The Turning Point

19 1 0
                                    

"zhù ni shengrì kuàilè
zhù ni shengrì kuàilè
zhù ni xìngfú zhù ni jiànkang
zhù ni qiántú guang míng...."

Lagu ulang tahun dinyanyikan oleh teman-teman kakek karena kakek ulang tahun pada hari itu. Ia berulang tahun pada tanggal 16 Agustus dan saat itu dia berumur 20 tahun. Kebetulan saja mereka menyanyikan lagu itu dalam bahasa Mandarin karena Kakek berasal dari negeri itu.
"Yang Jian, mengapa kamu menuliskan lirik untukku ini dalam tulisan Mandarin," tanya Joko
"Sesekali aja, pak Joko," Ungkap Yang Jian dengan sedikit tertawa "Hitung-hitung juga belajar, Jok," sambung Chuan Hai.
"Wo de zhongwen ye hen hao. (bahasa mandarinku juga bagus)," balas Joko.
Sontak mereka semua terkekeh. Mereka bersenda gurau di sebuah pondok dan hangatnya kebersamaan menghangatkan malam-malam yang dingin. Tidak ada kue maupun arak. mereka merayakannya dengan makan bakmi yang mereka masak bersama. Mereka pun juga memperingati 1 bulan setelah Gao Shan meregang nyawa.

Dua bulan sebelum kakek ulang tahun, tepatnya 7 Juni 1942, Jepang telah mengalami kekalahan terbesar dalam pertempuran Midway. Mulai dari sinilah Jepang menjadi bulan-bulanan Amerika Serikat. Sooryuu, Hiryuu, Kaga, Akagi tenggelam dan 3057 penerbang tewas. Hal ini menyebabkan Jepang mengalami kerugian yang sangat besar. Kesombongan Jepang berakhir di sini. Sejak itu lah Jepang mulai memikirkan bagaimana menghadapi Amerika dan sekutunya. Sementara di negeri jajahannya, Jepang semakin tidak manusiawi.

Hingga bulan Agustus, Jepang merekrut paksa para pemuda untuk bergabung dalam angkatan perang Jepang termasuk Heiho dan kabar ini telah mencapai sebuah desa di daerah Klaten, Jawa Tengah. Tim kakek yang tidak terima langsung menuju ke desa itu dan mereka tiba saat ulang tahun Kakek.

Keesokan harinya dan hari berikutnya, tim kakek membuat beberapa basis perlindungan di beberapa titik di desa itu untuk berjaga-jaga saat Jepang bertindak anarkis. Beberapa hari kemudian saat kakek sedang membersihkan senapannya dan menyiapkan amunisi, kakek pun mendengar suara "permisi.. umm... emm.... boleh minta bantuan,gak?." Kakek pun mengangkat wajahnya dan melihat seorang gadis manis dengan kulit kuning langsat memakai kacamata minus serta bermata kecil. Rambutnya diikat twin tail dan menjuntai ke bawah. Gadis itu menatap kakek dengan tajamnya
"E... ee.. ehhh boleh, ada apa ya?," tanya kakek terbata-bata.
"Umm.... kami sedang mengembalakan kerbau sementara kami memanen padi dan kami butuh bantuanmu," Jawab gadis itu sambil tersenyum kecil.
"Ba.... baik aku kesana," jawab kakek.

Gadis itu pun berbalik dan menjauh. Wajah manis itu membuat kakek tertegun.

Anggota tim yang lain menyaksikan itu dan melihat kakek hanya tertegun. "Woi, sadar..." Ucap Wandiyansah yang berada di samping kakek. "I... iya," Jawab kakek dengan kakunya dan Thomas pun menyambungnya "Sudah, lebih baik kau kejar aja itu cewek." "Aku akan pergi membantunya sebentar," jawab kakek sembari berdiri dan mengejar gadis itu. "Eeheemm," seluruh anggota tim berpura-pura batuk seksi. Joko yang merupakan ketua tim sempat melamun pun sadar dan berkata "periksa amunisinya, biarkan yang sedang pacaran itu." Mereka pun tertawa.

"Umm... siapa namamu?," tanya kakek sebagai pemecah suasana.

"Namaku Xie Ying Hua, aku anak salah satu pemilik lahan disini, kamu?," balasnya.

"Wo jiao..... (namaku....)," kakek terbata saat menjawabnya "namaku Teng Xiao Lang."

"Nama yang indah," kata gadis itu "omong-omong aku tidak terlalu bisa bahasa Mandarin."
Saat itu kakek sedikit ternganga dan bingung "kenapa?," tanya kakek dan gadis itu menjawab "ya karena aku lahir di sini, kamu berasal dari mana?"
"Nanking," jawab kakek.
"Kakimu kenapa?," tanyanya lembut.

"Kakiku putus saat aku terkena ledakan di Peking, tapi tidak apa-apa karena aku masih bisa berjalan," ungkap kakek dan gadis itu membalas "aku tidak peduli itu, justru aku suka."
Benar-benar gadis yang aneh dan hanya itulah yang terlintas di kepala kakek.

Unsung Hero : The Birth of a NationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang