Semakin lama pandangan Sammy semakin buram. Akhirnya ia memutuskan untuk menepikan mobil. Ia tak bisa mengendarai sedan hitam itu sambil menangis, khawatir mencelakai diri sendiri dan orang lain.
Sammy meletakkan kepala di atas setir. Di sana ia menumpahkan air mata yang ia tahan sejak dari rumah Laras. Sungguh tak terpikirkan olehnya bahwa Laras masih mencintai Arya. Tentu saja, sebab Laras selalu menunjukkan kebencian saat membicarakan tentang Arya, bahkan untuk mengucapkan nama lelaki itu saja Laras tak sudi. Namun sekarang fakta yang tersembunyi tersebut telah terungkap dan itu membuatnya berada dalam situasi dilema.
Di satu sisi Sammy tak ingin kehilangan Arya, tapi di sisi lain ia tak ingin membuat Laras patah hati untuk yang kedua kali. Apalagi tadi ia melihat binar bahagia di wajah kakak sepupunya itu. Ia jadi tak tega jika harus mengatakan bahwa ia pun mencintai Arya bahkan telah sepakat untuk menikah. Akhirnya ia memilih untuk mengalah. Biarlah ia yang sakit, asal Laras berbahagia.
Bagi Sammy sosok Laras bukan hanya sebagai seorang kakak untuknya, tetapi juga seorang ibu. Perempuan itu selalu ada untuknya menggantikan sosok ibu yang berada jauh di kota Solo sana.
Sammy tergugu di atas setir hingga suara dering ponsel dari dalam tas membuat kepalanya perlahan-lahan terangkat. Dengan malas ia meraih tas kulit yang tergeletak di jok sebelah lalu tangannya merogoh ke dalam. Saat benda pipih itu sudah berada di genggaman, tangisnya semakin pecah. Ternyata Arya yang menelepon.
Jam di sudut kanan atas ponsel menunjukkan pukul dua belas lebih sepuluh menit. Sammy tahu, pasti kekasihnya itu ingin mengingatkannya untuk makan atau bisa jadi ingin meminta penjelasan tentang Laras. Mungkin kakak sepupunya itu sudah menghubungi Arya. Tadi Laras sempat meminta nomor ponsel Arya dan ia langsung memberikannya.
Sengaja Sammy tak menerima panggilan itu. Bukan hanya tak ingin Arya mengetauhinya sedang menangis, juga mulai saat ini ia harus menghindari dan menjauhi lelaki itu, sejauh mungkin. Ia pandangi saja nama lelaki yang dicintainya itu sampai menghilang dari layar dan dering ponsel berhenti. Lalu berdering lagi, kemudian berhenti lagi. Begitu terus sampai tiga kali.
'Sayang, kamu lagi ngapain, sih? Kok, aku nelpon nggak dijawab?'
Kali ini Sammy mendapat pesan dari Arya namun bernasib sama seperti panggilan tadi, tak mendapat balasan. Ia hanya membaca pesan tersebut sebelum kemudian menon-aktifkan ponsel.
"Maafkan aku, Mas," lirihnya dalam tangis yang tak kunjung reda.
Jika tahu akhirnya akan begini, Sammy tak akan mempertahankan Arya dan memilih meninggalkan lelaki itu saat diminta dulu waktu di Inggris.
Usai puas menangis Sammy kembali menjalankan mobil tanpa tujuan pasti. Entahlah ia akan ke mana, yang pasti ingin menyendiri.
***
Rona bahagia masih terlihat jelas di wajah ayu Laras. Seyuman pun selalu mengembang dari bibirnya. Akhirnya ia akan menjemput kembali cintanya yang telah lama ditinggalkan. Cinta yang pernah terselubung benci akibat kesalahpahaman yang ia ciptakan sendiri.
Arya, Arya, Arya
Aku selalu cinta kamu. Aku sangat rindu kamu, Darl
Oh, Laras sungguh tak sabar ingin bertemu dengan lelaki yang dicintainya dan mengatakan kata-kata itu. Kira-kira bagaimana reaksi lelaki itu saat bertatap muka lagi dengannya? Pasti sangat terkejut.
Ah, membayangkannya saja membuat Laras tak berhenti tersenyum bahagia, apalagi jika sudah bertemu sungguhan. Mungkin ia akan pingsan karena terlalu bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Sang Mantan
Storie d'amoreSetelah tahun-tahun berlalu, akhirnya waktu mempertemukan lagi Laras dengan Arya, lelaki yang telah menghancurkan hatinya dulu. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Laras memutuskan untuk membalas perbuatan lelaki itu. Ia ingin Arya merasakan apa ya...