"Hi Aimee!"
"Hi Louis!"
"Pulang sekolah nanti, pulang bersamaku kan?"
"Tentu saja, Lou. Memangnya aku akan pulang bersama siapa lagi?" Ai tertawa kecil.
"Baiklah. Nanti kita ke cafe ya, aku yang akan menraktirmu."
"Wah! Tumben sekali kau, Lou. Ada apa dengan otakmu? Apakah kau terjatuh dari tempat tidurmu, tadi pagi?
"Enak saja kau ini.. Kita harus merayakan keberhasilanku!"
Ai mengerutkan keningnya, "Keberhasilan? Apa maksudmu, Lou?"
"Tebak saja, Ai." Louis tersenyum jahil.
"Umm.. Apakah ini tentang Chloe?"
"Yap! Kau benar. Bahkan tanpa memberi tahumu pun, kau sudah tau sendiri," Louis terkekeh lalu melanjutkan kalimatnya, "Tentu saja kau tau! Kau adalah sahabat yang paling mengerti aku."
"..."
"Ai? Kenapa diam? Apa aku salah bicara?"
"Sahabat? Begitukah aku di matamu, Lou?"
"Hm iy- Tentu tidak! Kau kuanggap lebih dari sekedar sahabatku."
Ai menatap Louis penuh harap, "Kau sudah seperti saudaraku sendiri, Ai."
Ai memandang Louis dengan tatapan tidak percaya, ia menyembunyikan tangisnya, lalu pergi meninggalkan Louis.Sahabat? Saudara? Bukankah itu telah menjelaskan semuanya?
Bahwa cinta Ai bertepuk sebelah tangan?
Bukannya Ai sudah mengaku bahwa cintanya tulus?
Tapi kenapa ia tidak-- hmm belum menerima bahwa orang yang dicintainya, mencintai orang lain?
Meskipun begitu, ia tetap berprinsip bahwa cinta tidak harus memiliki.
Walaupun ia sadar, hanya orang-orang yang berputus asa lah yang memiliki prinsip seperti itu.****
"Ai! Mengapa tadi kau meninggalkan ku begitu saja di taman? Ugh.. Menyebalkan!"
Ai kembali memasang senyum palsunya, "Maafkan aku, Lou. Tadi perutku sakit sekali."
"Kau selalu begitu, pergi tiba-tiba. Tidak bisakah kau menunggu ku sebentar saja?" kata Louis kesal.
"Oh ayolah, Louis.. Memangnya kau akan menemaniku sampai toilet, jika aku menunggumu?" Ai mengerling jahil.
"Tentu tidak! Tapi kau kan bisa bilang dulu padaku, aku khawatir tau. Kukira kau marah padaku."
"Oh ternyata seorang Louis Tomlinson bisa khawatir padaku! Harusnya Chloe cemburu padaku. Louis khawatir padaku! Louis khawatir padaku! Louis khawatir pa-"
"Ayolah, Ai.. Hentikan tingkah konyolmu." Louis memutar matanya kesal.
Ai tertawa melihatnya
"Kau lucu sekali, Louis." Ai mencubit pipi sahabatnya dengan gemas.
"Hentikan, Ai! Kau bisa membuat ketampananku berkurang."
"Oh ya? Really? Bahkan kau sama sekali tidak tampan, Lou."
Louis berdecak kesal, "Yaya terserahmu saja. Apakah kita akan terus berdebat seperti ini? Atau kau mau pulang bersamaku?"
"Tentu saja pulang! Aku tidak akan melupakan janjimu, menraktirku di cafe, Lou."
"Baiklah. Ayo!"
Louis menarik tangan Aimee, hingga tak sadar sudah membuat gadis itu hampir terkena serangan jantung.
"Naiklah, Ai."
"Wah tumben sekali kau membawa motormu." Kata Aimee sambil menaiki motor Louis.
"Aku harus membiasakannya, Ai. Saat aku dan Chloe sudah resmi nanti, aku lah yang akan mengantar dan menjemputnya dengan motor ini." Ucap Louis dengan bangga.
"Yaya terserah lah. Uhm memangnya kapan kau berniat meresmikan hubungan kalian?"
"Secepatnya!!"
Aimee memutar bola matanya kesal, tanpa sepengetahuan Louis.--------
a/n : kemungkinan besar, cerita ini bakal cuma ada percakapan mereka aja. Jadi tiap part bakal short banget dan bakal aku usahain completed. Hehehe, bakal fast update sepertinya😜
KAMU SEDANG MEMBACA
Regrets
FanfictionApa jadinya saat kau menyukai sahabatmu. Tapi dia memilih gadis lain? Sakit? Dan kalian sadar, kalian memang selalu bersama, tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu.