari belakang, segera masuk saat melihat siluet bayangan seorang wanita yang duduk manis di atas sebuah kursi kecil berwarna hitam. Rovie dan Putri segera mengenali siapa di balik kursi hitam tersebut. "Jangan bergerak!, anda akan kamu tangkap!" teriak seorang ketua regu dari kelompok polisi tersebut.

"Ku rasa itu tidak akan terjadi dengan mudah karena..." tiba tiba Nayla melemparkan sesuatu ke arah Putri. Seperti jarum suntik dan berhasil menancap dengan tegaknya di leher putih Putri. Putri kemudian mengerang menahan sakit, Rovie menjadi khawatir. Para polisi kemudian segera maju lalu memborgol kedua tangannya Nayla lalu membawanya paksa pergi meninggalkan lokasi penyembunyiannya.

"Putri, bertahanlah!. Seseorang panggilkan dokter sekarang!" teriak Rovie histeris, tidak mau kehilangan Putri secepat ini. Seharusnya ia tidak mengizinkan Putri untuk ikut hari ini, jika ia tahu akan seperti ini jadinya. "Cepat!, gendong dia!. Kita harus membawanya ke rumah sakit, sekarang!" teriak seorang dokter. Rovie terdiam dan menatap ke arah depan dengan wajah hampa.

Cita dan Danial yang mendengar Putri masuk rumah sakit, khawatir. Cita kemudian menanyakan peristiwa yang terjadi selengkapnya pada Rovie. "Kenapa bisa seperti ini" keluh Rovie frustasi, stress, tertekan karena yang terjadi. Cita sedari tadi menangis tiada henti. Dan Danial yang menjadi kekasih sahnya Cita, mencoba menenangkan Cita dengan memeluknya sepenuh hati. Memberinya kehangatan.

"Siapa keluarga pasien di antara kalian?" tanya seorang dokter seusai keluar dari ruangannya Putri di rawat. Dengan ragu, Rovie menjawab "Saya...suaminya" ucapnya tiba tiba. Cita mau pun Danial memakluminya. Orangtua Rovie yang baru saja sampai menangis menahan air mata, bersedih atas hal yang menimpa calon menantunya. Mitha hampir gagal menjaga amanat Raisa, sahabatnya.

Rovie yang berada dalam ruangan sedang membicarakan sesuatu dengan dokter tadi.

"Jadi begini, cairan yang di suntikkan ke nona Putri adalah cairan yang melumpuh saraf saraf. Tapi, jangan khawatir karena kakinya pasti akan segera sembuh. Untuk saat ini, nona Putri harus menggunakan kursi roda untuk pergi kemana pun ia inginkan". Rovie tersenyum lega, karena luka yang di terima Putri tak terlalu parah. "Terima kasih atas kerja kerasnya" ucap Rovie kemudian membungkuk dan di balas dengan senyuman oleh dokter tersebut.

Melodi CintaWhere stories live. Discover now