"Maaf"
Lagi, untaian kata maaf yang keluar dari bibir gadis cantik di depannya ini hanya dapat membuat pria pemilik senyum garis bening itu tersenyum tipis. Senyum yang sangat kentara sedang dipaksakan namun coba ia buat semaksimal mungkin agar gadis Im ini berhenti merasa bersalah.
Im Nayeon, kini sudah duduk berhadapan dengan Jinyoung di sebuah cafe shop milik pria tampan itu. Ia sudah menceritakan semuanya, perasaannya, dan juga jawabannya atas pengakuan Jinyoung kala itu.
"Gwaenchana Nay, sepertinya aku memang sudah datang terlambat. Sudah ada pria lain yang mengisi kekosongan hatimu saat ini hmm?" ucap Jinyoung melirik ke samping Nayeon. Ke arah tempat duduk sebelah Nayeon yang juga terdapat pria lain disana. Park Chanyeol.
Sebenarnya Nayeon memang sengaja mengajak Chanyeol menemui Jinyoung dengan alasan agar nanti Chanyeol tak akan salah paham jika dirinya sedang bertemu dengan pria lain.
"A...aku sungguh minta maaf oppa. Jeongmal mianhae" Nayeon semakin menunduk. Ia mendadak takut. Takut jika nanti Jinyoung akan menghindar dan menjauhinya. Remasan pada tangannya yang saling bertaut semakin mengeras. Buku-buku jarinya sudah memutih sangking gugupnya.
Jinyoung yang menyadarinya pun kembali merekahkan senyum tulusnya, sadar akan kegugupan Nayeon yang tampak kesulitan merangkai kata-kata agar tidak akan melukai dirinya nanti.
"Tidak perlu merasa bersalah. Aku akan segera mengakhiri perasaanku seperti yang kau inginan, jadi pergilah tanpa beban" ujar Jinyoung yang akhirnya berhasil membuat gadis itu sedikit menaikkan kepalanya.
"Terimakasih oppa"
"Tapi~~"
Nayeon menautkan sebelah alisnya, menunggu ucapan jinyoung yang seperti akan mengajukan sebuah persyaratan akan perkataannya barusan. Hatinya mulai berdesir tak karuan, takut-takut kalau Jinyoung akan membuat syarat yang tidak akan bisa ia lakukan.
"Bisakah kau kabulkan satu permintaanku? Aku janji ini yang terakhir kali"
Damn it
Benarkan yang Nayeon bilang. Sama seperti di pikirannya, Pria di depannya ini pasti akan mengajukan sebuah persyaratan untuk permintaan nya.
"A...apa?" tanya Nayeon tergagap.
"Bolehkah aku mencium keningmu?"
Deg
Deg
Mata Nayeon membulat sempurna, gadis di depannya ini malah terkesan sedang melotot sekarang. Ia meruntuk permintaan Jinyoung yang terdengar sangat tidak mungkin untuk dilakukan.
Oh tuhan, bukan karena apa. Sebenarnya jika hanya di kening bukanlah masalah besar, tapi keadaannya? Apa Jinyoung tidak bisa membaca situasi?
Jelas-jelas disampingnya sekarang ada Chanyeol yang juga sedari tadi hanya memperhatikan obrolan kedua makhluk ini dengan tatapan khasnya yang terkesan sangat datar. Bahkan lebih datar dari biasanya.
"Boleh kah?" tanya Jinyoung lagi karena gadis dihadapannya yang tak kunjung merespon.
Nayeon terdiam sesaat, melirik sekilas ke sebelah. Yang ia lihat saat ini tak jauh berbeda dengan yang ia lihat dalam beberapa menit ke belakang. Chanyeol yang hanya duduk terdiam sambil melipat tangan di depan dada, dengan tatapan datar, bersikap acuh. Tampak tak tertarik sama sekali dengan perbincangan Nayeon dan Jinyoung.
Hati Nayeon mencelos, ia tidak pernah berpikir jika sikap Chanyeol akan sama saja. Ia kira setelah menyatakan perasaannya kemarin pria itu akan mencoba belajar untuk menjadi pribadi yang lebih hangat dan lembut. Namun tidak! Seorang Park Chanyeol tetaplah Park Chanyeol. Pria pentium empat dengan segala sifat dingin dengan tatapan datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step Two Step [END]
FanficIm Nayeon. Gadis gila kelahiran Seoul yang sayangnya kecantikannya amat sulit untuk dielakkan. Berulang kali Park Chanyeol bersikap acuh dan tidak peduli, berulang kali pula Nayeon tetap mengejarnya. Stalker? Fans? Sasaeng? Oh tidak.. Entahlah Chany...