Cahapter 17.

1.1K 176 4
                                    

Setengah 9 malam.

Dan hanya keheningan yang mendominasi luasnya ruang seni. Dan Taehyung sudah menguap sebanyak 20 kali.

Tidak ada yang berniat beranjak dari sana, semua seakan saling menunjukan kesetiaannya pada seorang pemuda yang tengah tertidur diatas lipatan tangan setelah lelah mengikuti acara belajarnya bersama Namjoon.

Siapa lagi kalau bukan Jungkook. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal semacam itu; mereka tahu, Jungkook tidak tidur dengan benar untuk waktu yang lama.

Hari ini, mereka hanya menghabiskan waktu tanpa latihan kemudian tenggelam dalam imajinasi masing-masing sampai Seokjin datang dengan maksud untuk menjemput mereka semua.

"Loh, aku kira kalain sudah bersiap untuk pulang"

"Shhh!" Interupsi semua orang lengkap dengan jari telunjuk menempel pada bibir sambil menoleh ke arah pintu, tempat Seokjin si empu suara berdiri dengan wajah keheranannya.

Seakan paham diperintahkan untuk tidak berisik, Seokjin bertanya dengan mengangkat kedua tangannya seolah mengatakan: apa kalian mengintai sesuatu?

Semua menggeleng. Dengan kompak. Sampai Seokjin sadar sendiri kalau ada salah satu anak manusia yang sedang tidur dan mulai terusik.

"Astaga! Sudah jam berapa? Ah, Hyung tidak membangunkan ku; ayo pulang!"
Jungkook bergegas merapikan semua bukunya dan bangkit begitu saja, menyisakan wajah-wajah yang mengutuk sepenuh hati di sana.

"Apa ku bilang, anak itu sudah mulai bertingkah ekstra" ucap Yoongi yang bergegas menyusul.

Dan semua orang terkekeh menanggapi, dan langsung menyusul langkah malas Yoongi dan langkah berapi-api milik Jungkook.

"Aku akan menjadi supir kalian anak-anak"

Teriak Seokjin penuh semangat, berkawan dengan anak-anak SMA membuat Seokjin ikut merasakan energi milik mereka. Kadang, menurut Seokjin tidak peduli siapa yang menjadi temannya: asalkan bisa membuat Ia menjalani hidup lebih tulus, rasanya lebih baik.

"Hyung, aku yang menyetir ya" pinta Namjoon dengan mengedipkan matanya sok imut.

"Tidak!" Tolak Seokjin dengan tegas. "Kau belum legal"

"Rasakan!" Timpal Hoseok yang menambah kekesalan Namjoon.

"Ayo Tae, jangan pedulikan persaudaraan mereka!"

Dan Jimin mulai menyebalkan.

Mungkin karena semua orang mulai menunjukkan diri yang sebenarnya. Malam itu, mereka pulang dengan Jin yang mengemudi dan terus berlanjut pada hari-hari berikutnya: mereka latihan sampai malam dan berakhir dalam mobil Seokjin.

Pensi semakin dekat, dan semua orang semakin mempersiapkan diri dengan keras. Tidak ada waktu untuk sekedar merefleksikan diri, termasuk Jungkook; dia sibuk membagi waktu untuk latihan, mengerjakan tugas dan ulangan susulan. Kadang, juga ikut merawat tanaman di kebun bernama nenek.

Tapi hari ini, pemuda itu ingin sekedar bermain-main di pantai lagi sendirian.

Kaki telanjangnya berjalan dengan tenang di atas pasir dan tangannya tergerak melepaskan perahu kertas. Tidak ada makna khusus, hanya ingin.

Sore itu sangat tenang dengan burung-burung yang kembali ke sarangnya, entah karena terlalu menikmati suasana atau karena memang Jungkook sedang tidak fokus; dia tidak menyadari langkah seseorang yang mengikuti jejaknya.

"Ah ternyata semenyenangkan ini ternyata"

Jungkook reflek menoleh ke belakang dengan dua tangan bertengger di dada sebelah kiri tempat dimana jantungnya berdetak keras karena terkejut.

SEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang