11

2.2K 109 25
                                    

"Laras."

Baru saja Arya bangkit dari kursi untuk mengejar Laras, tapi suara denting ponsel menghentikannya. Bukan ponselnya yang berbunyi, melainkan ponsel yang tergeletak di atas meja. Ponsel Laras yang tertinggal.

Segera Arya meraih ponsel tersebut lalu lagi-lagi niatnya untuk mengejar Laras tertunda. Matanya sekilas menangkap nama Sammy pada pop-up yang muncul di layar ponsel. Bukan ia tak sopan dengan membuka ponsel milik orang lain, tapi ia merasa penasaran dengan isi pesan yang dikirim kekasihnya itu untuk Laras. Sebab ia curiga ada keterkaitan antara niatan Laras yang ingin kembali padanya dengan sulitnya Sammy untuk dihubungi.

Beruntung, Laras tidak mem-password ponselnya jadi Arya bisa dengan mudah membuka lalu membaca pesan dari Sammy. Rupanya kekasihnya itu sudah mengaktifkan ponsel.

'Mbak udah ketemu sama Arya? Gimana, apa dia mau balik lagi sama Mbak? Kalo iya, aku turut bahagia J'

Arya menghela nafas berat. Dugaannya benar, semuanya berkaitan. Jadi sekarang Sammy sedang berusaha untuk menghindar dan manjauh darinya demi Laras. Begitu, 'kan? Ya, pasti Sammy memilih mengalah saat tahu bahwa Laras masih mencintainya.

Arya merasa sedang dipermainkan alih-alih bangga dicintai dua orang perempuan sekaligus. Memangnya ia sebuah bola yang bisa dioper ke sana- ke mari? Ia adalah seorang manusia, seorang lelaki. Tugas seorang lelaki adalah memilih, bukan dipilih dan ia sudah memilih Sammy. Namun mengapa Sammy malah merelakannya untuk Laras? Itu pasti akan menyakiti hati Sammy. Dasar gadis bodoh!

Sambil berjalan cepat mengejar Laras yang mungkin sudah keluar dari kafe, Arya mencoba menghubungi Sammy tapi ponsel Sammy masih tidak aktif. Apakah kekasihnya itu menon-aktifkan ponsel lagi setelah mengirim pesan pada Laras? Atau ... Lagi, ia membuka ponsel Laras untuk melihat nomor Sammy pada pesan tadi dan ternyata dugaannya benar, Sammy menggunakan nomor berbeda.

Tanpa menyerah Arya kembali menghubungi nomor lain Sammy, tersambung tapi tidak diterima. Lalu ia mencoba lagi, tak diterima lagi dan untuk yang ketiga kali, ponsel Sammy non-aktif. Ya sudahlah, akhirnya ia menyerah. Nanti saja ia coba lagi.

Dengan langkah tak bersemangat Arya melangkah keluar. Matanya mencari-cari keberadaan Laras dan di sanalah perempuan itu berada, di tepi jalan sedang menanti taksi. Ia langsung menghampirinya.

"Laras."

Perempuan itu tak menoleh, malah berjalan menjauh. Arya mengikutinya lalu meraih pergelangan tangan kirinya.

"Ayo!" Arya menarik paksa Laras dan membawanya ke pelataran kafe, tempat mobilnya terparkir.

"Arya, lepasin aku!" bentak Laras sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Arya tapi tak berhasil.

"Tadi aku udah bilang 'kan, aku mau antar kamu buat ambil mobil."

"Nggak usah. Aku naik taksi aja." Laras masih berusaha memberontak tapi cengkeraman Arya terlalu kuat.

"Jangan keras kepala! Ayo, masuk!" tegas Arya sambil membuka pintu penumpang saat sudah sampai di samping mobilnya lalu ia mendorong pelan tubuh Laras ke dalam.

Sudah cintanya ditolak, dipaksa-paksa pula. Akhirnya Laras tak kuat menahan air mata agar tak jatuh sejak dari dalam kafe tadi. Pertahanannya runtuh, tangisnya pecah.

Saat memasuki mobil, Arya tak terkejut melihat Laras menangis. Ia memilih diam dan menjalankan mobil. Tak ada kata hiburan atau apapun untuk menenangkan Laras, tidak ada. Ia membiarkan saja Laras menangis sesuka hati sampai puas. Karena dengan menangis hati seseorang akan merasa lega.

Dendam Sang Mantan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang