Batavia

28 3 1
                                    

Perjalanan ke kota Batavia bukanlah hal yang mudah. Mereka harus menyeberangi laut China Selatan yang sangat lah luas dengan minim perbekalan. Sedangkan kapal merupakan kapal nelayan kecil yang bergantung pada angin dan dayung. Teman-teman kakek yang ikut dalam pelarian ke Batavia ada empat orang. Han Bai Hu, Li Gao Shan, Wei Ying Jian, Lim Yang Jian adalah teman-teman kakek yang ikut dalam perlarian.

Pada awalnya mereka berlayar hingga ke Macau dan membeli beberapa perbekalan. Mereka terus mendayung ke Macau, akan tetapi ada badai besar yang menghantam kapal kecil mereka dan membawa mereka menjauh dari Makau. Akhirnya mereka memutuskan untuk ke pulau Formosa tetapi angin di sana cukup keras sehingga mendorong mereka menjauh dari pulau Formosa itu. Hari demi hari, malam berganti pagi, Mereka tidak memakan apapun karena perbekalan mereka sudah habis. mereka hanya berharap mereka segera mencapai Batavia. Mereka sudah sangat kelaparan, hanya bubuk mesiu dan amunisi yang mereka miliki. Mereka pun mencoba untuk memancing tetapi hanya ikan kecil yang didapat. Malam hari pun tiba, mereka pun tertidur. saat itu cuaca sangat lah cerah. kakek mengamati bintang yang indah dan merasa yakin mereka ke arah yang benar. Kakek berharap kepada bintang agar mereka bisa selamat semua.

"Klang", suara lonceng bergema. kapal mereka terdampar di sebuah pantai. Gao Shan yang waktu itu terbangun sontak membangunkan teman-temannya termasuk kakek. Ternyata mereka telah sampai di pelabuhan Batavia.
"Xing lai! Women yijing daole.  (Bangun! kita sudah sampai.)", seru Gao Shan.
"Hao! (baik!)", Jawab Bai hu 
"Xiachuan!
(Turun dari kapal!)", Perintah kakek selaku ketua mereka. Tetapi kakek hanya  ingin menjadi rekan yang baik.
Mereka pun berjalan menuju pasar yang dekat dengan pantai. Mereka juga bertanya apakah ini Batavia. Tetapi tidak ada yang mengerti bahasa mereka. Mereka juga hendak membeli makanan tetapi juga tidak ada yang mengerti bahasa mereka. Mereka sudah sangat kelaparan tetapi banyak orang yang tidak mengerti bahasa mereka walau mereka sangat ramah.

Mereka pun berputus asa serta kelaparan. Mereka duduk di salah satu sudut pasar. Seketika mereka bertemu dengan seseorang pedagang Tionghwa yang berlogat Hokian yang sedang mengendarai mobilnya. 

"Nimen weisheme?  (kalian kenapa?)", tanya pedagang itu.
"Women laizi Nanking he women jie (Kami berasal dari Nanking dan kami lapar)", jawab Yang Jian.
"Denglu! (masuklah!)", jawab pedagang itu.
Mereka pun masuk ke dalam mobil pedagang itu.
"Ni jiao shenme mingzi? (kamu siapa?)", tanya kakek terhadap pedagang itu.
"Wo jiao Zhu Chuan Hai. (Namaku Zhu Chuan Hai.)", jawab pedagang itu.

Pedagang itu mengantar kakek dan teman-temannya ke sebuah losmen milik pedagang itu dan pedagang itu berkata bahwa kakek dan teman-temannya boleh tinggal di losmen itu sembari dia menyiapkan makanan.
"Nimen, chiba! (kalian makanlah!)", seru pedagang itu.
"Xie xie (terima kasih)", jawab kakek dan teman-temannya
Di atas meja telah tersedia ayam panggang, nasi, sayur Capjai, Bakmi, sup bibir ikan, kolobak, dan arak putih. Kakek dan teman-temannya makan dengan lahapnya. Mereka makan dengan penuh rasa syukur karena sudah berhari-hari terombang-ambing di lautan.

"Nanking fashengle shenme shi? (Apa yang terjadi di Nanking?)" Tanya pedagang itu.
"Bei riben xiji. Shu qian ren bei tusha. (Diserang oleh Jepang. Ribuan orang telah dibantai)", jawab Ying Jian.
"Feichang zaogao. (Buruk sekali.)" "Liu zai zheli, zhiyao ni xiang. (Tinggalah di sini selama kalian mau.)" tutur pedagang itu.
Pada akhirnya kakek dan teman-temannya tinggal di losmen pedagang itu. Pedagang itu juga berkata bahwa dia adalah teman misionaris yang ada di Nanking setelah tahu bahwa mereka ke Batavia karena misionaris itu. Kakek dan teman-temannya juga belajar bahasa Indonesia dan mereka adalah pelajar yang cepat. Dan mereka pun juga membantu pedagang itu dalam menjaga losmennya. 

Suatu hari mereka kedatangan seorang batak yang tegap badannya.
"Disinikah losmen Chuan Hai?", tanya orang itu.

"Iya ada yang bisa kami bantu?", jawab Bai hu.
"Mana itu Chuan Hai?", balas orang batak berjangut panjang itu.
"Aku di sini.", jawab Chuan Hai.
"Mana orang yang kamu ceritakan itu?" Tanya orang batak itu.
"Mereka di sini di depanmu." jawab Chuan Hai dengan sedikit tersenyum.
"Oh! Halo saudaraku aku dari pejuang pergerakan bawah tanah. Kami dengar kalian tentara dari China, ya? Kami di sini ingin mengajak kalian untuk bergabung", terang orang batak itu
Kakek dan teman-temannya menerima ajakan itu dan bergabung dalam pergerakan bawah tanah. Disana kakek dan teman-temannya dijelaskan bahwa misi mereka sesungguhnya adalah menuntut kemerdekaan Indonesia.

Akhir Novermber 1941, Jepang akan mencapai Hong Kong dan berita itu telah sampai ke telinga kakek. mendengar berita itu, Kakek berlari dan mengatakan pada mereka bahwa ancaman terbesar saat ini adalah Jepang, bukan Belanda. Jepang telah menguasai sebagian besar dataran China dan mungkin akan melancarkan aksinya ke asia tenggara. Sedangkan Belanda telah jatuh ke tangan Jerman pada Mei 1940. Sontak seluruh anggota pergerakan bawah tanah Batavia diminta untuk berhati-hati terhadap ancaman baru ini.

Unsung Hero : The Birth of a NationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang