6. Merangkai kisah baru?

92 13 3
                                    

"Biarkan waktu mengubah dua hati yang membeku akibat sakit di masalalu menjadi satu sumber kebahagiaan di masa depan"


Senin kembali menyapa penduduk bumi. Terik matahari menemani upacara bendera pagi ini. Untung saja upacara telah usai, walau terasa lebih lama dari biasanya.

Lara's POV

"Akhirnya.. selesai juga gila panas banget ini mah" gumam Tasya yang masih bisa di dengar oleh Lara.

"Panas aja, gausah banget" ucapnya seenaknya.

"Serah deh, udah mending kita ke kantin, ini tenggorokan udah melambai lambai minta yang dingin dingin."

"Mana ada tenggorokan melambai gila kalik lo, dan satu lagi gue gamau ke kantin lo gak denger apa kita tadi disuruh ke kelas bukan ke kantin" jawabnya pada Tasya.

"Lara lo gak denger apa sekarang itu jamkos, dan gak salah dong kita ke kantin? Dimana mana kalo jamkos pasti yang rame kantin atau lapangan mentoknya koridor bukan kelas. Haus juga habis berdiri tiga puluh menit sambil dijemur, lo gak capek apa?" Bela Tasya.

"Tapi aturannya kita disuruh masuk kelas gak boleh keluar kelas, aturan ada buat di taat in, Ta" kekeuhnya.

"Aduuuh.. Aturan ada buat dilanggar, Ra. Sesekali gak papa dong nglanggar. Kita itu SMA cuma sekali, inget cuma sekali dan gak akan keulang lagi. Jangan lempeng lempeng amat sih, kasih warna dikit kek biar berkesan gitu."

"Udah?" Ketusnya.

"Udah" Ucap Tasya enteng dengan cengirannya, "udah ah ayok ke kantin dulu, tambah kering ini tenggorokan gue ngomong panjang lebar kali tinggi" sambungnya, kemudian menarik lengan Lara secara paksa.

Lara yang sudah pasrah hanya mengikuti kemauan sahabatnya itu. Tak lama kemudian mereka tiba di tempat yang mereka tuju.

"Tuhkan bener apa kata gue, udah rame aja. Emang murid murid biadab gak bisa taat aturan." Ucap Tasya saat melihat kondisi kantin yang sudah di padati siswa siswi.

"Lah ngatain diri sendiri dong? Butuh kaca?" Ketusnya.

"Hehe gak sih, udah lo duduk aja yang anteng biar gue beliin, es jeruk? Oke?"

"Hmm"

Devan's POV

"Sial banget deh gue hari ini, udah berangkat telat lupa gak bawa topi lagi, bego emang" maki Adhit pada dirinya sendiri.

"Lagi sadar lagi ogeb ya lo?"

"Sialan lo. Bukannya ikut sedih ma-"

"Itu cewek yang dikedai kemarin kan?" Potongnya.

"Mana?" Tanya Adhit sembari matanya mengamati sekitar.

"Yang baru aja masuk kantin, berdua sama temennya yang kemaren" sambil memajukan dagunya mengarah pada Lara.

"Eh iya tuh, ternyata dia anak sini juga kok gue gak tau ya. Gampang deh pdktnya kalok gini"

"Nyesel gue ngasih tau lo" ucapnya ketus.

"Haha santai bro.. lo harus tau kayaknya dia adeknya si Azka"

"Azka? Serius lo?"

"Ciee kepo hahahaha.."

"Sial lo, gue serius"

"Duh makasih abang aku mau di seriusin, cinta deh."

"Najis banget sih lo jauh jauh dari gue"

Seketika tawa Adhit pecah melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Berisik deh. Itu bener adeknya Azka? Kok gue gak tau?" Tanyanya serius.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang