14

173 11 3
                                    

              Dahi Hoseok berkerut.
"Nak, jangan bercanda.. ". Ucap nya. Tae pun mengangguk mantap.
"Ya.. Noona adalah ibuku, sahabatku, nenek ku, haha... Segalanya, dia segalanya untuk ku.. ". Hembusan angin membuat jalan air mata Taehyung mengering.
"Dia.. Wanita yang luar biasa untukku" Hoseok diam-diam merapat, dia mulai tertarik dengan topik pembicaraan kali ini.
"Kau tahu? Aku ini yatim piatu.. Setiap hari aku selalu berpindah-pindah mencari tempat tinggal. Berusaha mencari makan dengan bekerja serabutan. Apa saja aku kerjakan, membantu paman-paman yang sedang mengangkat kubis, membantu bibi-bibi menjual ikan, menyikat sepatu, apa saja.. Yang penting aku bisa makan". Ceritanya sembari masih sesenggukan.
"Hingga suatu hari.. Aku tertangkap sekumpulan berandal. Dia menodongku, meminta uang yang sudah aku kumpulkan lebih dari seminggu di kantong ku. Aku tidak tinggal diam, aku melawan. Namun apa boleh buat, mereka terlalu banyak. Mereka menghancurkan wajahku. Saat itu aku hampir saja mati. Bahkan aku dapat melihat cahaya yang berkilauan, pikirku aku akan menuju akhirat. Sungguh..  Hidupku sama sekali tidak ada perlindungan, aku hidup hanya untuk ditindas, tidak ada yang menginginkan ku, bahkan orang tua ku saja membenciku. Benar-benar tidak ada harapan". Mata Taehyung kembali berkaca-kaca.
"Tapi.. Ada seseorang yang samar-samar mendekatiku saat itu, aku sama sekali tak bisa mendengarnya, telingaku mendengung akibat pukulan-pukulan mereka. Seingatku, tubuhku terangkat, dan tiba-tiba saja aku sudah berada di rumah sakit".

                            ******

             Min Yoongi melempar ponselmu diatas meja kerjanya. Dia mengacak-acak rambutnya kasar.
"Sial! Hari apa ini?! Kenapa aku kena sial terus?!". Gerutu nya. Dia mencoba rileks dengan bersandar di kursinya.
"Huf..  Untung saja ada Kim Seok Jin yang membantu ku. Setidaknya aku mengerti sebagian besar isi presentasi mereka". Min Yoongi memejamkan matanya. Tulisan-tulisan mu yang barusan ia baca, bak terpatri pada kelopak matanya. Semakin Yoongi terpejam, tulisan itu semakin jelas. Mengusik ketenangan Yoongi. Ia berdecak, lalu menegakkan tubuhnya.  Dia menatap ponselmu sebal.

"Huff..  Menyebalkan!".

Sudah.. Baca saja...

"No!".

Kau penasaran, Yoongi...

"Penasaran itu terkadang membahayakan nyawamu!".

Apa mungkin sebuah tulisan membunuhmu??

.
.
.
.
.

Gotcha~~~

Min Yoongi mengaku kalah dengan hati kecilnya yang terus mendesak untuk melanjutkan membaca catatanmu.
"Huff..  Kuharap aku tidak menyesali perbuatanku kali ini.. ". Dalam beberapa menit ponselmu tlah kembali pada genggaman Min Yoongi.
"Oohh..  Ayolah..  Ini hanya semacam diary biasa saja... " .


Hai, Min Yoongi. Ada kabar gembira dari kamar 319!! . Coba tebak... Hyeohyon!!!! Gadis itu sudah punya bayiiii...  Ya Tuhan, kemarin aku sibuk sekali membantu kepulangan mereka dari rumah sakit.
Ahh.. Bayinya laki-laki.. Dia sangat tampan, seperti ayahnya.. Ntahlah.. Padahal dia bukan bayiku, tapi kenapa disaat aku menimangnya, aku meneteskan air mata. Haha..

Min Yoongi, nenek mu datang kerumah kemarin malam.. Uhm.. Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?? Dia bilang dia sangat mencemaskanmu. Uh..  Dia juga bertanya, kenapa kau tak pulang-pulang. Aku bingung, aku tak tahu harus jawab apa. Aku jawab saja kau sedang sibuk bekerja. Lalu nenek bilang itu tidak mungkin, mengingat posisimu di perusahaan adalah presdir. Tidak mungkin kau bekerja selembur itu, katanya. Disitu aku hanya diam dan menunduk. Dia bertanya tentang perlengkapan-perlengkapan bayi milik Hyeohyeon yang nanti akan kujadikan sebagai hadiah yang berserakan di ruang TV. Dia pikir itu milikku, tapi saat aku bilang itu untuk hadiah, wajahnya yang awalnya dingin, menjadi sangat dingin. Uhh.. Jujur, hatiku sakit sekali mendengar ucapannya saat itu.
Maafkan aku, Min Yoongi..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HoneymoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang