Kak Bryan..

169 11 0
                                    

Hay hay..
Gue update lagi..
Sebenernya pingin keburu tamat sih.. Supaya bisa lanjut lagi bikin cerita baru.. Tapi.. Ya sudahlah.. Jalani apa aja yang ada dulu oke.. Yuk cus..
Happy reading..

*
*
*

Hari-hari berlalu begitu cepat. Masih tidak ada yang berubah dengan sifat adek dan kakak itu, (namakamu) sepertinya benar-benar membuktikan ucapanya. Ia menjadi semakin mandiri dengan melakukan semuanya sendiri. Kalaupun bryan menawarkan sedikit bantuan ia akan menolak secara halus. Hal itu mampu membuat bryan terlihat semakin murung. Bahkan tidak jarang bryan menemukan rumah dalam keadaan sepi, adeknya itu sering sekali berpamitan kepada bi imah untuk kerumah salsha atau juga steffi, terkadang juga rumah ari juga.

Bryan sempat berfikir apa begini rasanya (namakamu) saat ia tinggal bepergian dengan syifa. Dan sepertinya jawabanya adalah iya.

Ckleek.

"Den bryan sudah pulang.." sapa bi imah yang melihat bryan baru saja masuk.

"Iya bi.."

"Den bryan kenapa atuh..?" tanya bi imah ketika melihat wajah bryan sangat lesu.

"Bryan nggak papa bi.. Bryan pamit kekamar dulu.."

Sepeninggalan bryan. Selang satu jam kemudian (namakamu) baru saja pulang dari rumah ari sambil menenteng beberapa buku paket dan buku tulis ditanganya.

"Aus bangett.." decak (namakamu) merasa tenggorokanya sangat kering.

Diraihnya satu botol air dingin didalam mesin pendingin. Setelah meneguk beberapa kali (namakamu) berniat akan balik kekamarnya. Akan tetapi baru saja badanya terbalik, ia dibuat terjengkang kebelakang. Pasalnya bi imah berada tepat dibelakangnya tanpa ada suara sedikit pun.

"Ya ampun bi imah.. Bikin (namakamu) kaget aja.." ucap (namakamu). untung saja botol sudah lebih dulu ia taruh, kalau tidak, tanpa sengaja (namakamu) akan memukul orang yang telah membuatnya kaget setengah idup itu.

"Ada apa bi.." tanya (namakamu) kepada bi imah yang tak kunjung mengeluarkan suaranya itu.

"mmm.. Itu neng...mm.."

"Kenapa bi.. Ngomong aja.." tanya (namakamu).

"mm.. Tapi maaf neng, bibi mau tanya.."

"Tanya apa..??" jawab (namakamu).

"mm.. Begini.. Sebelumnya apa neng (namakamu) sama den bryan sedang ada masalah.." tanya bi imah hati-hati.

"ng...nggak.. Memangnya kenapa bi.."

"Begini neng.. Beberapa hari ini bibi liat den bryan seperti orang yang sedang ada masalah. Setiap kali pulang wajah den bryan selalu terlihat lesu. Bahkan beberapa hari ini den bryan jarang sekali sarapan dirumah, ketika bibi tanya den bryan bilang cuman kecapek.an tapi bibi rasa ada yang lain.. Sampai tadi bibi liat den bryan pulang sambil melangkah sempoyongan menuju kamarnya neng.." jelas bi imah.

(namakamu) yang mendengar penjelasan bi imah melototkan matanya, kakinya mendadak bergetar tanpa sebab. Tanpa banyak menunggu ia segera berlari menaiki tangga rumahnya menuju kamar sang kakak. Persetan dengan rasa gugup yang ia rasakan biasanya. Kini ia sangat khawatir dengan keadaan sang kakak.

Setelah sampai tepat berada di depan pintu kamar kak bryan (namakamu) langsung saja membuka pintu kamar itu.

Gelap.

Langkahnya ia teruskan menyalakan saklar lampu yang berada di sebelah almari. Ketika cahaya sudah memenuhi kamar kak bryan. (namakamu) mampu melihat kak bryan tertidur diatas tempat tidurnya.

Pelan tapi pasti langkahnya mendekat pada ranjang sang kakak. Ia dibuat mengernyit dengan selimut tebal yang membungkus badan sang kakak.

"Kak bryan.." panggil (namakamu) pelan. Berharap ada jawaban yang ia dapat. Akan tetapi keaadaan tetap hening.

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang