Di pantai itu, sore, 24 Januari 2017, aku tidak sengaja melihat lelaki tampan, manis, dan pandai bernyanyi.
Faisal Nugroho, namanya Faisal Nugroho. Anak tetangga paman, dan baru pulang dari rantauannya, dari kota besar bernama Jakarta. Kabarnya dia atlet voly dulu di Kota Batu, anehnya aku tidak begitu mengenalnya, ternyata dia tetangga paman dan cukup dekat dengan paman.
Semua ini ku ketahui berawal dari perjalanan kecil langkahku untuk menyempatkan bagian dari tubuhku melangkah ke sebuah pantai kecil di daerah Jawa Timur.
Waktu itu, aku bersama dua orang temanku. Kak Sani dan kak Tiara. Mereka adalah anak buah pamanku yang sering membantu memetik bunga. Jangan remehkan pengetahuan mereka, mereka berdua lebih senior dan lebih banyak mengenal banyak jenis bunga daripada aku. Mereka paling hebat. Se-toko pamanku tapi, hehehe.Ya, saat itu sore, tapi matahari masih saja bersinar. Aku, kak Sani, dan kak Tiara berjalan di pinggir pantai, ditemani percikan ombak yang menyapu kaki kami. Disambut oleh angin pantai yang sepoi-sepoi, sungguh waktu sore yang indah.
"kamu setiap sore datang kesini?" Tanya kak Tiara kepadaku.
"tidak setiap sore sih kak... tapi jika aku ingin saja." Ujarku.
Semakin sore kami semakin larut dengan keindahan pantai, udaranya cukup bersahabat dengan hati saat itu, damai, nyaman, enak dirasakan.
Dari sudut pantai, terdengar suara seorang lelaki sedang bernyanyi. Kulihat dari jauh, dia sendiri dan menikmati setiap nada lagu yang ia nyanyikan. Terbukalah beberapa percakapan.
"itu siapa?" tanyaku kepada kak Sani dan kak Tiara.
"katanya sering datang kesini.... kok tidak tahu siapa dia." Kak Tiara
"mana ku tahu.... setiap aku dating, dia tidak pernah ku lihat. Baru pertama ini."
"itu Faisal, Faisal Nugroho.... anak pak...., pak siapa aku lupa, tapi dia itu tetangga paman."
"hah? Tetangga? Kok aku tidak pernah melihatnya." Jawabku bingung.
"iya.... soalnya baru tiga bulan ini dia pulang dari Jakarta."
Mereka berdua saling sahut menjawab pertanyaanku.
"pulang? Emang kemana?"
"kerja...." sahut kak Tiara.Akhirnya kami memutuskan untuk duduk di kursi pinggir pantai. Tidak begitu ramai orang, hanya terlihat beberapa orang saja. Kemudian kami mulai mengobril lagi.
"Dia itu tampan" kata kak Tiara.
"Iya tampan, sudah punya kekasih belum?" Tanyaku.
"belum kayaknya, eh tapi nggak tahu juga sih." Kak Tiara
"Denger-denger dia itu pemain voly terkenal di sini" sahut kak Sani.
"Eh iya.... katanya dia cukup terkenal dulu, sebelum akhirnya bekerja di Jakarta." Kata kak Tiara.
"Kenapa pergi ke Jakarta, kalau dia sudah lumayan sukses di sini?" Tanya ku.
"Kan sudah ku bilang tadi.... dia kerja! Ih anak ini." Kak Tiara menjawab kesal.
"Ohhh, begitu, heheh." TutupkuSaat itu, yang aku lakukan hanya melihat dia di pinggir pantai, dan sesekali melirik, eh tapi bisa dibilang hampir memandang. Kan sayang, pemandangan seindah itu tidak di manfaatkan, itung-itung buat refreshing hati hahaha. Dia tampan ternyata. Ah pasti dia sudah punya kekasih, pasti kekasihnya sangat mencintainya.
Dia tampan, suaranya merdu. Ah ingin rasanya aku me-nikung kekasih kak Faisal haha.
"Cocok kali ya sama aku." Tiba-tiba aku mengumam tidak jelas.
"Hahahahaha." Mereka berdua tertawa cuuukup keras.
"Eh... (aku kaget) hehehe, kenapa? Kan cocok tuh, dia tinggi aku juga lumayan tinggi."
"Dia lebih cocok denganku... dari pada sama kamu, huuu dasar!" kak Tiara ini berisik sekali aku, aku sedang asik berhayal, malah dia yang ikut-ikutan.
"Kalian ini ada-ada saja, menghayal hal yang mungkin terjadi." Kak Sani.
"Bermimpi itu perlu kak...." jawabku.
"Pulang yuk! Udah mau maghrib." Ajak kak Sani.
"Let's go!, kita pulang." Jawabku dan kak Tiara.Akhirnya sore hampir malam itu kami pulang, sudah cukup hari ini. Menikmati pantai, menghilangkan penat, dan yang paling menguntungkan adalah bisa melihat kak Faisal.
Dan mulai saat itulah aku terkadang mencari sosok yang bernama Faisal, kata mereka berdua kak Faisal itu tetangga paman. Tapi aku tak pernah melihatnya.Suatu hari.... mungkin aku dan dia bisa bertemu di pantai ini lagi, atau mungkin di toko bunga paman. Ah... Fatiya.... kau begitu lugu hingga membayangkan kamu dengan kak Faisal bertemu, mustahil. Dia tampan dan pandai berolahraga, sedangkan kamu, kamu hanya penjual bunga di toko pamanmu. Aku sempat berfikir seperti itu.
Tetapi.... aku cukup senang sore itu, bisa melihat lelaki tampan seperti dirinya. Setidaknya penatku selama seharian bekerja, terbayar dengan paras dan suara indahnya itu,