Sepanjang perjalanan pulang suasana di mobil menjadi hening. Hanya ada suara Chungha yang menunjukkan arah, itupun sekenanya. Belok kanan, belok kiri, tanpa ada percakapan lain. Seongwoo yang biasanya berisik pun juga ikut diam karena dia tau kalau Chungha sedang tidak bisa diajak bercanda saat ini.
Sesampainya di rumah keluarga Kang, mereka langsung mengangkut barang belanjaan ke dapur. Mereka menata barang belanjaan dengan keadaan yang tetap hening.
"Chungha istirahat aja dulu, urusan makan siang biar gue yang ngatur." Kata Seongwoo setelah mereka beres meletakkan barang-barang pada tempatnya.
"Thanks ya." Ujar Chungha pelan lalu ia melangkah menuju kamarnya dan Sejeong untuk beristirahat. Ia berbaring di atas ranjang dan memakai selimutnya. Ingin tidur untuk mengistirahatkan diri tapi tidak bisa karena yang lelah batinnya bukan raganya. Biarkan saja Chungha tenggelam dalam lamunannya.
Mari kita mengecek keadaan Ong Seongwoo. Kini ia berada di depan wastafel sambil mencuci beras untuk menanak nasi. Namun bukan Ong Seongwoo kalau tidak berbuat ulah. Karena tidak yakin seberapa banyak air yang harus dimasukkan untuk menanak nasi, ia terus menambahkan air hanya dengan mengandalkan instingnya. Ya kita tunggu saja apakah instingnya benar atau salah.
Sembari menunggu nasi matang, kini Seongwoo beralih mencuci sayur-sayuran. Setelah memastikan sayur-sayurannya bersih, ia pun merebus sayuran itu sebentar lalu meniriskannya. Sembari bekerja, ia juga sesekali melihat internet untuk memastikan apa yang dikerjakan benar.
Sayur tauge yang telah ia tiriskan tadi di beri sesendok minyak wijen dan garam secukupnya. Sayur bayam ia beri sesendok teh kecap asin, sesendok teh minyak wijen, serta garam dan bawang putih halus secukupnya.
Setelah itu ia memotong mentimun seukuran batang korek api dan menumisnya dengan minyak sayur untuk beberapa saat. Begitu pula dengan jamur, dipotong-potong lalu di tumis dengan minyak sayur, dua sendok teh kecap manis dan dua sendok teh gula pasir.
Kini ia beralih mengerjakan bagian terpenting dari masakannya. Ia menumis daging yang sudah dipotong-potong bersama dengan wortel menggunakan minyak sayur. Ia menambahjan beberapa siung bawang putih halus serta gula dan merica secukupnya. Setelah matang, ia pun meniriskannya.
Setelah sayuran dan daging siap, tentunya ada satu hal lagi yang harus Seongwoo kerjakan. Menggoreng telur mata sapi. Ia menggoreng dua butir telur, satu untuknya dan satu untuk Chungha. Walau hasilnya tidqk secantik gambar-gambar di internet tapi ia cukup puas dengan telur goreng buatannya.
Kini semua bahan sudah siap dan nasi yang dimasak Seongwoo sudah matang. Syukurlah nasi yang ia masak tergolong berhasil. Jadi, saatnya menata makanannya.
Ia mengambil dua buah mangkuk dan menyendokan nasi ke dalamnya. Lalu ia menata sayur-sayuran dan daging di atas nasi. Telur mata sapi menjadi bagian teratas dari bibimbap buatannya. Akhirnya makanan dari chef Seongwoo sudah siap.
Ia meletakkan kedua mangkuk bibimbap itu di meja makan lalu memanggil Chungha yang sedang beristirahat di kamar.
"Chungha, ayo makan siang!" Ajak Seongwoo sambil mengetuk pintu kamar Chungha. Beberapa saat kemudian Chungha keluar. Mereka pun duduk berhadapan di meja makan.
"Menu makan siang kita hari ini adalah Bibimbap ala Chef Ong." Kata Seongwoo sambil memamerkan hasil karyanya yang terpampang di meja makan.
"Seriusan lo bikin sendiri ini? Bisa dimakan nggak?" Tanya Chungha ragu.
"Eits ngejek, aman dimakan sih tapi kurang tau kalau rasanya." Jawab Seongwoo. Mereka berdua pun mengaduk bibimbap mereka masing-masing. Tapi tiba-tiba mereka berhenti.
"Kok ada yang kurang ya kayaknya?" Gumam Seongwoo bingung.
"Gochujang, Ong." Ujar Chungha mengingatkan. Pantas saja bibimbap mereka nampak kurang lezat meski sudah di aduk.
"Oiya, lupa. Bentar gue ambilin." Kata Seongwoo sambil cengengesan. Ia pun segera mengambil gochujang di salah satu lemari dapur dan membawanya ke meja makan.
"Nih." Seongwoo memberikan beberapa sendok gochujang pada bibimbap Chungha setelah melakukan hal yang sama pada bibimbap miliknya. Mereka segera mengaduk lagi bibimbap mereka masing-masing lalu mecobanya.
"Hmm, lumayan." Kata Chungha mengomentari bibimbap bikinan Seongwoo setelah memakannya beberapa sendok.
"Besok-besok gantian lah, lo yang masak. Biar kayak jaman dulu, Chung." Canda Seongwoo.
"Tapi kayaknya skill masak gue menurun deh, gara-gara sering makan di luar atau delivery."
"Menurun berarti rada mengkhawatirkan dong, dulu aja kita seringnya delivery, lo cuma masak kalo kepepet doang pas akhir bulan."
"Hehe, itupun palingan ramyeon, bibimbap isi sayur doang atau kimchi fried rice."
"Masih mahasiswa sih kita. Awal bulan kita jalan-jalan mulu, akhir bulan ngedatenya di kampus atau dikosan."
"Dulu kita lucu banget ya ternyata. Eh, kok gue jadi ikutan nostalgia sih?" Gumam Chungha bingung.
"Ga papa kali, Chung. Things end, but memories last forever." Ujar Seongwoo lalu tersenyum kecil.
"Udah buruan dihabisin, kita nonton film habis ini." Kata Seongwoo mengalihkan pembicaraan.
"Hah nonton film?" Tanya Chungha bingung. Mereka mau keluar lagi?
"Nonton di tv maksud gue, daripada gabut." Jawab Seongwoo. Mereka pun segera menghabiskan bibimbap yang tersisa di mangkuk mereka masing-masing.
Berkat Ong Seongwoo, Kim Chungha sudah tidak segalau tadi.
🚗🚗🚗
Sudah sebulan ga update
Gara-gara Seongwoo nih, bingung dia mau masak apa soalnya menyimpang dari draft awal
Anyway, terima kasih buat teman-teman yang udah baca, vote & komen ♥
Seperti biasa, masih gak nyangka aja gitu ada yg baca cerita tidak jelas ini
Makasih yaa ♥