Chapter 01.

4.5K 352 9
                                    


Jungkook duduk di pantai lagi dengan perahu kertas berwarna biru ditangannya yang siap untuk dihanyutkan.

Anak itu larut dalam pikirannya sendiri sembari menikmati angin sore yang perlahan memeluk tubuh kurus itu dengan ditemani deburan gemuruh ombak, sama seperti kerinduan dalam hatinya yang tidak kunjung berhenti.

Kadang Jungkook menghabiskan waktu sorenya dengan bermain pasir, berlari di bibir pantai, kadang juga dengan para Kakak-kakaknya. Lumayan kekanak-kanakan untuk seseorang berumur tujuh belas tahu.

Tapi ini sudah kebiasaan lama.

Sudah sangat lama, semenjak Jungkook berharap besar pada laut yang tak bertepi.

Namun kali ini dia duduk sendirian, tidak ada aktivitas berarti; hanya menatap lurus ke depan sampai matahari sepenuhnya tenggelam barulah Ia beranjak dari sana dengan perahu kertas yang mulai terbawa air.

Kadang-kadang sore hari sangat menyenangkan untuk Jungkook menapaki jalan pulang; menikmati Padang rumput di perjalanan dan lampu jalan yang menyala agak redup, serta melewati hutan kecil di dekat rumahnya: sebelum benar-benar sampai pada sebuah rumah sederha dengan halaman yang ditanami berbagai macam bunga.

Ibu Jungkook adalah pencinta bunga, apalagi bunga mawar putih; Mereka terawat dengan baik di sana.

"Laut lagi?"

Jungkook spontan menoleh pada sumber suara, dan lewat sedetik sampai Ia tersenyum manis bersamaan dengan kedua tangannya yang keluar dari saku celana.

"Aku selalu suka laut, Nenek tau itu dengan baik 'kan"
Katanya dengan nada kelewat ceria.

Tapi tidak dengan wanita tua itu, neneknya. Senyum cucunya itu terlihat sengsara dibawah sinar senja begini.
"Jangan terlalu sering ke laut, bahaya"

Lagi-lagi Jungkook hanya memamerkan cengirannya.
"Kadang-kadang aku pergi bersama para Hyung, kok"

"Yasudah, lekas mandi dan kau harus makan yang banyak lalu pergi tidur"

Jungkook mengambil alih tas belanja yang dipegang sang nenek, dan merangkulnya dengan manja.
"Aku mau dimandikan"
Candanya sambil terkekeh.

"AW ... Ish nenek cubitannya pedas sekali" ucapnya sambil mengusap pinggang yang dihadiahi cubitan dari sang nenek.

"Kamu sudah besar Jungkook"

"Hehe ... Aku 'kan cuma becanda, nek"

Dan rata-rata hari Jungkook akan seperti ini setiap hari, beberapa hal membuatnya bahagia apalagi saat tercium aroma masakan saat memasuki rumah dengan neneknya.

"Wooah bibi masak banyak, ada apa?"
Lagi-lagi Jungkook heboh sendiri, seolah banyak hal yang disuguhkan dengan spesial untuknya setiap hari. Bahkan masakan sang bibi juga adalah hal terindah walau rasanya tidak sama seperti masakan ibunya, dan makan bersama tidak pernah berlangsung semenyenangkan seperti saat ayahnya ada di rumah.

Kadang Soyeon keberatan dipanggil bibi, kalau boleh jujur. tentu dirinya masih muda untuk sebutan bibi, dia mahasiswi pertengahan semester. Tapi, yah mau bagaimana lagi; Jungkook adalah anak kakaknya dan otomatis menjadi keponakannya.

Mereka hanya hidup bertiga dengan Soyeon yang kadang memposisikan diri sebagai ibu, juga sebagai kakak untuk Jungkook.

Soyeon berdecak saat menyadari Jungkook belum mandi, padahal matahari sepenuhnya akan beranjak untuk hari ini.

"Hanya ingin melihatmu menghabiskan banyak makanan" 
Ucapnya setelah meletakkan beberapa potongan buah semangka di meja.

Jungkook terkekeh pelan.
"Ey, nanti aku cepat besar"
Ucapnya sebelum mencomot sepotong semangka.

SEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang