Kenapa kau menangis
Kau dan aku adalah satu-satunya disini
Aku dan kau
Oh kauSaat itu, disekolah Park Jimin tak datang. Awalnya kukira ia hanya terlambat seperti hari pertama dulu. Tapi ternyata, dia memang tak masuk sekolah. Aku bertanya tanya dalam pikiranku, 'dimana dia?', 'kenapa dengannya?', dan masih banyak lagi.
Saat bel berbunyi, akupun berlari menuju danau itu. Jimin bilang, dia slalu disana, kan? Kapanpun aku bisa menemuinya disana. Iyakan? Dan aku berharap bisa menemukannya disana saat ini.
Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah termasuk keatas pohon pohon untuk mencarinya. Tapi nihil, aku tak menemukannya. Sampai tiba tiba...
"Taehyung?" Suara itu. Suara yang sangat familiar ditelingaku. Iya, itu suara Park Jimin. Orang yang kucari. Aku segera menoleh ke belakang. Dan benar, Park Jimin ada disana, sedang tersenyum kearahku. Tapi, kurasa senyumnya tak seperti biasanya. Berbeda.
"Kau dimana? Baru datang?" Tanyaku. Dia menggeleng sambil terkekeh kecil.
"Aku slalu disini, ingat? Aku tadi disana. Di bukit sana." Jawabnya sambil menunjuk kearah bukit. Aku mengangguk. "Ada apa?" Tanyanya.
"Kenapa kau tak sekolah?" Tanyaku. Dia hanya tersenyum. Tapi senyum yang beda. Seperti menyembunyikan banyak kesedihan disetiap senyumnya.
"Aku ingin disini, tae." Jawabnya kemudian. Kamipun mulai duduk dibawah pohon besar. Menatap lurus kearah depan. Hening menguasai atmosper sekitar. Karna kami terlalu sibuk pada pikiran masing masing.
"Maaf jim, tapi apa kau punya masalah?" Aku memberanikan diriku untuk bertanya padanya.
"Tidak." Jawabnya dengan cepat.
"Lalu, kenapa senyummu berbeda? Kenapa kuperhatikan kau nampak sedih dari tadi? Bukankah kita sahabat? Katakan padaku jika kau punya masalah. Bukankah aku slalu bercerita padamu? Sekarang giliranmu." Ujarku lagi.
"Kau, tak pernah menceritakan apapun, tae." Jawabnya.
"Tapi kau selalu tau, jim. Aku iri padamu yang selalu tau semua tanpaku beritahu. Sedangkan aku? Aku tak pernah mengetahui apapun tentangmu. Kau mengenalku dengan baik. Tapi aku tidak!" Ujarku sedikit tersulut emosi.
"Karna aku adalah aku. Dan kau adalah kau. Kau mengenalku dengan baik, tae. Kau mengenalku, percayalah." Jawabnya yang kemudian bangkit dan beranjak pergi. Tentu aku sedikit menyesal kala itu. Aku menyesal karna menumpahkan emosiku. Aku takut, sangat takut dia tak ingin lagi berteman denganku. "Akan ada saatnya kau mengetahui semuanya. Jadi jangan mencari tahu sekarang dan jangan pernah merasa menyesal. Kau tak salah. Aku yang salah." Ujarnya sebelum akhirnya benar benar pergi.
Hari itu adalah hari tersulit seumur hidupku. Aku tidak menyangka bahwa Park Jimin berpengaruh besar dalam hidupku. Sampai aku memikirkannya setiap saat karna hal itu. Senyum itu. Itu senyum palsu. Aku tau itu. Dan aku mengkhawatirkannya.
.
.
.
.Di hari itu, kusimpulkan bahwa...
.
.
.Park Jimin, si bocah mochi itu adalah satu satunya orang yang berhasil membuatku khawatir. Dan juga, Park Jimin itu berbeda. Dia sangat sulit ditebak.