HADIAH

2.8K 349 61
                                    

Seluruh dunia berwarna biru dibawah sinar rembulan







Hari itu tepat saat ulang tahunku, seperti yang diminta Jimin. Diam diam aku mengendap endap kearah dapur. Membuka lemari pendingin. Memotong kue buatan nunaku. Kumasukkan dalam kotak bekal. Kemudian membawanya kabur untuk menemui Jimin.

Sesampainya di danau, aku langsung dipertemukan dengan sesuatu yang digantung di pohon yang dulunya digores untuk menulis tanda persahabatan oleh Jimin. Akupun melangkah untuk mengambil kertas itu. Kubuka lipatan kertas itu.

Selamat ulang tahun, Taehyung. Apakah aku orang pertama yang mengucapkannya? Haha...maaf ya. Aku tidak bisa mengucapkannya langsung dari mulutku. Oh, hadiahmu ada di bawah pohon ini. Jika kau menemukan pintu kayu, bukalah. Disana hadiahmu.

Kira kira seperti itulah tulisannya.

'Kau orang pertama, jim.'

Akupun langsung mengelilingi pohon ini. Dan akupun menemukannya. Pintu kayu itu. Dan dengan segera akupun langsung membukannya. Disana ada sekotak kado. Kemudian ada buku sketsa. Dan juga sebuah surat. Pertama tama, aku langsung membuka kotak kadonya.

Disana ada berbagai macam kertas yang dilipat. Kurasa seperti surat. Dan saat kubuka. Ya memang surat. Setelah kubuka satu persatu, ternyata semuanya berisi jawaban atas semua pertanyaanku selama ini. Entah kenapa, air mataku turun dengan derasnya bagaikan air terjun.

'Maaf, jim. Aku memang bukan sahabat yang baik untuk mengerti semua tentangmu.'

Kemudian tanganku bergerak untuk mengambil buku sketsa. Kubuka satu persatu lembar buku sketsa itu. Disana hanya ada gambar diriku. Dan juga, satu gambar dirinya yang tengah tersenyum lembut dengan merangkul diriku disampingnya. Terakhir, surat itu. Aku membuka surat itu.

Hai tae. Bagaimana? Apakah aku benar benar orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu? Kurasa tidak sepertinya. Oh ya, tae. Apa kau sudah membuka kado dariku? Kurasa jawaban adalah kado yang terbaik. Tapi jika menurutmu tidak, datang kerumahku dan ambil kado yang sebenarnya, ok?.

Hm..terimakasih untuk penangkap mimpimu. Aku benar benar bisa tidur dengan cepat karna itu. Dan kau tau, orangtuaku datang menjemputku malam tadi. Dan aku sangat bahagia. Setelah lama menunggu, akhirnya mereka datang untuk menjemputku.

Tae, ingat semua yang pernah kukatakan padamu, ok? Kau tak pernah sendirian, ingat itu. Aku dan orang orang terdekatmu selalu ada disini. Dihatimu.

Sudah dulu tae. Ini alamat rumahku. Aku tak memaksamu untuk datang, kok. Kalau kau mau ya datang saja.

Jl.xxxx no.xx

Akupun memutuskan untuk mendatangi alamat rumah Jimin. Dan tentu saja aku tak melupakan kado pemberiannya untuk kubawa pulang. Ternyata, Jimin tinggal dirumah yang besar.

Tok tok tok.


Aku mengetuk pintu rumahnya. Dan tentu saja tak ada jawaban. Karna ini masih terlalu pagi untuk bertamu. Kucoba membuka pintunya, dan ternyata..tidak terkunci. Apa anak itu tak takut kerampokan. Satu kalimat itulah yang terpikir olehku. Karna aku belum pernah datang kerumahnya, tentu saja aku tak tau letak ruangan ruangannya. Akhirnya, aku memutuskan untuk memasuki satu persatu ruangan rumahnya. Persetan dengan yang namanya tidak sopan, yang kuinginkan adalah segera mungkin memeluk tubuh mungil Jimin.

In Time : 4 O'clockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang