09
Sabarang Kalakuang
-
Sebelumnya,
"Lihat baik-baik, jangan berkedip. Saya akan menunjukkan apa yang kau lewatkan seumur hidup." Ujar Janu dengan suara yang tenang dan dingin. Janu menyunggingkan senyum angkuhnya dan mendorong tubuh Tasya ke depan. Ia segera berbalik dan berjalan santai menuju ke pintu samping GOR, hendak masuk karena ia tahu, Gerry dan teman-teman pasti menunggunya di ruang ganti.
Sementara Tasya, ah, perempuan yang satu itu, meskipun membeku di tempatnya dan pikirannya mendadak konslet karena tidak bisa merangkai runtutan kejadian yang terjadi begitu cepat itu malah megap-megap seperti ikan koi. Ia masih bisa merasakan telapak tangan Janu memegangi pundaknya dan juga hela napas yang menerpa bagian belakang telinganya. Suara laki-laki itu terasa begitu dekat, begitu berat, membuat bulu kuduk Tasya meremang hingga saat ini pun masih. Tiba-tiba, di dalam dirinya dialiri adrenalin yang begitu teras.
*
"Janu, I Love You!"
Teriakan itu mencerabut Tasya, mengguyurnya dengan kesadaran baru yang datang dari langit. Tasya menoleh kepada senior di depannya yang melakukan meniupkan ciumannya kepada Janu. Tasya menelan ludah susah payah. Perutnya terasa melesak dan sesuatu terasa gatal di dalam dadanya. Ia menempatkan tangan kirinya di atas dada dan merasakan jantungnya berderap kencang sekali. Sesuatu terasa klik di dalam kepala Tasya. Tangan kirinya lunglai di samping tubuhnya.
Dan, ketika ia sekali lagi mendongak menatap ke lapangan di bawah sana, ia melihat tim basket fakultasnya telah bersiaga menunggu serangan lawan. Pandangannya tertuju pada puncak kepala Janu dan seolah sadar tengah diamati, laki-laki itu menoleh sekali lagi kepadanya. Dalam detik itu, Tasya tak bisa mendengar apa-apa. Waktu melambat dan tatapan itu begitu lama, seolah Janu tengah berkata kepadanya bahwa Tasya harus menyaksikan pertandingan ini sampai akhir, karena laki-laki itu ini menunjukkan bahwa basket itu tak main-main.
Otak Tasya konslet. Tapi dengan begitu waktu seolah berputar kembali. Dan saat itu pulalah, ada pemahaman baru yang terbersit di benak Tasya.
Dia nggak mungkin kan, jatuh cinta kepada Janu? Iya kan? Kan? Kan?
-
Kemenangan itu diraih oleh anak Hukum UGM dengan selisih 3 points. Berkat three point shoot yang dilakukan oleh Yaan setelah Bima merebut bola rebound dari shoot Gerry yang gagal, Janu yang dioperi Bima saat laki-laki itu meloncat di udara langsung melihat posisi Yaan yang kosong tanpa penjagaan berdiri di luar garis setengah lingkaran. Bola yang ditembakkan Yaan itu melambung indah, seindah gerakan shoot yang gemulai dari lengan kurus Yaan, membentuk gerakan parabola di udara dan masuk ke ring basket tepat saat detik terakhir perpanjangan 5 menit yang diberikan wasit karena skor mereka yang seimbang.
Sore itu, GOR kampus UPN digetarkan oleh sorak suara pendukung anak-anak Hukum UGM karena teriakan penuh kemenangan dari pemain maupun sporter. Diantara sorak-sorai itu, ada Tasya yang berkali-kali mencoba untuk ikut tertawa bersama teman-temannya yang mengelu-elukan jargon-jargon fakultas mereka, terhenyak ketika melihat Janu melemparkan senyum sombong kepadanya.
Euphoria kemenangan anak basket menghinggapi kampus mereka sampai dengan hari kemudian. Anak-anak kampus yang bertemu dengan salah satu anak-anak tim basket yang kemarin sore bermain habis-habisan itu selalu memberikan selamat dan memuji mereka dengan bangga. Tasya yang berjalan dikoridor menyaksikan Janu dan Bima tertawa-tawa bersama kakak tingkat yang Tasya tahu bukan anak basket itu jadi kesal sendiri. Dan ketika tatapan mereka bertemu pagi itu, bukannya seperti Tasya yang biasanya, balik menatap Janu garang, perempuan muda itu malah beringsut dan berbalik untuk pergi dari hadapan Janu dan Bima sebelum mengatakan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEBING DAN GELOMBANG
Teen FictionBanyak orang bilang bahwa laut mampu menghisap semua kegelisaan orang-orang yang mengadu kepadanya. Mungkin juga sama seperti ia yang menyukai tempat itu lebih dari siapapun yang pernah berkunjung ke sana. Tak ada yang tak laut ketahui tentang dirin...