Aku menghirup udara malam yang dingin
Ya, kita hidup dan mati pada waktu yang bersamaan
Tapi sekarang kau bisa membuka matamu
Sama seperti film apapun itu, seperti garis dalam filmHari itu, adalah sehari sebelum ulang tahunku. Aku sangat senang karna nunaku bilang, dia akan membuatkan kue yang besar untuk ulang tahunku nanti. Dan aku tak sabar ingin mengetahui satu hal. Kado apa yang akan Jimin berikan padaku. Aku sangat menunggu untuk itu.
"Nuna mau kemana?" Tanyaku kala melihat nunaku pergi keluar.
"Membeli bahan bahan untuk kuemu, tae." Jawab nunaku. Akupun langsung bersemangat. Aku mengatakan untuk ikut pada nunaku. Dan hal itupun langsung disetujui oleh nunaku. Sesampainya dipasar, aku hanya mengikuti kemanapun nunaku pergi. Karna aku tak mengerti apa apa. Dan saat itu, aku melihat sesuatu yang menarik. Penangkap mimpi. Tiba tiba aku kepikiran dengan Jimin. Dan aku ingin membelikan itu untuk Jimin. Akupun langsung meminta ijin pada nunaku untuk membeli itu. Dan yah..nunaku mengijinkannya. Bahkan dia menyuruhku untuk pulang duluan. Akhirnya, setelah membelinya, aku langsung pergi dari pasar. Menuju ke danau. Sudah lama aku tak kesana. Hampir 2 bulan lamanya aku tak datang. Dan selama itu pula aku sama sekali tak bertemu dengannya. Sesampainya disana, arah pandangku langsung tertuju pada bukit. Karna disanalah objek yang tengah kucari kutemukan.
"Jim." Panggilku. Dia tersenyum kearahku. Tunggu. Ada yang berbeda darinya. Rambut itu kini berubah lagi. Terakhir kali aku melihatnya, itu berwarna abu abu. Dan sekarang rambutnya justru berwarna pink pucat. Dan itu sangat cocok dipadukan dengan wajah imutnya. Tapi, jika kulihat lihat lagi, Jimin tampak lebih kurus dari terakhir kali kumelihatnya. Kali ini benar benar kurus. Jika dibanding denganku, mungkin lebih kurus dia. Padahal dulu, kurasa aku adalah orang yang paling kurus didunia. Dan juga, pipinya benar benar menirus. Jari jarinya yang mungkin sekarang hanya berisi tulang tanpa ada daging. Dan..wajahnya sedikit pucat.
"Kau sakit, jim?" Tanyaku. Dia tersenyum.
"Bukan sakit, tae. Tapi lelah. Aku sedang lelah." Jawabanya.
"Lelah kenapa?" Tanyaku lagi.
"Akupun tak mengerti. Tubuhku terasa sangat lelah." Jawabnya lagi. Aku semakin bingung. Dan tiba tiba pikiran negativ itu kembali lagi ke otakku.
"Kau-" "Tidak, tae. Aku tak sedang sakit. Hanya lelah. Jangan berpikiran yang macam macam." Potongnya. Akupun mengangguk dan dengan segera mencoba menepis pikiran pikiran burukku tentangnya.
"Oh iya, jim. Ini. Tadi aku membelinya dipasar." Kataku sambil memberikan penangkap mimpi padanya. "Kau bilang kau insomnia, kan? Mungkin ini akan membantumu untuk tidur dengan cepat." Tambahku lagi. Dia tersenyum mengangguk.
"Semoga saja, tae. Sangat tidak nyaman ketika kita lelah dan mata kita tetap dipaksa untuk terjaga." Ujarnya. Aku mengangguk mengiyakan. "Hm..tae. Besok adalah ulangtahunmu, kan? Datang kemari tepat jam 00.01, ok? Ada sesuatu untukmu." Lanjutnya. Aku langsung mengangguk. Mengiyakan dengan semangat. "Sekarang pulanglah. Kau harus membantu nunamu menyiapkan kue ulang tahunmu. Dan jangan lupakan aku besok. Aku juga ingin memakan kue buatan nunamu, bagaimana?" Tanyanya. Skali lagi aku mengiyakan dengan semangat. Kemudian akupun beranjak pulang sesuai perintahnya.
.
.
.Satu hal yang perlu kalian simpulkan dari ceritaku hari ini, adalah..
.
.
.Park Jimin dan Kim Taehyung adalah sahabat selamanya. Dan Park Jimin dan Kim Taehyung akan tetap saling menyayangi apapun keadaannya.
Maaf banget karna aku ganti alurnya. Terutama buat kak @fea_nea. Karna aku gabisa nepatin janji yang bakal masukin anak kakak😭😭😭. Maafkan daku kakak.