Lawan Jadi Kawan

16 2 2
                                    

Pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan saat itulah Jepang juga memanfaatkan semua yang ada. Mereka mengeruk semua sumberdaya yang ada. Dengan semboyan Hakkoo Ichiu (delapan penjuru dunia dibawah satu atap), mereka menarik hati rakyat Indonesia untuk menjadi bagian Jepang dalam perang asia timur raya atau perang pasifik. Mereka mulai memaksa rakyat untuk bekerja sebagai Romusha (buruh) yang tidak dibayarkan dan Jepang juga merekrut para pemuda untuk tergabung dalam militer dengan pangkat yang lebih rendah dari orang Jepang. Hal ini mulai menggerakkan pasukan bawah tanah kakek untuk menghancurkan Jepang.

Juli 1942, Sjahrif adalah pemimpin pergerakan bawah tanah pada waktu itu. Beliau menginginkan seluruh informasi yang ada untuk melumpuhkan Jepang. Oleh karena itu, Kakek dan temannya tergabung menjadi satu kelompok kecil. Misi mereka adalah mencari informasi rahasia Jepang sehingga mereka menentukan target berupa markas tentara Jepang di Jogjakarta. 

Kelompok kecil itu dibagi dalam dua grup yang terdiri atas lima orang. Bai Hu, Gao Shan, Sihombing, dan I ketut wandiyansah termasuk dalam grup kakek. sedangkan lima orang lainnya dalam grup yang berbeda. grup kakek bertugas untuk masuk ke dalam markas sedangkan lima orang lainnya mengawasi dari luar. Markas telah dijaga oleh beberapa tentara Jepang dan terdapat puluhan menara pengawas. Kakek yang telah dipersenjatai dengan MP 18.1 menyusup masuk ke dalam markas melalui terowongan tersembunyi di bawah tanah. Kakek dan rekannya pun menelusuri terowongan itu. Terowongan itu cukup remang sehingga cukup berbahaya. 

Ketika mereka telah berjalan beberapa meter tiba-tiba mereka mendengar langkah kaki. Ternyata ada tiga personil tentara Jepang sedang berpatroli di salah satu sudut terowongan itu. Kakek mengisyasaratkan untuk berhenti bergerak namun tidak pada posisi yang tepat. Ketiga tentara itu berhenti sambil mempersenjatai diri dan mengokang senapannya. Mereka menyadari akan kehadiran kakek serta rekannya. Dengan berjalan perlahan mereka menuju ke arah kakek dan rekannya. "Shin'nyuu-sha! (penyusup!)," jerit ketiga personil itu. Dengan segera, ketiga personil itu harus dilumpuhkan apapun caranya dan tanpa sadar, kakek menarik pelatuk senjata dan merobohkan ketiga personil itu. Untunglah senjata itu berperedam. Dengan cepat rekan kakek menyembunyikan tubuh tentara Jepang yang tidak bergerak. 

Setelah berjalan beberapa meter, mereka menemukan delapan tentara Jepang berpatroli dan dengan cepat mereka bersembunyi di salah satu tikungkan buntu sehingga para serdadu Jepang lewat begitu saja. Akan tetapi ada perwira Jepang yang sedang di belakang mereka. Dengan sedikit tertegun perwira itu melototi mereka dan hendak berteriak. Bai Hu langsung membungkam mulut perwira itu dengan menutup mulutnya dan Sihombing menusuknya dengan bayonet. Sekali lagi mereka dapat bernapas lega.

Setelah menyusuri terowongan mereka pun akhirnya keluar di bagian dalam lingkungan markas Jepang yang sudah dijaga super ketat. Dengan kata lain bila mereka ketahuan maka sama saja mati. Dengan mengendap dan menghindari lampu-lampu penjaga, mereka menuju ke kantor untuk mencari informasi. Mereka juga berhasil masuk ke dalam kantor dan dengan segera mereka menggeledah seluruh isi kantor dengan asyiknya. Kakek memerintahkan untuk berpencar menjadi dua sayap. "Ketemu!" Sorak Wandiyansah yang telah menemukan struktur markas Jepang itu. "Wiiiiiuuuuunnngggg!!," alarm penjaga seketika berbunyi mengejutkan seluruh grup. Serdadu Jepang itu mungkin telah menemukan jenazah yang mereka sembunyikan. Mereka pun panik dan seketika seluruh serdadu Jepang berkeliaran di halaman markas. Salah satu dari serdadu itu melihat mereka dan memanggil seluruh pasukan untuk menyerbu kantor itu. Secepatnya grup kakek merubah kantor itu menjadi tempat perlindungan. Baku tembak pun tak terelakan.

Sedangkan di sisi luar grup satunya yang dipimpin oleh Joko Amir mereka menunggu tim kakek dengan ngantuknya. Seketika mereka dikejutkan dengan suara alarm penjaga dan suara baku tembak. Mereka pun merasa grup kakek gagal akan tugasnya. Dengan cepat Thomas dan Chuan Hai menginjak pedal gas mobil yang telah dimodifikasi. Di depan pintu markas pun ada beberapa penjaga yang menembaki mereka. Mereka pun menerabas pintu masuk markas dan menembaki serdadu dengan senapan mesin. Kakek yang sadar akan kehadiran mereka memerintahkan grupnya untuk masuk kedalam kedua mobil itu.

Mereka pun langsung menginjak pedal gas dan langsung kabur keluar markas itu. Seketika kedua mobil itu meledak karena peluru Jepang menembus tangki bensin. Dan sebelum mobilnya meledak, mereka melompat keluar dari mobil. Tiada harapan untuk mereka untuk melarikan diri sehingga mereka berlari ke arah gerbang utama dan disana sudah dijaga oleh serdadu Jepang. Sontak Yang Jian mengambil granat yang ada di saku mayat tentara Jepang itu dan melemparkannya ke arah tentara Jepang dan meledak tepat di antara mereka. Sambil menembaki tentara Jepang mereka terus berlari hingga Ying Jian tertembak tepat di kaki nya. "We! Tulungin ne!," sorak Thomas sontak Thomas dan Yang Jian menyeret Ying Jian. "Tembakan perlindungan," teriak Gao Shan. Dan mereka memberikan tembakan perlindungan. "Mundur!," teriak Joko.

Setelah Yang Jian diamankan, mereka mundur secara bertahap dan pada saat tiba giliran Gao Shan, dia tertembus tiga peluru tepat di punggung bagian bawah dan menembus tubuhnya. "Gao Shan!!," jerit Yang Jian Kemudian Bai Hu  menggendongnya dan membawanya lari. mereka pun berlari ke arah hutan dan tentara Jepang mengejarnya. Setelah mereka berhasil kabur dari Jepang, mereka setelah memberikan pertolongan pertama untuk Gao Shan.
"Morfin!," Seru Kakek dan Wandiyansah memberikannya.
"Seberapa parah lukanya," tanya Gao Shan cemas. 
"Tenanglah, Air!," Seru Kakek.

Saat mereka mengobati Gao Shan, Sihombing dan Joko yang sedang berjaga menangkap seorang tentara Jepang. "Tadi mereka berlima dan kami menghabisi empat orang," kata Joko dan Ying Jian membalasnya "baguslah."
"Watashi o korosanaide kudasai..... (kumohon, jangan bunuh aku....)," Kata orang Jepang itu.
"He! Ko diam saja... ," sambung Thomas. "Watashi wa subete o yaru. (aku akan melakukan segalanya.)," jawab orang Jepang itu.
"Diam, kamu!!," seru Sihombing sambil menendangnya.

Saat itu luka Gao Shan semakin parah dan kakek terus berusaha untuk menghentikan lukanya.
"Wandayansih, Yang Jian! Tekan lukanya," pinta kakek "Gao Shan bertahanlah!," sambungnya.
"Xiao Lang, Goule (Xiao Lang, cukup)," ucap Gao Shan.
"Ssusussuuusstt, belum waktunya, bertahan lah," jawab kakek. "Obatnya!" sorak kakek.
"Xi...Xiao Lang. Yi....Yijing ta.....tai wanle.... (Xiao Lang. sudah terlambat)," ucap Gao Shan pasrah.
"Hai meiyou!! Rengren keyi. (Belum!! Masih bisa)," jawab kakek "Xiong! (tahan!)."
"Xi....Xiao Lang... Daoqian.... (Xiaolang... maaf...)," ucap Gao Shan menyudahinya.
"Houlai... (nanti...)," Balas kakek "obat cepat!," sambung kakek.
"Xiao lang! Ting! Ni de jiejie shi wo de airen. Wo wei neng baohu ta he baohu niDaoqian.... (Xiao Lang! dengar! kakak perempuanmu kekasihku. Aku gagal melindunginya dan melindungimu. maaf....)," ucapan perpisahan sebelum Gao Shan meniupkan nafas terakhirnya. 
"Buyao! Buyao!," seru kakek. Gao Shan telah gugur dalam tugas karena kehabisan darah. Seluruh anggota tim juga merasa sedih atas kehilangan rekannya.

"Hewan jahanam...!" Wandiyansah mengokang senapannya dan menodongkannya pada orang Jepang itu. "Hei hei hei! Tahan!," perintah Joko.
"Watashi o korosanaide kudasai..... (kumohon, jangan bunuh aku....)," kata orang Jepang itu "Watashi wa anata ni Nihon no himitsu o ataeru (kuberikan rahasia Jepang)," sambungnya. "Anata wa daredesuka? (Siapa kamu?)," kata Ying Jian. Orang Jepang itu hanya tertegun. "Anata Wa Daredesuka? (Siapa kamu?)," Bentak Ying Jian untuk kedua kalinya dan orang Jepang itu menjawab sambil menepuk dadanya "I...Ishiwaki."

Ishiwaki pun ditahan oleh kelompok pergerakan bawah tanah untuk diinterogasi. Sungguh terkejut orang-orang pergerakan bawah tanah itu karena betapa inginnya Ishiwaki bekerja sama. Dia pun juga mengungkapkan bahwa para perwira  sangatlah jahat kepada sesama orang Jepang dan tak cuma perwira, sesama temannya juga menganiayanya. Di samping itu, hal yang lebih mengejutkan lagi bahwa Ying Jian bisa berbahasa Jepang. Hal ini dikarenakan ibunya seorang warga Jepang yang menikah dengan pedagang Tiongkok dan menetap di Changha. Dia tidak ingin mengungkapkannya karena adanya garis darah Jepang yang mengalir di dalam dirinya.

Setelah beberapa Ishiwaki disekap di sebuah kamar, Ishiwaki dibebaskan dan mendaftarkan diri sebagai anggota pergerakan bawah tanah. Ishiwaki juga telah menjelaskan semua struktur markas tentara Jepang dan keinginan Jepang yaitu memenangkan pertempuran Pasifik dengan meraup semua sumber daya. Ishiwaki pun juga belajar bahasa Indonesia walaupun sedikit dan dia juga mulai memahami bahasa Indonesia. Seminggu kemudian, Ishiwaki resmi bergabung dalam pergerakan bawah tanah dan tergabung dalam kelompok kakek. Kini kelompok kakek terdapat sepuluh orang lagi.

Unsung Hero : The Birth of a NationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang