20 | A L I V E

568 40 9
                                    

Hatinya rapuh, sangat rapuh. Kehilangan Brian adalah sesuatu yang menyesakkan. Kehilangan untuk yang kedua kalinya, terlebih meninggalkannya untuk selamanya, hal paling menohok bagi dirinya.

Bos Besar menghampiri putrinya yang berlinang air mata. Ia memeluk Mala dari belakang. Kerinduannya sangat besar. Akan tetapi, kesedihan Mala bukan sesuatu yang di sukainya.

Edsel merasakan darah mengalir di tubuh Brian. Ia berdiam diri untuk membenarkan jika ia benar-benar merasakannya. Benar, Brian masih hidup, ia dapat merasakan aliran darahnya.

“Ia masih hidup,” ucal Edsel. Mala menoleh. Mendapati lelaki bermata hijau yang mirip Brian berkata padanya.

“Apa katamu?”

“Ia masih hidup, sentuh tangannya,” Mala merunduk. Ia menyentuh tangannya. Benar, ia juga dapat merasakannya.

Mala mendongak, Bos Besar yang juga sedang menatapnya. Ia berbicara lewat pikiran.

Apa aku boleh menjadi masusia biasa?

Menyetujui adalah menyalahgunakan peraturan lama yang dibuat. Bos Besar mengangguk. Toh, peraturan itu sudah sangat lama dan sepanjang usianya ia belum pernah melihat hal aneh yang terjadi seperti putrinya. Ia mengangguk.

Mala mendekatkan bibirnya ke bahu Brian. Ia hampir pernah melakukan gigitan atas tandanya karena Brian adalah pasangannya, tetapi pupus karena sesuatu yang teringat di pikirannya.

Ia menyelamatkan hidup Brian dengan memberikan kekuatannya. Ia lelah menjadi seekor serigala dan ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama pasangan abadinya.

Mala menggigit pelan bahunya. Perlahan tapi pasti. Gelenyar aneh pada tubuhnya sedikit mengusiknya. Ia berusaha untuk tetap fokus pada gigitannya.

Rasa panas yang amat sangat menusuk melingkupi tubuhnya. Ia pernah sekali merasakan ini ketika mendapatkan jiwa serigala dalam tubuhnya. Kini ia harus melepas dengan rasa yang berkali lipat lebih menyakitkan. Semakin dalam ia menancapkan giginya di bahu Brian. Chaya serupa bola melingkupi Brian dan Mala. Bos Besar mundur untuk memberi mereka privasi.

Mala berhasil melepaskan giginya dari bahu Brian. Lalu, berteriak. Bola yang melingkupi keduanya terpecah, sinar putih bagai serpihan kaca melayang di udara. Ia terngengah-engah. Tangannya menangkup wajah Brian.

Brian merasa tubuhnya mat sangat kaku. Matanya mengerjap, silaunya matahari perlu membuat matanya untuk beradaptasi.

Ia mendapati wajah wanita yang selama ini memenuhi pikirannya. Tersenyum dengan sorot bahagia bercampur keharuan. Brian merasakan dekapan wanita di depannya.

Ia berhasil mendapat permatanya kembali.

Langkah kecil Edsel akhirnya sampai di kedua orang yang saling berpelukan. Ia tidak percaya jika ia masih mempunyai orang tua. Ia lebih tidak percaya lagi ia punya kutukan yang mengalir di darahnya.

Brian lah yang pertama kali melihat Edsel. Ia melonggarkan pelukannya dan menarik Edsel.

“Ini anak kita,” ucap Brian. Dengan rasa bangga dan Edsel tersenyum karenanya. Mala menganga. Ia tidak tahu jika Edsel ada.

“Oh, ya ampun, Edsel! Maafkan aku,” Mala memeluk Edsel. Kehangatan yang sangat ingin Edsel rasakan dari seorang ibu. Mengelus rambutnya dengan sayang. Ia tak percaya zepuluh tahun berlalu dan ia masih diberikan kesempatan untuk bertemu anaknya kembali. Mala ingat malam setelah ia melahirkan dua anak itu.

Ia menitipkannya di panti asuhan untuk bekerja sebentar di pabrik terdekat. Nyatanya kehidupan tidak semudah itu. Gaelen menemukannya dan membawanya pergi. Ia juga ingat ia tidak melahirkan satu anak, melainkan dua.

“Dimana Shabrina?”

***

Genggamannya mengerat. Kehilangan dirinya seperti kehilangan sebagian kehidupannya. Ia tidak pernah merasa sesakit ini sejak perempuan di depannya memutuskan untuk tetap menutup mata daripada melihat dunia.

Mereka menunggu dengan perasaan khawatir. Berupaya untuk tetap tenang.

“Bulu matanya bergerak!” Mala memekik, ia menutup mulutnya dengan tangan. Mata hijau zamrud serupa dua orang yang amat disayanginya terbuka lebar.

Samar-sama Shabrina bisa melihat sebuah wajah. Ia mengerjap dan Edsel lah yang di dapatinya pertama kali. Shabrina menarik dirinya agar bisa terduduk.

“Aku bernafas!” suara Shabrina sedikit tercekik karena Edsel memeluknya erat. Ia menangkap pemandangan lainnya di sekitar ruangan. Kini ia berada di kamarnya dan berarti ini adalah rumah Brian. Tangan kirinya tersemat jarum yang terhubung oleh selang berisi cairan. Edsel melonggarkan pelukannya dan tertawa saat Shabrina menggurutu minta dilepaskan. Shabrina melihat Brian dan seorang wanita.

Shabrina melihat Mala dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bukan tatapan menilai, melainkan ia melihat dirinya dalam wanita di depannya.

Shabrina tidak peduli tubuhnya penuh dengan luka dan terasa sakit. Yang ia perlukan adalah memeluk wanita itu. Ia melompat dari kasur. Mala yang kewalahan melakukan hal yang sama. Ia memeluk Shabrina erat. Mengelus dengan sayang.

Tidak bisa berkata-kata, maka yang dilakukan Shabrina adalah menangis. Ia menangis karena rasa yang tidak bisa di deskripsikan.

“Maafkan Bunda ya, sayang,” Shabrina malah menangis semakin keras. Brian menyentuh bahu Mala. Mala menarik Brian agar bisa memeluk mereka. Edsel juga ditarik Brian agar bisa berkumpul lebih dekat. Kini keluarganya utuh. Meskipun Shabrina dan Edsel adalah manusiaserigala sedangakan Mala dan Brian adalah manusia biasa, mereka akan tetap bersama.

“Aku tidak menyangka inilah akhirnya,” Shabrina menarik kepalanya, tangannya masih mengalung di leher Mala. “Kita akan menjadi keluarga, cukup dengan ini. Oh, aku ingin memeluk kalian lagi.”

“Sepertinya kita perlu udara segar terlebih dahulu sebelum melakukan itu,” ucapan Edsel membuat ketiga nya tertawa.

Inilah kebahagian yang diimpikan Edsel dan Shabrina. Mencari tahu keberadaan orang tua yang tidak diketahuinya. Tanpa disangka-sangka kutukan menghampiri mereka. Tetapi, itu bukan masalah. Garis keturunan sudah menjadi takdir yang harus mereka lalui.

Edsel dan Shabrina saling tatap. Keduanya sama-sama tersenyum.

Semoga ini akan tetap berlanjut dan terus dalam kebersamaan yang sesungguhnya. Menjadi keluarga yang utuh.

~~Tamat~~

17.06.18

11.21 AM

So sad, buat ngelepas ini. Finally, Edsel dan Shabrina selesai.

Beneran, ini cerita pertama aku yang selesai dan bener-bener selesai.

Ehhhh tapi karena sayang banget sama Edsel dan Shabrina ini, aku buat cerita Gavyn. Kalian tau Gavyn 'kan?

Dan, tentang cerita ini, bakal ada revisi nya. Karena masih belum-belum sreg gitu.

Ohh! Dan makasih banyak banget buat kalian yang udah baca 'till end. I'm so proud of youuu.

Anyway, By the way, Busway...


Jangan lupa buat vote, comment, dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

Aku butuh banget saran kalian walaupun udah selesai.

LOVE YA ALL!!!

👇CHECK THE OTHER WOLF👇

OUT OF FATE

Gavyn Alden's Story

Wattpad :

https://my.w.tt/EETcSRMtON




😘😙😚

A L I V E #WWS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang