Rewrite the Stars

2.8K 201 15
                                    

Null : Prolog

"KENAPA kau meninggalkanku?"

Suara itu terdengar diseluruh penjuru ruangan putih tak berujung. Satu-satunya orang yang berdiri di ruangan itu menoleh kesana-kemari untuk mencari keberadaan suara yang tidak diketahui sumbernya.

"Aku sudah berusaha membuatmu bahagia tapi kau malah meninggalku. Apa yang salah denganku?"

Lagi, suara itu terdengar memenuhi ruangan diikuti suara tangisan yang memilukan. Kali ini wanita itu mencoba berlari untuk menghindari suara tangisan yang terus menggema. Kedua telapak tangannya berusaha menutup erat-erat sepasang telinganya agar suara yang menyesakan dadanya itu tidak terdengar.

"Aku mencintaimu."

Namun apa daya, kaki yang digunakan untuk berlari tidak akan bisa membuat dirinya keluar dari ruangan ini. Begitu juga dengan telinganya, seerat apapun dia menutupi sepasang alat pendengarannya semakin kencang pula suara itu terdengar. Rasa sesak di dadanya pun merangsang air matanya untuk mengalir dengan deras. Dia pun hanya bisa terduduk dengan air mata yang mengalir.

"Tapi rasa kecewaku melebihi rasa cintaku."

Seketika itu dia terkurung di antara cermin-cermin yang memantulkan puluhan bayangan dirinya. Bayangan-bayangan itu berdiri tegak sambil tertawa sangat kencang kearahnya. Seolah mereka sedang mengejek dirinya sendiri yang terlihat sangat terpuruk saat ini.

"Pecundang! Pecundang!"

Bayangan-bayangan itu mencemooh dirinya. Dia pun kembali berusaha menutupi kedua telinganya dengan erat karena suara cemooh yang kian mengeras. Tak berapa lama suara menghilang dan bayangan-bayangan dirinya juga ikut menghilang. Ruangan putih itu seketika kembali sunyi. Tetapi dari arah yang berlawanan terlihat seorang laki-laki berjalan mendekat.

Wanita itu mendongak untuk melihat siapa laki-laki yang berdiri dihadapannya saat ini. "Se-Sehun?"

Pria yang dipanggilnya Sehun itu tidak menyahut. Dia hanya menatap lurus ke arahnya tanpa menyiratkan ekspresi apapun.

"Sehun..."

"Jangan muncul dihadapanku lagi," ucap pria itu sebelum berbalik meninggalkan wanita itu.

Air matanya yang sempat mengering kontan menetes lagi. Rasanya sangat menyakitkan melihat pria itu berjalan meninggalkannya setelah dia mengucapkan kata setajam pisau belati. Hendak dia berdiri untuk mengejar pria itu, kakinya tiba-tiba sudah terikat oleh rantai besi. Dia berusaha untuk melepas diri namun rantai besi itu kian mengerat di pergelangan kakinya.

"Sehun."

Pria itu terus berjalan menjauhinya.

"Sehun!"

Pria itu tetap tidak berhenti atau bahkan menoleh kearahnya.

"SEHUN!"

Wanita itu membuka mata sepenuhnya dengan napas memburu dan peluh keringat meluncur dari pelipis. Dia terduduk dengan jantung yang berdegup kencang. Arah matanya mengedar kebingungan, menatap seluruh ruangan yang kini tidak lagi kosong dan berwarna putih. Ada sofa, meja rias, lemari, televisi, dan jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari di dalam ruangan. Dia pun bernapas lega.

"Mimpi itu lagi," lirihnya. Dia mengusap wajahnya sambil menghembuskan napas kasar. Tapi telapak tangannya terasa basah ketika menyentuh bagian matanya. "Sial! Aku menangis lagi."

Selalu seperti itu. Setelah dia terbangun dari mimpinya, selalu terbentuk aliran air mata yang mengalir deras menuruni pipinya. Dia sendiri tidak tahu mengapa dirinya selalu seperti itu. Sudah terbilang dua tahun dia terperangkap dalam situasi ini.

Sehun.

Lagi-lagi nama itu muncul di alam mimpinya. Masih tetap mimpi yang sama dimana pria itu berdiri dihadapannya lalu pergi meninggalkan dirinya setelah mengatakan sebaris kalimat yang menyakitkan. Tanpa berhenti bahkan tanpa menoleh kearahnya sedikitpun.

Mungkin ini adalah balasan dari Tuhan. Balasan karena dia telah meninggalkan pria itu karena egonya yang terlalu besar.

Kurang lebih lima tahun telah berlalu sejak dia meninggalkan pria itu dan keadaan sekarang tentu sudah berbeda dibanding dulu. Mereka sudah tidak lagi saling bertemu dan berkomunikasi. Dia tidak tahu bagaimana keadaan pria itu.

Apa Sehun baik-baik saja?

Apa Sehun sudah melupakannya?

Pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah dua dari sejuta pertanyaan yang berputar di benaknya selama ini.

Walaupun keadaan sudah berbeda namun perasaannya terhadap pria itu masih tetap sama seperti pertama kali mereka bertemu. Dia masih sangat mencintai Sehun. Bahkan dia sangat ingin kembali merasakan pelukan hangatnya seperti dulu. Namun itu hanyalah harapan semu karena keadaan sudah tidak sama seperti dulu.

Air matanya pun kembali mengalir dari kedua bola mata indahnya. Dia menundukkan kepalanya sembari memeluk kedua lutut yang tertutup selimut. Memendam suara tangisannya dalam-dalam seakan tidak ingin ada orang yang mendengar. Mengingat kembali semua tentang pria itu selalu menyebabkan timbulnya rasa nyeri di dadanya.

"Jung Soojung, kau sangat menyedihkan."

Welcome to my story!Cerita ini telah ditulis berjuta-juta detik yang lalu tapi baru dipublikasikan sekarang karena aku udah nggak tahan lihat rekomendasi cerita yang muncul shipper sebelah mulu😕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Welcome to my story!
Cerita ini telah ditulis berjuta-juta detik yang lalu tapi baru dipublikasikan sekarang karena aku udah nggak tahan lihat rekomendasi cerita yang muncul shipper sebelah mulu😕

Happy reading!
Hope you enjoy it!

June, 2018
kripikentang

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang